E m p a t

606 97 5
                                    

Belakangan ini Baji Keisuke baru menyadari fakta bahwa Fukada [Name] itu cukup populer di sekolah. Penggemarnya banyak lagi, terutama laki-laki. Keisuke sampai panas dingin di buatnya, terkadang tangannya pun terasa sangat gatal ingin menghajar pejantan yang menggoda pacarnya dengan terang-terangan. Mana salah satu dari segerombolan lelaki itu ada yang memiliki reputasi bagus dikalangan guru, tak jarang menjadi buah bibir karena prestasi akademiknya. Kan Keisuke panik. Meski sudah resmi menjalin hubungan tetap saja ia merasa kalah saing dari berbagai macam aspek.

Hal tersebut menyebabkan Keisuke kehilangan kepercayaan dirinya yang setinggi langit. Singkatnya, Keisuke insecure parah. Sampai mau nangis rasanya, tapi tidak jadi karena dia mengaku sebagai lelaki tangguh.

"Sudahlah bruh, mungkin saja [Name] terpaksa menerimamu karena kasihan bila menolak mu di tengah lapangan. Kan saat itu lagi banyak orang. Terimalah kenyataan bahwa kau itu buruk dari segala sudut." Takashi menepuk-nepuk pundak Keisuke. Lelaki gondong itu semakin cemberut, menghisap batang rokoknya dalam hingga terbatuk-batuk.

"Kau itu kemaruk bodoh, memangnya jika perempuan peduli padamu selalu kau anggap menyukaimu gitu? Menyedihkan sekali." Cibiran Mikey menohok perasaan Keisuke dengan telak. Sampai-sampai batuknya mereda sendiri, menyisakan mata memerah sedikit berair karena menahan perih.

Rokok ketengan dicampakkan kepermukaan tanah, lalu memijaknya dengan kasar. Menyebabkan sepatu mahal miliknya terkena tanah yang lembab. Keisuke menjambak rambutnya emosi, "kalian tidak membantu sama sekali! Aku hanya kalah pintar! Kalau soal tampan dan kaya mana mungkin aku kalah!" Sebelah tangannya memegang dada, mendramatisir keadaannya yang sebenarnya tidaklah parah, "Hatiku sakit, sungguh." Keisuke menyandarkan punggungnya pada tembok belakang toilet perempuan.

Sebenarnya mereka bertiga, Takashi, Mikey, dan Keisuke sedang mencari spot kenakalan yang baru, bosan katanya menjadi anak yang sopan dan santun, sesekali ingin nakal. Dan ketika menemukan tempat yang sebenarnya tidaklah strategis, si rambut gondrong itu langsung berubah suasana hatinya. Mau tak mau Takashi beserta Mikey mendengarkan keluh kesah sang sahabat. Menceritakan betapa kesalnya Keisuke terhadap ketidakpekaan sang kekasih dadakannya itu.

Memberi solusi untuk memperbaiki hubungan pun percuma, sebab mereka tidak memiliki pengalaman terhadap hal yang berbau romansa. Alhasil, masukan perihal berakhirnya hubungan pun terlontar, dan semakin menambah pusing si Baji.

"Lebih baik kau bicarakan langsung sama Fukada sana. Melihat sisi lemah mu membuat hasrat menghajar ku semakin meningkat soalnya," Mikey menatap bengis rokok miliknya yang telah menyisakan filternya saja. Akibat terlalu lama meladeni racauan sohibnya yang satu itu. "Sudah tahu aku sendiri sejak lama, kau masih saja bertanya solusi padaku. Tanya Kenchin atau Takemichi saja, mereka kan langgeng sampai sekarang." Raut wajahnya berubah menjadi masam.

Keisuke merengut, "Mending aku mati saja dari pada menceritakan hal memalukan ini sama mereka. Yang ada aku akan di olok pengecut sama duo bucin itu, percaya deh."

Takashi bersedekap, "Osananajimi-ku tidak peka, kasusnya hampir sama. Tapi 'kan aku dan dia tidak terikat hubungan serius kecuali pertemanan yang pahit ini. Jadi aku tidak bisa memberi saran, maaf." Melalui hidungnya, Takashi menghembuskan napas kasar. Hidungnya menjadi sedikit sensitif mencium aroma manis tembakau kering itu. Efek dari memutuskan candu dari benda pemuas hasrat yang sekarang tidak berarti lagi baginya.

"Kau ini beruntung, setidaknya berhubungan dengan seorang perempuan yang seumuran. Lah aku? Tidak ada sama sekali!" Celetuk Mikey. Dia tiba-tiba berjongkok, menorehkan jejak memutar pada permukaan tanah menggunakan ujung jarinya, "Ku dengar Chifuyu juga memiliki gebetan. Apa aku harus berusaha mencari agar mengimbangi kalian? Tapi dimana aku harus mencarinya?" Ia bertanya dengan nada retoris.

𝐋𝐈𝐌𝐄𝐑𝐄𝐍𝐂𝐄  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang