✿ 15. Terungkap

2.4K 272 1
                                    

"Kalian apa kan mereka?!" marah Winter pada beberapa orang diseberang telepon, ia sedang melakukan panggilan grup di jalanan yang sepi. Dirinya dalam perjalanan menuju ke café Duonluno karena pegawai disana mengatakan bahwa Yeji habis dari sana dan ponselnya tertinggal.

"Saya nggak sabar Winter, dia anak saya, saya rindu." kata seorang pria.

"Saya juga mau punya keluarga utuh lagi Win," dilanjut pria kedua.

"Saya terlalu sayang dengan anak saya Winter, saya nggak mau dia berlama-lama tanpa pengawasan keluarganya." kata pria ketiga.

"Ya Winter, dia anak gadis yang harus saya lindungi, saya kangen anak saya," lalu pria keempat.

"Cih, kalian semua nggak berubah! Saya tahu, pak Changmin nggak pernah sayang sama Kak Giselle! Bapak mau Kak Giselle kembali biar istri bapak juga kembali, lalu kalian telantarkan anak kalian lagi! Lalu, pak Nickhun bakal melanjutkan aksi kekerasan kepada keluarga kecil bapak sendiri kan? Kak Lia  terlalu tertekan dilingkup keluarganya kalau terus-terusan dikucilkan gara-gara dia anak diluar pernikahan, bapak selaku orangtuanya gak pernah lindungi dia!

Saya juga tahu pak Chansung mau Kak Yeji balik masih karena ingin dapatkan warisan itu dengan utuh, setelahnya bakal ngebuang Kak Yeji lagi kan?! Dan saya juga tahu, pak Yunho masih dengan rencananya yang mau ngejual Kak Karina, saya nggak terima karena dia pacar saya! Kalian semua jahat!" ujar Winter panjang lebar disertai segukan.

"Kurang ajar kamu Winter! Saya menyesal ngasih kamu kesempatan waktu dulu, tahu gitu bakal kami jual kamu. Asal kamu tahu, ibumu yang pelacur itu masih banyak hutang ke kami dan kamu bakal nebus perbuatan ibumu! Masih mending kamu nggak kami jadikan pelacur!" balas Yunho lebih tegas.

"Harusnya kalian sekalian bunuh saya aja dulu! Daripada saya harus ada di posisi kayak gini." ujar Winter dan mematikan teleponnya.

Winter menangis tersedu-sedu, sakit sekali hatinya. Rasanya ia ingin mati sekarang juga, namun dirinya masih memikirkan kekasihnya dalam bahaya.

Sesampainya di café Duonluno, sang pegawai yang sudah mengenali Winter dari Karina itu segera memberikan ponsel Yeji. Winter tak tahu Yeji bersama siapa, maka dari itu ia mendapatkan ide untuk segera membuka aplikasi pelacak dan mencari keberadaan Karina, karena ponsel miliknya terlalu kuno untuk dapat melacak-lacak.

"Dapat!" seru Winter.

Winter segera menaiki ojek dan pergi ke tempat yang diarahkan oleh aplikasi pelacak itu yang mana ada Karina disana.

Ada sebuah perempatan yang sangat sepi didaerah terpencil di kota itu. Ia sudah bingung karena koneksi internet di daerah ini sangat buruk. Ia dengan percaya dirinya mengarahkan pengemudi ojek itu untuk ke arah kanan.

15 menit kemudian, Winter melihat lorong rel kereta api yang sudah tidak digunakan lagi, dan dengan jeli ia melihat mobil yang dirinya kenali. Mobil milik geng Cagahan.

"Udah bang disini aja parkirnya, abang tetep tungguin saya ya, bakal saya bayar lebih kok bang." ujar Winter dan segera berlari menuju lorong tersebut.

Winter memindik-mindik, ia melihat Karina terpojokkan di dekat dinding dengan seorang pria yang ia yakini itu adalah Yunho sedang mengunci putrinya sendiri agar tidak kabur.

"Rina, percaya nggak kalau Ayah kangen sekali sama kamu?" ucap pria itu lembut.

"Saya nggak peduli, mana Bunda?" balas Karina dingin.

Pria itu masih tersenyum, "Ada Rina, Bundamu ada. Tapi, untuk saat ini kamu ikut Ayah dulu ya."

Karina menggeleng kuat-kuat, "Tujuan saya buat ketemu Bunda, bukan anda!"

Maid | WinRinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang