Setelah pusing dengan pikirannya sendiri tentang haruskah ia bertanya atau tidak, Winter segera mengambil ponselnya dan memutuskan untuk bertanya pada Yeji melalui aplikasi pesan.
Winter menggigit bibirnya gugup, ia mulai mengetikkan sesuatu,
Kak Yeji
Kak, saya boleh tanya sesuatu?
Win?
Tiba-tiba banget, nanya apa?
Maaf sebelumnya kalau terkesan lancang, apa saya boleh tahu keadaan Kak Karina ya Kak?
Karina masih tinggal pisah sama kita, Win.
Ah, gitu ternyata...
Tapi Kak, kalau Kakak berkenan, boleh saya tahu dimana Kak Karina tinggal?
Bukan nggak mau kasih tahu, aku sendiri nggak pernah tahu keadaan dia sejak 7 bulan lalu Win. Aku nggak tahu dimana dia tinggal.
Winter mengusak kepalanya frustasi, apakah dirinya memang tak ada kesempatan untuk bertemu Karina? Winter benar-benar merindukan perempuan itu.
Tak lama kemudian, Yeji mengirimkan pesan lagi,
Kamu bisa tanya Giselle. Kayaknya dia tahu keadaan Karina, tapi dia masih sensitif sama kejadian 7 bulan lalu, sebaiknya kamu hati-hati.
Makasih banyak, Kak Yeji!
Ya, hanya Yeji yang berkenan untuk komunikasi kepada Winter sejak kejadian itu, Yeji memang kecewa namun tak ada salahnya menanggapi seseorang—lagian Winter juga sudah terpisah dengan mereka, tak ada yang dikhawatirkan pikir Yeji.
Winter berencana menemui Giselle secara langsung dan mendadak, karena jika dirinya meminta izin dari telepon atau pesan Giselle tak akan pernah membalasnya.
Waktu masih menunjukkan pukul 10 pagi, mumpung Winter masih ada waktu menuju shift sore untuk bekerja, gadis itu memutuskan untuk ke kampus Giselle. Sebenarnya ia bisa saja langsung ke Karina, namun Winter masih tak cukup nyali.
Giselle salah satu orang yang mempercayainya dari awal mereka bertemu, sungguh ketika Winter mengingat kebaikan yang diberi Giselle kepadanya—seperti perhatian dan kepedulian tentang apa yang Winter lakukan, membuat Winter merasakan tusukan yang sakit menjalar pada hatinya. Bagaimana dirinya bisa membalas dengan sesuatu yang jahat?
Jujur, waktu itu memang Winter egois, ia ingin sekali cepat-cepat melaksanakan misinya lalu meninggalkan mereka tanpa rasa bersalah tapi apa daya jika Winter ternyata jatuh dalam kebaikan mereka. Walau Winter sadar akan kebaikan mereka, bodohnya ia tetap melaksanakan tugas dari keempat pria itu.
Winter sudah berada didepan gedung FISIP, tempat Giselle mengemban ilmu selama hampir satu setengah jam. Belum ada tanda-tanda kehadiran seorang Giselle. Sebenarnya Winter hanya mengira-ngira saja kalau mantan majikannya itu ada kelas hari ini dan pergi ke kampus, karena mengingat keseharian Giselle yang rajin ke kampus saat Winter masih di rumah mereka.
Terdengar beberapa orang sedang mengobrol di belakang Winter,
"Nanti nongki dulu yuk selesai gue kelas," usul seorang perempuan berambut panjang.
"Boleh deh." suara ini, Winter mengenalnya.
"Oh iya, ke cafénya Giselle aja kali ya?" tanya perempuan berambut panjang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid | WinRina
FanfictionKetika 4 mahasiswi cantik tak sengaja bertemu dengan seorang gadis yang tampak tak terurus sedang memohon kepada mereka untuk dijadikan pembantu. "Saya mohon, kak." - wt "Dia tetap orang asing." - kr Satu-satunya perempuan dari keempat mahasiswi it...