Keberuntungan ada di dalam diri setiap manusia.
Tidak selamanya, keberuntungan itu menghampiri kita. Terkadang, kita sendiri lah yang harus menjemput nya.
Aku benar-benar muak mendengar kata-kata bijak yang selalu mereka katakan.
Bagiku, keberuntungan dan nasib yang baik. Hanya akan terjadi pada orang-orang yang memiliki harta dan pakaian yang bagus.
Semua nasihat bijak itu, tidak ada artinya bagiku. Karena hal itu sama sekali tidak terjadi.
Aku. Aku sama sekali tidak melihat adanya keadilan dalam dunia ini. Entah memang seperti itulah dunia, atau hanya hidupku saja yang terasa seperti itu?
Entahlah, aku lelah memikirkannya.
Tidak ada yang bisa kulakukan untuk hidupku, mungkin aku akan mati kedinginan di jalanan seperti teman-teman ku yang lain.
Sakit rasanya jika melihat mereka yang mempunyai harta lebih, justru membuang harta mereka untuk hal bodoh yang mereka sebut 'Kesenangan'.
Tidak kah mereka berfikir tentang nasib orang-orang seperti aku dan teman-teman ku yang sering terlihat di pinggir jalan atau di gang sempit yang bau dan kotor.
Yang mungkin mereka meliriknya saja tidak mau.Aku membenci mereka, aku membenci hidupku dan aku membenci dunia yang tidak ingin melihatku bahagia.
Kata teman-teman ku, namaku bagus. Namaku terdengar seperti nama seseorang yang akan terkenal di suatu hari nanti.
Fransisca? Apa menariknya nama itu? Mungkin di dunia ini, hanya aku yang menggunakan nama aneh itu.
Aku hanya kasihan pada temanku yang mempercayai bahwa diriku akan menjadi seseorang yang memiliki nama besar di kota ini.
Bagaimana bisa ia memiliki kepercayaan seperti itu? Yang bahkan aku sendiri pun tidak mempercayai nya.
Sampai suatu hari, ada seorang Pria mengubah pandanganku tentang dunia, nasibku dan juga mereka.
Pria bermantel tebal dan terlihat mahal itu, berjalan menghampiriku di tengah dinginnya salju di malam Natal.
"Hei, kenapa gadis seperti mu memiliki mata yang tajam dan juga menatap penuh amarah pada mereka?" Tanya pria itu pada Sisca.
Pria itu berjongkok lalu menatapku sambil tersenyum.
"Aku Ronald, Ronald Reagan. Siapa namamu?"
"Sisca"
"Hanya Sisca?"
"Lebih tepatnya, Fransisca." jawab Sisca masih dengan wajahnya yang terlihat seperti orang yang sedang marah.
"Aku tadi tidak sengaja mendengar suaramu. Dan itu sangat indah" Ucap Ronald.
Sisca memandangnya dengan bingung. Entah karena tidak biasa mendengar pujian dari orang asing atau semacamnya. Hingga Sisca menanggapi ucapan Ronald dengan tidal serius.
Baginya, Ronald sama saja seperti mereka yang hanya akan mempermainkannya.
Bukannya ia ingin memiliki pikiran buruk tentang Ronald. Hanya saja, Sisca belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. Ia hanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang menggunakan gaun indah atau mantel mahal.
"Kau tidak percaya? Ayo kita buktikan" Ronald menarik tangan Sisca, mengajaknya ke sebuah toko baju.
Ronald memilihkan gaun biru yang sangat cantik untuk Sisca.
"Apa sebenarnya yang coba kau lakukan?" Tanya Sisca penuh curiga.
"Hanya ingin membuktikan sesuatu." Jawab Ronald lalu berjalan keluar toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshot
FanficKumpulan cerita yang tercipta karena kegabutan yang sudah diluar batas..