Boy kembali ke rumahnya setelah selesai membagikan buku-buku dan melakukan sedikit kegiatan bersama anak-anak di sana.
Saat sedang berbaring di kasurnya, pikirannya melayang pada gadis yang ia temui hari ini.
Gadis bernama Gracia itu kini menyita pikiran dan perhatiannya."Itu bukan luka karena jatuh, tapi luka karena pukulan. Sebenarnya, apa yang gadis kecil sepertimu lakukan sampai dapat luka seperti itu?" Boy melipat kedua tangannya di belakang kepalanya. Ia bertekad untuk mengenal Gracia lebih dekat lagi, lagipula ia sudah memutuskan jika Gracia adalah adiknya mulai hari ini.
~~~
Tiga hari berturut-turut, Boy terus datang ke tempat yang sama untuk bertemu dengan Gracia. Namun, ia tidak pernah bertemu dengan Gracia lagi.
Sampai pada akhirnya, ia menemukan jalan untuk bertemu dengan Gracia."Permisi, saya mau nanya sesuatu. Boleh?"
"Ih, Kak Boy. Iya, kak? Mau nanya apa?" Tanya gadis berseragam yang sedang berada di toko buku.
"Aku mau nanya, Kalian ini dari sekolah mana ya? Letaknya di dari daerah mana gitu" Ucap Boy. Ia mengingat jelas pakaian seragam dua orang gadis dihadapannya itu sama seperti yang Gracia kenakan.
Boy tersenyum ketika berhasil menemukan alamat sekolah Gracia.
Boy mencoba mencari informasi tentang Gracia. Boy bisa menebak, jika Gracia adalah gadis yang benar-benar tidak memiliki teman. Boy bertanya pada banyaknya siswa dan siswi yang mungkin mengenal Gracia, namun tidak ada yang bisa menjawab semua pertanyaannya.
Mereka hanya tau, Shania Gracia adalah perempuan aneh yang tidak punya teman dan tidak ada yang tau, dimana ia tinggal. Semua seakan tidak perduli dan menganggap Gracia itu tidak ada.Sudah dua hari, Gracia tidak masuk sekolah. Boy bingung, apakah ia harus bertanya pada guru atau wali kelasnya?
Boy menahannya sampai besok, jika ia masih tidak bertemu dengan Gracia. Ia akan bertanya pada guru disekolah itu.
Boy berjalan tanpa tau arah tujuannya. Isi kepalanya sedang berdebat sekarang. Sampai tidak sengaja, ia bertabrakan dengan seseorang yang sepertinya sedang terburu-buru.
"Gre?" "Bang Boy?"
"Kamu kenapa lari-larian?" Boy memperhatikan Gracia dari bawah sampai ke atas. Pakaian gadis itu tampak kotor.
"Gre?"
Gracia semakin menyembunyikan wajahnya dari Boy."A-aku, aku ada urusan. Aku pergi dulu" Gracia pergi begitu saja tanpa perduli perjuangan Boy untuk bisa menemuinya.
Boy sama sekali tidak berniat untuk mengejar Gracia. Tapi ia bertekad akan mengikuti Gracia esok harinya.
~~~
Boy benar-benar mengikuti Gracia. Boy mengikuti Gracia seharian, dan ia baru tau, jika adik angkatnya itu tidak langsung pulang, setelah pulang sekolah. Gracia memberikan makanan untuk kucing-kucing jalanan, main dan belajar bersama anak-anak di panti asuhan.
Saat matahari mulai terbenam. Gracia akan menggambar ukiran senja di bukunya."Kamu bener-bener gak punya satu orang temanpun ya, Gre" Ucap Boy. Matanya tak lepas memandangi Gracia yang masih menikmati senja.
Ponsel Boy berdering, ia pun segera menjauh untuk menjawab telfonnya agar keberadaannya tidak diketahui oleh Gracia.
"Kenapa, Sis?"
"Lo lagi dimana?"
"Gue lagi jalan-jalan aja, kenapa?"
"Lo harus balik sekarang"
"Emangnya ada apa sih, Sisca? Ribet banget kayaknya tinggal ngomong aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot
FanfictionKumpulan cerita yang tercipta karena kegabutan yang sudah diluar batas..