𝟐𝟓 ║ 𝐁𝐚𝐣𝐢𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐞𝐫𝐤𝐮𝐚𝐤

995 128 77
                                    

『𝐁𝐄𝐑𝐀𝐍𝐉𝐀𝐊』𝔅𝔞𝔧𝔦𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔜𝔞𝔫𝔤 𝔗𝔢𝔯𝔨𝔲𝔞𝔨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

『𝐁𝐄𝐑𝐀𝐍𝐉𝐀𝐊』
𝔅𝔞𝔧𝔦𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔜𝔞𝔫𝔤 𝔗𝔢𝔯𝔨𝔲𝔞𝔨

𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 & 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚!♥

———

『𝐉𝐢𝐬𝐨𝐨'𝐬 𝐏𝐨𝐢𝐧𝐭 𝐨𝐟 𝐕𝐢𝐞𝐰』

Aku menatap pantulan tubuhku di dalam cermin, wajahku terlihat sedikit pucat namun berhasil ditutupi dengan riasan tipis yang mempercantikku. Senyuman hangat aku coba lukis, mencoba untuk meruntuhkam segala ingatanku tentang bunda yang masih terus menghantuiku.

"Kakak, udah rapih belum?" suara Jisung menyadarkanku, aku bergegas meraih tas milikku dan berjalan keluar dari kamarku yang kian usang sebab tidak pernah aku tiduri ini. Semenjak bunda tidak ada, aku selalu tidur di kamar Jisung dan enggan tidur sendiri, bayang-bayang bundaku yang cantik terus menghantui dan memberiku sesak di dada.

"Widih, tumben nih cantik banget," baru saja sampai di ruang tengah, Jisung sudah menyambutku dengan kalimat menyebalkan sebab adikku itu mengatakannya sambil menahan sebuah senyuman yang meledek. Aku mengerucutkan bibirku, mempersempit jarakku dengan Jisung lalu mencubit kedua pipi Jisung yang kini tengah meringis kesakitan.

"Kakaknya cantik dari dulu, adek baru sadar sekarang?!" ujarku masih terus mencubit kedua pipi Jisung. Adikku itu terkekeh kecil kemudian berhenti meringis dan mengacak-acak rambutku yang sudah rapih.

"Kakak cantik kalau lagi bahagia, jadi jangan sedih lagi, ya!" meski menyebalkan, aku tahu betul kalau adikku yang menggemaskan ini menyayangiku dengan begitu hangat. Aku berhenti menyubit pipinya, memberikan senyuman terbaikku untuk Jisung.

Aku tidak bisa membayangkan kalau Jisung akan menemukan wanita yang membuatnya bahagia, wanita itu harus izin denganku dan harus memastikan dirinya kalau Ia tidak akan menyakiti adikku yang tampan ini.

"Adek, makasih udah terus jagain kakak ya!" senyumanku berubah menjadi sebuah cengiran lebar, menatap kedua netra adikku yang begitu mirip denganku dan bunda. Jisung tersenyum hangat, tangan kekarnya bergerak untuk menepuk pelan pipiku.

"Tugas adek di dunia ini adalah untuk menjaga kakak, jadi kakak nggak perlu berterimakasih sama adek," pagi ini akan menjadi awal yang baik, mendengar adikku berkata seperti itu membuat hatiku hangat dan dipenuhi oleh ketenangan. Adek, kita jangan berantem lagi ya!

"Udah, jangan lama-lama peluknya, nanti kakak telat ke butik," Jisung melepaskan pelukan lalu meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja, aku dan Jisung memutuskan untuk pergi ke butik milik ayah.

Setelah kepergian bunda, ayah selalu memintaku dan Jisung untuk tinggal bersama keluarga kecilnya di Paris. Aku dan Jisung menghargainya namun kami lebih memilih untuk tinggal berdua di rumah milik bunda dan berjuang bersama di tengah Ibu Kota yang kejam ini. Beberapa kali ayah menelpon kami untuk memastikan kalau kami hidup dengan cukup disini, hubunganku dengan ayah juga tante Vea semakin baik karena kami menjadi sering bertukar kabar meski hanya sebatas telepon.

BERANJAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang