Pelengkap Bukan Pendamping (ChikAra)

929 41 2
                                    

"Mas, Mas Aran!"

"Iya? Ada apa?"

"Mas Aran dipanggil Bapak. Katanya ada tamu di rumah."
Pemuda bernama Aran itu pun mengerutkan keningnya.
Tidak biasanya ia dipanggil jika hanya ada tamu di rumahnya.

"Emang tamunya siapa?"

"Wah kalau itu saya kurang tau, tapi kelihatannya dari kota. Sudah, pulang dulu, Mas. Itu kerjaannya biar saya yang terusin."

"Oh, iya. Makasih ya Pak Soleh. Saya pamit dulu." Aran memberikan tangkai kayu dan tali ditangannya pada Pak Soleh.
Sebenarnya Aran sedang memperbaiki orang-orangan sawah.

Aran adalah anak dari orang yang terpandang di desa nya bernama Pak Gracio. Pak Soleh adalah salah seorang pekerja Ayahnya yang bertanggung jawab untuk mengelola lahan keluarga Aran.

Setiba di rumahnya, Aran melihat lima orang asing sedang duduk di teras rumahnya bersama dengan Pak Kades juga Ayah nya.

"Assalamualaikum.." Aran pun menyalami tangan Ayahnya dan juga Pak Kades.

"Wa'alaikumsalam.." Jawab semuanya yang ada disana.

"Nah ini dia anak saya, Aran. Aran, ini ini mahasiswa yang akan tinggal bersama kita selama kurang lebih dua bulan ya disini?"

"Iya, betul Pak" Celetuk salah satu gadis di depannya.
Aran memperhatikan wajah satu per satu orang yang ada di hadapannya. Dua orang perempuan dan tiga orang laki-laki.

"Kenalan dulu kali ya. Saya Deo, maap nih kalau selama disini kita bakal ngeribetin." Ucap Deo sambil menjabat tangan Aran.

"Saya Aran."

"Saya Mira"    "Aran"

"Saya Aldo"    "Aran"

"Saya namanya Zee" 

"Aran"

"Aku Yessica, panggil aja Chika."

"Aran"

Selesai perkenalan, Pak Kades pun langsung menyampaikan maksudnya memanggil Aran.

"Jadi kurang lebih seperti itu, bagimana Nak Aran? Bisa kan?"

Aran melirik pada para mahasiswa itu lalu ia mengangguk.

"Bisa Pak. Hanya menemani berkeliling desa kan?"

"Iya, setidaknya mereka bisa terbiasa dengan rute tempat kerja dan pulang ke rumah."

"Baik, Pak Kades. Tapi maaf sebelumnya kalau tidak sopan ya. Tapi saya mau pamit ke belakang dulu, mau bebersih. Gak enak aja kalau ada tamu terus saya kotor begini, habis dari sawah. Permisi ya Pak kedes, Mba, Mas.." Aran pun langsung berjalan masuk ke rumahnya.

"Jadi semuanya sudah beres ya? Kalau kalian ingin berkeliling, bisa dipandu oleh Aran. Kalau sudah terbiasa dengan keadaan sini kan bisa lebih enak kalian mengerjakan tugas kalian."

"Iya, Pak. Terimakasih banyak loh, kami sangat terbantu sekali." Ucap Zee

"Pak Gracio, Saya pamit mau kembali bekerja. Tolong titip anak-anak ini ya Pak."

"Iya Pak Kades, saya juga seneng ini rumah jadi ramai dan Aran juga bisa ada teman baru."
Kedua pria itu pun sama-sama tertawa.

Tak lama setelah Pak Kades pergi,
"Pak Gracio, kamar tamu nya sudah saya siapkan. Ibu juga manggil katanya makan siangnya sudah siap."

"Oh iya, terimakasih ya. Ayo anak-anak, barang-barang kalian bawa masuk. Kita makan bareng-bareng."

Dan dari situlah semua kisah menyakitkan ini bermula.
Cerita yang harusnya terasa menyenangkan tuk dikisahkan, malah menjadi luka yang bersarang dalam kenangan.

OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang