Adakalanya Keisuke merindukan sensasi mengendarai motor tampan miliknya; Honda-kun yang kini di segel rapi oleh sang Ayah di garasi rumah. Seolah dililit tali suci dari kuil, seberapa bersikeras nya ia berusaha pun tak membuahkan hasil barangkali melonggarkan ikatan pada si tampan, kalau kata sang Ayah keisuke itu seperti setan makanya tidak bisa membuka simpulan yang katanya simpel itu. Mengada-gada! Entah bagaimana bisa pria paruh baya itu menyangkutkan motor di tembok hanya dengan bantuan tali tebal. Apalah jenisnya ia tidak tahu, pokoknya ketika melihatnya saja Keisuke mendadak keki.
Padahal kalau menunggangi Honda-kun untuk keliling komplek perumahan kan lumayan mengobati rasa rindunya pada dunia malam yang luar biasa indahnya. Mencari angin kala waktu menunjukkan masa dini hari, dimana seluruh rumah yang dilaluinya dalam keadaan tertutup senyap mendadak ricuh karena suara knalpot motor badai nya. Momen yang paling berkesan ya itu, membuat para tetangga serta penghuni deretan rumah yang tidak dikenalinya itu emosi.
Ah, jadi rindu, Keisuke tidak sanggup. Sudah tahu berat tapi tetap saja hinggap, dasar menyusahkan!
Mulutnya menguap malas, tangannya diketuk-ketukan di permukaan meja belajarnya yang dipenuhi buku menganga. Lelaki berambut gondrong itu berdecak malas, ia sudah tidak berselera lagi melanjutkan kegiatan belajarnya meski besok adalah jadwal ulangan dengan mata pelajaran yang ekstra mematikan. Ya, apalagi kalau bukan matematika ilmu yang menyenangkan. Lagipula lembar contekan yang berukuran kerdil itu sudah selesai di buat, jadi untuk apa lanjut belajar?
Mengopek adalah jalan ninja ku, begitulah prinsip seorang Baji Keisuke yang keren.
Oh, tapi sekarang ini dia berada di situasi yang berbeda sih, tidak seperti dulu dimana teman sekelasnya takut menciut mengkerut kala berpapasan dengannya, jangankan menatap, melihatnya dalam radius puluhan meter saja mereka sudah terkencing di celana. Padahal Keisuke kan biasa saja, tidak sensian. Mungkin itulah sebabnya sampai sekarang pun ia masih berstatus single dan ngenes. Sekarang ini Keisuke mati-matian membangun image baru yang lebih baik meski hanya berlaku di lingkungan sekolah, dan karenanya mungkin rencana yang elok itu akan sulit terlaksana.
Persetan dengan semua itu, Keisuke akan menjitak siapa saja yang akan mengganggunya. Yang terpenting adalah nilainya.
Suara notifikasi muncul pada ponsel mahalnya yang berlogo apel. Matanya melirik singkat, itu Chifuyu yang mengirimi pesan padanya. Karena penasaran, Keisuke membukanya dengan segera.
'Aku mendapatkan kenalan cewek gamers, yang pasti dia jauh lebih cantik dari gadis kebanggaan mu. Lihat, kami foto bersama. Balaslah pesanku bila kau merasa iri, Baji-san.'
Pesan itu diakhiri dengan emoji kuning yang menjulurkan lidah mengejek. Kedua mata Keisuke menyipit jengkel, selanjutnya tangannya menggulirkan layar, mengunduh satu gambar yang dikirimkan si pirang. Dan setelah melihatnya, kejengkelan Keisuke melejit.
Kerapatan tubuh dua remaja congkak itu membuatnya iri hingga ke sumsum tulang. Belum lagi senyum remeh Chifuyu seolah menampar Keisuke dengan kenyataan, bahwa ia belum pernah sekalipun mengabadikan momen kebersamaan dengan [Name] yang belakangan ini mulai membuka perasaan dengannya. Belum ada pernyataan suka sih, tapi kan itu langkah yang bagus—walau belum ada kemajuan lebih dari itu sih.
Matsuno Chifuyu mendeklarasikan perang dengannya berarti. Keisuke menggeram jengkel, lalu dengan secepat kilat, jemarinya mengetikkan balasan pesan.
'Y'
Satu kata penuh makna. Penuh kemarahan maksudnya. Keisuke mencampakkan ponselnya ke ranjang, sedikit emosi tapi tidak sampai menghancurkan ponsel mahal itu. Tungkai kakinya melangkah menuju cermin besar yang menempel di dinding kamarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐈𝐌𝐄𝐑𝐄𝐍𝐂𝐄
Fiksi Penggemar𝐁𝐚𝐣𝐢 𝐊𝐞𝐢𝐬𝐮𝐤𝐞 𝐗 𝐅𝐞𝐦!𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 (Tidak dilanjutkan) Kondisi dimana cinta menimbulkan gairah untuk menanamkan paham kepemilikan yang membelit, justru melilit kedua insan yang saling mencinta dengan jalan yang cukup nyentrik. Di awali...