Cinta Yang Sama

513 37 10
                                    

"Gimana keadaan Cindy?" Tanya Christi pada Kyla.

Kyla adalah seorang dokter,  selama hampir sebulan ini Kyla selalu menyempatkan diri untuk mampir ke apartemen Christi untuk melihat perkembangan Cindy.

"Gak ada perubahan. Kita gak bisa selamanya mengandalkan suntikan dan infus. Dia harus makan dengan benar. Gue juga udah gak bisa nambahin dosis obat penenang untuk Cindy. Itu bahaya untuk keselamatannya." Jelas Kyla.

"Jadi kita harus ngapain, Kyl?"

"Gue  udah bilang sama lo berulang kali, biarin Cindy dirawat di rumah sakit dan biarin dia dapat perawatan lebih disana. Gue bukan mau ngatain temen lo, tapi halusinasinya sudah terlalu parah. Gue yakin dia udah gak tau lagi bedanya mana yang nyata dan mana yang hanya halusinasinya" Christi memejamkan matanya. Ia tidak tau jika Cindy akan separah ini.

"Jinan, sini duduk samping aku. Aku mau meluk kamu"

"Ji, kamu mau kemana?"

Christi dan Kyla sama-sama menoleh ketika mendengar suara Cindy dari dalam kamar.

Christi dan Kyla masuk untuk melihat Cindy.
"Cind?"

"Kalian ngusir Jinan aku ya?" Ucap Cindy.

"Kita gak ngusir Jinan" Ucap Christi.

"Boleh aku kenalan sama Jinan? Tanyain Jinan nya dulu, dia mau kenalan sama aku gak?" Christi menoleh mendengar ucapan Kyla. 

Kenapa sahabatnya itu jadi mengikuti kegilaan Cindy? pikirnya.

"Jinan itu pemalu, dia susah buat kenalan sama perempuan" Ucap Cindy.

Kyla mengangguk dan melangkah menghampiri Cindy.

"Karena aku selalu sibuk dan gak bisa ngobrol banyak  sama Jinan, mau gak kamu cerita sedikit tentang Jinan? Aku cuma penasaran aja sih" Kyla duduk di kursi yang berada di samping tempat tidur Cindy lalu meletakkan tas kerjanya dilantai bersiap mendengarkan cerita Cindy tentang Jinan.

"Jinan itu suka iseng, dia suka main game. Jinan suka nakutin aku pakai balon, dia bakal berhenti kalau aku udah nangis. Tapi Jinan cowok yang baik, aku gak pernah ketemu cowok sebaik dan seganteng dia. Dia selalu ngelakuin apapun untuk aku, bahkan.. Jinan.." Kyla menggenggam lembut tangan Cindy.

"Jinan gak suka kalau mata ini terus-terusan nangis." Kyla mengusap airmata Cindy.

"Kamu mau tau satu rahasia Jinan gak?"

"Rahasia? Jinan gak pernah rahasiain apapun dari aku" Ucap Cindy.

"Dokter yang bertanggung jawab atas operasi transplantasi mata Jinan ke kamu.. Adalah aku."

"Maaf karena udah bohong sama kamu. Aku punya alasan untuk itu. Seorang dokter seharusnya menjaga privasi pasiennya, tapi melihat keadaan kamu yang masih belum bisa menunjukkan perkembangan. Aku gak punya pilihan lain selain memberi tau tentang ini"

Kyla menarik nafas dalam sebelum melanjutkan ceritanya. Ia sudah terlanjur ikut campur dalam masalah mereka dan pilihan terakhir adalah menuntaskannya.

"Lo kerja aja deh Kyl, Cindy biar gue  yang ngurus. Lo udah telat" Ucap Christi.

Kyla memandang jam tangannya dan benar saja, ia sudah terlambat untuk ke rumah sakit.

"Ya udah, gue mau lo ceritain semuanya, biarin Cindy tau semua. Mungkin dengan begitu Cindy bisa mengerti." Christi mengangguk.

"Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya" Ucap Kyla sebelum ia pergi. 

"Kenapa sih?" Tanya Cindy saat Kyla sudah meninggalkan mereka berdua.

"Gue pengen lo sadar, Jinan udah gak ada." Cindy menutup telinga dengan kedua tangannya, ia tidak ingin mendengar ucapan Christi.

OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang