Hari ini adalah hari yang santai, keempat gadis itu sedang libur dari kegiatan belajar di kampusnya. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Entah ada angin apa tiba-tiba saja jiwa rajin Karina muncul saat ini, perempuan itu duduk pada sepasang meja dan bangku yang berada di dekat jendela rumah, di atas meja ada iPad yang sengaja di sanggah oleh hardcase untuk memudahkan Karina berkutat pada software di dalamnya tak lupa juga ada segelas kopi dengan campuran karamel dari cafénya yang memang keempat perempuan itu jadikan stok di rumah.
Karina sedang berusaha membuat logo baru untuk dijadikan ikon pada café mereka. Tentu saja Karina sudah lapor pada ketiga sahabatnya tentang perubahan logo ini, jauh-jauh hari sebelum adanya pertikaian mereka.
Alasan ada perubahan itu karena akhir-akhir ini dikejutkan oleh sesuatu yang baru, maka dari itu dirinya ingin menambah sesuatu yang baru dari café mereka, sekaligus ada menu baru juga.
Ah iya, nama café yang dimiliki oleh geng Cagahan ini adalah Duonluno yang artinya bulan sabit. Mereka memilih nama itu karena ada suatu kenangan ketika mereka masih tinggal di kos-kosan kecil, hari itu keempatnya ingin merayakan kebersamaan dengan membeli beberapa makanan yang lokasinya berada di atas loteng kos-kosannya, kebetulan saat itu bulan sedang berbentuk melengkung seperti sabit dan mereka menikmati malam itu karena saat itulah mereka bisa melepaskan dan melupakan penat dari beban yang mereka pikul sejenak ditambah mereka bergiliran mendapat gaji pertama dari pekerjaan masing-masing, sungguh berkesan.
Lalu ketiga lainnya sedang apa? Giselle sedang asyik menonton film horror di kamar, ada Lia di sebelahnya yang menemani namun Lia sedang sibuk mengecek pemasukan dan pengeluaran pada café mereka, sebenarnya Lia dipaksa oleh Giselle untuk menemani gadis blasteran Jepang itu karena Giselle sendiri pun takut saat menonton film horror, beberapa kali Lia mengumpat karena tidak fokus saat Giselle berteriak kaget karena ada jumpscare.
Yeji? Hari libur ini ia habiskan dengan menuntaskan tugas-tugas kuliahnya yang sudah menumpuk di sofa ruang tamu, sirna sudah isi kepalanya saat sebelumnya ia membayangkan hari libur dengan berleha-leha, lalu bisa simulasi meninggal alias tidur seharian.
Dan Winter? Gadis itu tadi sudah memasak menu makan siang untuk majikannya, sekarang dirinya sedang mengepel lantai. Winter merasa senang bahwa Karina memutuskan mengerjakan kesibukannya diluar kamar, Winter bisa melancarkan aksinya untuk membuat Karina perlahan berbaikan dengannya, sungguh Winter hanya tak ingin ada suasana tak mengenakan pada keduanya.
"Aduh, punggung gue." keluh Karina, matanya masih fokus ke layar iPad sambil memukul-mukul punggungnya perlahan.
Winter yang sedang mengepel lantai di sekitar Yeji itu mendengar keluhan Karina, Winter berinisiatif mengambil satu bantal di sebelah Yeji.
Karina sedang menegakkan punggungnya, memberikan jarak kosong antara senderan kayu pada bangku dan punggung perempuan itu. Winter langsung menyelipkan bantal tersebut di antara tubuh Karina dengan senderan bangku.
Winter pun dengan berani memegang kedua bahu milik Karina dan menariknya dengan lembut membawa tubuh perempuan itu dapat menempel pada bantal yang sudah ia letakkan.
"Halo, iya halo gimana gimana?" terdengar Yeji menerima panggilan telepon dari ponselnya.
Karina menengok ke belakang dan mendapati Winter dengan senyum yang ia perlihatkan dari bibir tipisnya. Karina menepis tangan Winter, lalu melihat kembali layar iPad.
"Udah dibilangin nggak usah pegang saya!" tegur Karina sambil masih berkutat pada kegiatannya.
"Maaf kak, tadi reflek aja." jawab Winter yang masih berdiri di belakang Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid | WinRina
FanfictionKetika 4 mahasiswi cantik tak sengaja bertemu dengan seorang gadis yang tampak tak terurus sedang memohon kepada mereka untuk dijadikan pembantu. "Saya mohon, kak." - wt "Dia tetap orang asing." - kr Satu-satunya perempuan dari keempat mahasiswi it...