✿ 5. Pacar?

4K 467 5
                                    

Sudah tiga minggu sejak kejadian adu argumen antara Karina dengan ketiga sahabatnya, dan sudah satu bulan juga Winter bekerja menjadi pembantu di kediaman geng Cagahan, serta pertama kalinya Winter mendapatkan gaji dari pekerjaannya ini.

Hubungan Karina dan ketiga sahabatnya itu masih agak renggang, untunglah sudah jarang beradu mulut lagi. Sedangkan Karina dengan gadis pembantu itu tetap masih tidak menunjukkan adanya hubungan yang akur, Winter sih tidak pernah membalas kejudesan, kejutekan, kegalakan seorang Karina kepadanya. Tapi, walau begitu akhir-akhir ini Karina mulai jarang menunjukkan sikap emosionalnya pada Winter, jika memang tak ada masalah perempuan yang lebih tua hanya akan memasang wajah datar kepada Winter. Karina pun sudah tak merasa harus marah jika Winter berada dekat dengannya, atau sewaktu-waktu tak sengaja adanya skinship di antara mereka.

Entahlah, Winter mulai merasa perasaannya yang ingin mengambil hati Karina dengan alasan agar hubungan antar majikan dan pembantu ini membaik tidak cukup begitu saja, seperti ada sesuatu yang mengganjal pada hatinya, jujur saja hati dan pikiran Winter memberikan space kecil untuk Karina di dalam sana—perasaan apa lagi ini.

Mungkin karena kebiasaan baru Winter adalah menjahili Karina, maka gadis itu secara tak sengaja seringkali memerhatikan Karina, mencari sesuatu yang dapat ia jadikan bahan untuk jahil. Kegiatan memerhatikan Karina itulah sepertinya yang membuat perasaan-perasaan baru yang aneh itu.

Kali ini keadaan cukup ramai di rumah itu, karena keempatnya sedang benar-benar rehat dari kesibukannya sejenak, mereka meluangkan waktu untuk menyegarkan tubuhnya. Tapi tetap saja tak kelihatan seperti geng Cagahan biasanya—Giselle, Yeji, Lia duduk berdekatan di meja makan dan sesekali bercanda tawa, namun Karina seperti mengasingkan diri dengan duduk sendirian di sofa ruang tamu.

Makan malam telah dihidangkan oleh Winter, kali ini Lia juga turut membantu Winter dalam memasak makanan mereka bersama.

Winter yang sadar bahwa Karina masih fokus pada ponselnya pun menghampiri perempuan itu, "Kak, makan dulu yuk." ajak Winter lembut sambil tersenyum. Karina baru menyadari bahwa gadis yang bekerja sebagai pembantunya ini mempunyai paras cantik yang imut, lalu senyumannya manis sekali.

"Rin, makan." peringat Yeji pada Karina.

"Iya." jawab Karina singkat.

Hubungan Winter dan keempat perempuan geng Cagahan ini memang tak terlihat seperti majikan dan pembantu bukan? Mungkin karena mereka sama-sama masih muda. Giselle, Yeji, Lia menganggap Winter seperti teman dan adik bagi mereka, jadi tak masalah adanya komunikasi santai antar majikan dan pembantu ini. Ah, kalau Karina—entahlah perempuan itu menganggap Winter seperti apa.

Di saat kegiatan makan seperti ini pun Winter dipersilahkan oleh majikannya ini—kecuali Karina agar duduk di meja makan dan makan bersama.

Winter sudah duduk di bagian paling pinggir yang di sebelahnya ada Giselle, namun Karina tiba-tiba berdiri dibelakangnya untuk mengambil makanan yang tepat berada di depan Winter. Karina agak menundukkan tubuhnya agar memudahkan dirinya mengambil lauk itu, saat Karina memajukan tubuhnya posisi kepala Winter menempel pada tubuh perempuan yang lebih tua, di tambah wangi buah berry yang benar-benar menguar dengan jelas bebauannya dari tubuh Karina itu membuat si gadis  membeku. Kejadian singkat itu saja sudah membuat wajah Winter memanas.

"Karena lagi ngumpul gini dan kita-kita lagi senggang juga, boleh nggak Winter cerita-cerita kehidupan sebelum kerja disini?" usul Giselle setelah semuanya sudah selesai makan. Karena memang sedari awal mereka belum mengetahui secara rinci kehidupan Winter ini.

Karina yang duduk tepat di depan Winter melirik gadis pembantunya itu sekilas, Winter pun sama—dirinya juga menatap Karina.

"Boleh kak."

Maid | WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang