Winter masih mengingat bagaimana dirinya diselamatkan oleh seorang wanita dengan kekurangan pada jiwanya yang terganggu, saat itu pikirannya sangat kacau hingga dirinya dengan sengaja memberikan tubuhnya pada maut. Namun, sepertinya dunia masih ingin Winter berjuang lebih lama lagi disini.
Sebelum sesaat kemudian truk itu menghantam tubuh mungilnya, seorang wanita dengan terburu-buru menariknya paksa, walaupun sudah diselamatkan Winter tak dapat menghindari truk yang menyerempet sedikit bagian tubuhnya hingga koyaklah pakaian Winter sekaligus kulit lengan gadis itu.
Tak dirinya sadari, seorang gadis sebayanya berlari dibelakang Winter, gadis itu berambut hitam panjang diikat cepol dan tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Winter, betul sekali anak itu sedang bermain kasti dengan tetangga-tetangganya di lapangan yang berada di pinggir jalan raya tersebut, posisinya gadis itu sedang ingin mengambil bola kasti yang terlempar tepat di tengah jalan hingga yang diterabas oleh truk itu hanya gadis dibelakang Winter itu saja.
Wanita bernama Yuri yang merupakan Bunda Karina ini memang sedang terlampau bosan di rumah sakit dan pergi keluar tanpa diketahui oleh pegawai rumah sakit, karena wanita itu melewati pintu belakang. Yuri dengan paksa membawa Winter mengikuti dirinya, sempat Winter memberontak,
"Ngapain Ibu tolong saya?!" marah Winter pada wanita itu.
"LEPAS! LEPAS! UGH!"
Yuri hanya diam dengan memasang wajah emosinya juga, Winter berkali-kali berusaha melepas genggaman Yuri pada lengan kirinya, namun tidak berhasil. Pada akhirnya, Winter menurut saja.
Keduanya meneduh di suatu gang buntu kecil, disitulah Yuri merawat Winter. Winter yang masih dengan pikiran kacaunya hanya diam saja dirawat oleh Yuri, ia sengaja membiarkan Yuri salah menangani lukanya karena dirinya memang sudah pasrah. Raut wajah wanita itu tak menunjukkan ekspresi emosinya seperti tadi, ia memberikan tatapan lembut kepada Winter.
Selama dua hari itu Winter berkeluh kesah pada Yuri, Yuri hanya menanggapi dengan cengiran dan usapan lembut pada kepala Winter. Hingga mereka melanjutkan perjalanan dan menemukan rumah sakit tersebut.
Setelah Karina memeluknya erat, Karina memindai tubuh Winter dari ujung kepala hingga ujung kaki, Karina mengernyit ketika mendapat goresan-goresan panjang di lengan Winter, "Ini juga karena kecelakaan?" tanya Karina curiga.
Winter diam, ia tak bisa mengatakan bahwa itu adalah luka yang diakibatkan oleh dirinya sendiri yang menyayatkan silet pada kulitnya, Winter menatap Karina takut.
Karina paham, ia menduga bahwa pikirannya betul, itu luka yang disengaja. Karina menggelengkan kepalanya, "Nggak akan saya biarin kamu jauh dari pengawasan saya Winter kalau kamu kayak gini." ujarnya dingin.
Ningning turut melihat luka yang disengaja itu, "Ya ampun Win, lo mah ada-ada aja. Fix, gue bakal jadi asisten Kak Karina aja buat ngawasin lo sih." kata Ningning serius yang malah dihadiahi tawaan dari Winter.
"Jangan ketawa, nggak lucu." kata Karina pada Winter.
Sejak saat itu, Karina menyuruh Winter untuk tinggal bersamanya di apartemen milik Karina, Karina benar-benar mengawasi Winter dengan tajam. Tak ia bolehkan beberapa minggu Winter berpergian sendiri keluar rumah, sepulang kuliah pun Karina tak pernah lagi nongkrong-nongkrong di café melainkan memilih langsung pulang ke apartemen untuk melihat kondisi Winter. Karina merawat dengan sepenuh hati dan kasih sayang luka-luka di tubuh Winter, walau perempuan itu masih saja jarang tersenyum apalagi tertawa, hanya wajah datarnya yang ia perlihatkan,
Karina marah ketika mendapati Winter yang tengah bersih-bersih, ia sudah memerintahkan Winter untuk tidur dan istirahat saja,
"Udah saya bilang kamu istirahat aja!" sentak Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid | WinRina
FanfictionKetika 4 mahasiswi cantik tak sengaja bertemu dengan seorang gadis yang tampak tak terurus sedang memohon kepada mereka untuk dijadikan pembantu. "Saya mohon, kak." - wt "Dia tetap orang asing." - kr Satu-satunya perempuan dari keempat mahasiswi it...