ILYCC - 1a

158 15 24
                                    

Hai!
Vote dulu boleh kakak!
Komennya juga dong!
~•~

10 tahun sebelumnya ....

"Ndin."

"Hmm?"

"Coba jujur ... Andi ganteng enggak?"

Aku menurunkan buku novel, mengernyit memandang langit-langit kamar. Menimang-nimang pertanyaan Sarah. Andi, ya? Aku menatap gadis ber-dress ungu itu hororr.

"Menurut gue?" Jari telunjuk kananku mengarah padaku yang diangguki olehnya. Aku mendengus sinis. "Lo naksir dia?" tebakku.

Sarah berdecak. "Ya enggaklah! Yakali! Dia sepupu gue, Cuk!"

Aku mulai menatapnya tertarik. "Ohya? Bisa aja, kan? Kalo menurut gue, sih, Andi lumayan juga ..." Senyumku terukir jahil.

Dia menyipitkan mata. "Lumayan apa?"

"Lumayan buat dijadiin babu." Aku tergelak membuatnya melempar bantal padaku.

"Ih! Apaan, sih, ngadi-ngadi!"

Aku menangkap bantal, menatapnya serius. "Eh, beneran kok. Dia itu pakai kacamata, tinggi, ke mana-mana nunduk, cupu banget, tahu enggak? Gue tembak dia terus gue jadiin dia babu kali seru." Aku menggigit bibir bawah, puas menatap mimik kesal Sarah.

"Andin Alika Putri! Gue tenggelemin lo ke sungai amazon kalo beneran ngelakuin itu!" Matanya melotot membuatku tertawa. "His! Enggak lucu, Ndin! Dia itu ... pretty boy, tahu enggak, sih? Ponakan kesayangannya ayah-bunda."

"Dan lo jadi pelindung dia, kan? Hah, tahulah!" Aku mengibaskan tangan kanan di wajahnya. "Dia cowok, Sar, harusnya lo latih dia jadi cowok dong! Bukan malah ngelindungi dia!"

"Dia, kan, udah jadi cowo, punya batang juga, jadi apa lagi?"

Aku menyentil dahinya membuat gadis itu merengut kesal. "Ajarin dia cara jaga diri dong! Di mana-mana, cowo yang ada di depan buat belain cewe, bukan kebalikannya dodol! Sepupu lo manjain banget."

"Dia itu emang lembek dari lahir, kasian gue. Entah karena hati dia terlalu lembut atau emang dunia ini terlalu kasar buat dia. Terkadang ... entahlah!"

Aku jadi penasaran, seperti apa sosok Andi? Benarkah dia cowok lembek macam yang dideskripsikan Sarah? Sejauh ini yang kutahu sepupu Sarah yang bernama Andi Wajayanto adalah sosok cupu di sekolahku. Hatiku jadi tergerak ingin tahu lebih banyak tentangnya, tapi bagaimana caranya?

Aku menoleh ke Sarah yang kini sibuk dengan gawainya. "Sar!"

"Hmm?"

"Ajak sepupu lo ke sini dong! Gue mau PDKT." Saat dia menoleh, aku menyengir. "Boleh, ya?"

Tatapan dinginnya menusuk mataku. Ah, silau!

"Dih, cupu lo!" Dia melempar gawai hampir mengenai dadaku. Sadis!

"Apa salahnya?" Aku cemberut, memeluk buku novel.

"Lo kalo mau deketin dia jangan lewat gue dong, bergerak sendiri!" Dia menatapku hororr. "Gue kenal lo dari orok, Ndin, jangan kira gue bisa tertipu dengan mudah."

Aku tergelak, tahu saja dia rencanaku, tapi serius ... "Bercanda Sar, eh, tapi gue penasaran sama dia!"

Sarah mengibaskan tangan kanan di depan wajahku. "Enggak-enggak! Andi cowo lugu, enggak pantes buat cewe enggak ada akhlak kayak lo."

Aku tersenyum terpaksa. "Makasih pujiannya, Sar, tapi serius ... secupu-cupunya cowo pasti bisa bela diri, kan? Gue enggak percaya dia enggak bisa bela diri."

"Dahlah. Mending besok lo tes deh kalo kagak percaya kalo dia tuh lembek." Sarah beranjak dari kasur. "Gue minta makan, yah?" Kemudian sosoknya sudah hilang di balik pintu.

Aku menyenderkan punggung ke kepala ranjang. Tes ya? Wah, aku ada ide.

"Ndin ...."

"Lah anak Dodi balik lagi, ada apa?"

Mukanya seketika masam, aku terkekeh. "Heh, Darman! Bagi duit, beli bakso, kulkas lo isinya cuma sayuran." Dia mendekat, somplak ni anak.

"Ck! Makan yang ada!"

"Yaelah, minta duit beli semangkok bakso kagak bakal bikin Darman jatuh miskin." Tangannya tersodor dengan senyum manis menghiasi wajah.

Aku mendengkus, memberikan uang lima puluh ribu padanya. "Beli dua, buat gue satu."

Wajahnya tampak berseri. "Ah, kamuuu! Eh, gue sekalian pulang, ya! Dadah! Makasih loh!"

Aku melotot menyaksikan ia cengengesan menutup pintu. "Lah buset, gue dipalak, dasar anak Dodi!"

***

I Love You, Cowok Cupu ( On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang