S e b e l a s

468 52 8
                                    

Kalau mengeluh itu diperbolehkan dalam kamusnya yang macho, Matsuno Chifuyu mungkin sudah mengeluarkan seluruh keluhannya tentang kelabilan seorang Baji Keisuke yang sangat di luar nalar.


Chifuyu masih ingat dengan sangat jelas loh tentang Keisuke yang frustasi sembari merengek ingin putus karena rasa cinta yang menyesatkan. Tapi apa yang kini ia lihat? Pemandangan yang menyakitkan mata dimana Keisuke dan si pacar tengah duduk tanpa spasi, jangan lupakan aksi saling menyuapi makanan yang berasal dari bekal besar berwarna merah muda di atas bangku rooftop. Mana sehabis di suapin, Keisuke bersikap layaknya kucing dengan bergelanyutan manja di lengan Fukada [Name].

Astaga! Kepala Chifuyu mendadak pusing. Padahal niat hati ke rooftop ingin melepas penat dengan menghisap asap cerutu. Tapi apa yang ia lihat ini semakin membuatnya lelah.

“Heh! Kenapa berhenti, pengap tahu!”

“Akh!”

Tubuhnya tersentak saat tusukan maut mendarat pada sisi bokongnya. Chifuyu mengadu kesakitan lalu segera keluar dari ambang pintu, bertepatan dengan itu Mitsuya Takashi keluar dari sana sembari mengipas-ngipasi wajahnya keras.

“Hidung ku bisa infeksi karena menghirup aroma tak sedap. Kau pasti buang angin 'kan?” netra Takashi bergulir, kini pengelihatannya terpaku pada ojek serupa yang telah menarik atensi Chifuyu.

“Loh? Baji?”

Berbeda dengan Chifuyu yang terpaku, lantas Takashi pun berseru keheranan. Aksinya tentu saja membuat sosok yang di sebut namanya kelabakan ditempat. Seolah habis tertangkap basah berbuat suatu kejahatan. Keisuke lantas beranjak sembari mengangkat tangan ke udara.

“Ini tidak seperti yang kalian bayangkan!”

Wajahnya pias dengan butiran nasi yang masih menempel di sudut bibirnya. Keisuke benar-benar terlihat kacau. Matanya melirik [Name] yang terlihat anteng memakan bekalnya. Sama sekali tidak panik meski dialah objek yang menarik atensi Takashi dan Chifuyu, mana mereka melihat [Name] dengan sinis lagi. Keisuke sampai menggigit bibirnya resah.

“Memangnya kau tahu aku membayangkan apa?” Takashi bersuara tenang. Namun tangannya dengan cepat membakar ujung rokok ketengan yang diselipkan di saku kemeja sekolah. Lalu menyelipkan gulungan tembakau itu ke celah mulutnya.

Chifuyu panik, pelampiasan emosi Takashi itu selalu ke rokok, menghisapnya dalam-dalam hingga pipi kempot lalu menghembuskannya dari hidung dan mulut secara bersamaan. Tidak usah tentang lebatnya asap yang dihasilkan. Pokoknya Chifuyu tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Padahal ia sangat mengingat perihal ungkapan Takashi yang akan menghentikan aktifitas merokok yang mencandu itu, selamanya. Tch, pendusta.

“Ti-tidak sih, tapi kan-akh!”

Keisuke mengusap-usap punggung tangannya kuat. Mulutnya meringis kesakitan setelah menerima sulutan bara rokok milik Takashi.

“Kau bukanlah orang yang paling muda diantara kita semua, tapi kenapa penalaran pikiranmu itu nol besar? Hampir serupa seperti orang yang tidak memiliki akal sehat malahan.” Takashi meludah ke sembarang arah, matanya kini terpatri pada si perempuan berambut ikal yang menatap tenang dirinya.

Keningnya sedikit berkerut ketika merasakan intensitas hawa yang tidak menyenangkan. [Name] lantas bersuara, “Apa?”

Sudut bibirnya berkedut jengkel, kedua matanya menyipit. Perempuan tidak tahu diri, pikirnya. Tidak 'kah sosoknya menyadari seluruh permasalahan itu bersumber dari dirinya?

“Kupikir kau itu perempuan baik-baik seperti yang Keisuke ceritakan, ternyata tidak. Duh, bagaimana aku mengatakannya ya, terdengar agak kasar memang—mungkin kata keparat cocok untuk menjadi nama tengah mu.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐋𝐈𝐌𝐄𝐑𝐄𝐍𝐂𝐄  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang