S e p u l u h

403 59 0
                                    

“Kau tahu, meski aku menyukaimu, bukan berarti aku akan membantu mu dalam memperbaiki hubungan kalian. Justru aku berharap hubungan kalian berakhir saja daripada rujuk kembali dan berbaikan seperti sedia kala.”

Fukada [Name] mengerang sebal dan merasa panas yang luar biasa saat Kurokawa terlihat acuh akan kehadirannya dan lebih fokus memainkan konsol game yang ada di tangannya. Bahkan pandangan lelaki berambut putih itu tidak berpaling dari layar televisi yang menampilkan permainan aneh.

“Ayolah, kumohon... Percakapan mereka tempo waktu membuatku resah. Si kembar Kawata ternyata telah menyadarinya. Kalau aku sendiri yang bergerak, tidak akan berhasil. Aku memerlukan dirimu disini... ”

Sekarang gantian Si Izana yang mengerang sebal. Dia menghisap rokoknya dalam-dalam lalu menghembuskan asap tembakau itu gusar, matanya berotasi malas sebelum terpaku melihat penampilan kacau sangat pujaan hati. Hidung memerah, kelopak mata sembab—ia mengernyitkan dahi ketika melihat cairan bening mengalir dari masing-masing lubang hidung [Name] dan bergerak tanpa sadar mengambil beberapa lembar tissue, menyodorkan nya kepada [Name].

“Aku lelah bersandiwara. Dan kau tahu, sulit sekali mengontrol anggota ku agar tetap diam ketika melihat musuh mereka melintas dengan tenang di hadapan mereka. Dengan kau meminta ku untuk kembali menangani kekacauan yang kau buat, itu sama saja memberi kesempatan anggota ku untuk bertindak. Sudahlah, ikhlaskan saja, masih ada aku kok disini.”

Satu sikutan maut mendarat tepat di sisi tubuhnya yang bersebelahan dengan [Name], dan disaat yang bersamaan pula Izana menjatuhkan konsol game nya ke lantai secara refleks, ia sampai memekik heboh dan dengan segera mengambil barang yang baru ia beli tempo hari yang lalu mengusapnya dengan hati-hati.

“Cinta itu tidak bisa di paksakan. Kalaupun tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, memerlukan waktu yang akan lama. Respon si Baji itu hanya karena ia tidak pernah di dekati perempuan, wajar saja dia mulai menyadarinya. Sekarang tugasmu hanyalah bertanggung jawab terhadap apa yang sudah terjadi. Be gentle ay?”

Tangan Izana bergerak ragu-ragu untuk merangkul [Name] yang sedang menangis tersedu-sedu. Dan untuk pertama kalinya pula gadis itu tidak marah jika Izana melakukan kontak fisik semacam ini. Dengan kedua mata yang menyipit, Izana mengangguk sembari berkata di dalam hati. Perempuan ini benar-benar jatuh hati kepada seorang Baji Keisuke. Dan ini semua adalah kesalahannya.

Iya kesalahannya, sebab menjadikan seorang Fukada [Name] sebagai tempat berkeluh kesah tentang permasalahan apapun yang ada di dalam hidupnya. Awalnya ia berpikir bila terbuka dengan [Name] maka perempuan itu akan bersimpati dan menaruh hati padanya. Izana sendiri tidak masalah jika hubungan keduanya terjalin atas dasar rasa kasihan semata ketimbang pertemanan yang serba terbatas untuk menabur afeksi.

Awalnya Izana sama sekali tidak menyadari bila [Name] mulai tertarik dengan rival bebuyutannya itu semenjak pertikaian di warung internet yang sedang booming dikalangan anak-anak karena game online lalu berlanjut hingga ke ranah dunia malam. Izana menceritakan semua pengalaman hidupnya tanpa terkecuali. Dan karena kecerobohan nya itu pula sosok gadis lugu seperti [Name] menaruh rasa keingintahuan yang tinggi terhadap seorang Baji Keisuke.

Nekat menyusup ke dunia malam hanya untuk menyaksikan sendiri bagaimana karakteristik Baji Keisuke yang sangat wah sekali di dalam cerita yang Izana dongengkan. Dan siapa sangka [Name] terpincut oleh pesona lelaki berambut gondrong itu. Bertingkah laku tak wajar dan nekat tanpa sepengetahuan Izana hanya untuk Baji Keisuke.

Izana kesal sekali demi Tuhan!

[Name] selalu mencari celah agar dia dan Keisuke bertemu. Tidak mempermasalahkan aksinya barangkali akan mengeluarkan tenaga dan uang dalam jumlah yang tidak sedikit. Izana sampai mengeluh dengan terang-terangan tentang betapa kurang kerjaannya seorang [Name] menghamburkan uang hanya demi pertemuan murni keduanya yang seolah-olah terjadi secara tidak sengaja.

𝐋𝐈𝐌𝐄𝐑𝐄𝐍𝐂𝐄  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang