Minju mendongakkan kepalanya saat merasakan tepukan di pundaknya. Dengan mata sembab dan wajah merah itu Minju dapat melihat ada seorang pria paru baya berdiri di depannya sambil tersenyum hangat
"Apa kamu ada masalah? Kenapa kamu duduk di sini, bahaya tau entar orang orang pada protes" Ucap bapak itu pada Minju
"Ahh...maaf" Minju langsung berdiri dan membungkuk maaf pada bapak itu tapi hanya di balas senyum hangat yang sama
"Kamu itu cantik dan terlihat baik, kamu tidak boleh menahan perasaanmu sendirian, cerita ke orang lain yang kamu percaya jangan pendam masalahmu sendiri. Jika ini tentang percintaan ya kamu harus kuat menghadapi kisahnya yang penuh luka liku, nangis kayak gini bukan solusi tapi gpp nangis biar perasaanmu lega juga" Ucap bapak itu menatap Minju dengan tatapan teduh
Dia paham mengapa anak anak muda jaman sekarang banyak menangis selain karena masalah cinta itu pasti hidup mereka yang berat, dia sudah mengalaminya berkali kali
"Apa aku bisa ketemu sama dia lagi? Setelah 5 tahun dia pergi karena kebodohan aku?" Tanya Minju ke bapak itu
Bapak itu tersenyum lalu mengusap kepala Minju layaknya seorang ayah yang tengah menenangkan anaknya yang sedang menangis
"Kalau memang dia jodoh kamu, dia pasti akan kembali lagi ke kamu sejauh apapun dia pergi, dia yang sudah terikat sama kamu ga akan pernah bisa lepas dengan mudah apalagi kalian saling cinta" Minju menunduk mendengarkan setiap kata kata yang di ucapkan bapak itu
"Kalian pisah karena sudah tidak ada rasa atau hal lain?" Tanya bapak itu
"Kita ga pisah dan aku ga mau pisah dari dia tapi dia pergi karena kebodohan aku. Dia kecelakaan dan menghilang karena mantan aku yang ga terima putus dari aku, maka dari itu mantan aku marah terus celakain Yujin" Jawab Minju dengan suaranya yang mulai bergetar
Bapak itu menatap iba Minju, kenapa kisah percintaan seperti ini banyak terjadi? Termasuk pada dirinya. Rasanya dia ingin mengajak Minju mengobrol lebih jauh, berbagi cerita agar Minju lebih tenang tapi ya dia sadar dia hanya orang yang kebetulan lewat dan berniat memberitahu Minju untuk tidak diam menangis di depan mobilnya di tepi jalan, dia tidak punya hak mengetahui privasi Minju lebih jauh
"Tenanglah, kamu percaya aja sama hati dan perasaan kamu. Kalau kamu merasa dia masih hidup dan cinta kamu blm hilang maka percaya aja kalau dia akan kembali tapi jangan terlalu berharap karena terkadang harapan adalah alasan terbesar sakit hati kita..."
"...kita ga tau permainan takdir bagaimana, kita cuman bisa menjalani apa yang udah di tentukan dunia ini untuk kita, kita ga bisa mengubah takdir atau menyalahkannya. Jadi kamu harus percaya sama hati kamu juga diri kamu sendiri, kalau kamu yakin dia masih hidup ya tunggu dia jangan pergi karena kita ga tau di akhir kamu akan menyesal atau tidak"
Ucapan bapak itu serasa memenuhi kepala Minju, hatinya menghangat dan perasaanya lebih tenang sekarang berkat ucapan bapak ini. Setiap kata kata bapak ini sangat mengenai hati Minju nada lembut bapak itu sama seperti Seokjin sang ayah ketika menenangkannya yang tengah menangis
"Hmm....makasih pak, kata kata bapak bikin saya tenang" Ucap Minju sambil tersenyum kemudian mengusap air matanya
"Syukur kalau begitu. Kamu masih muda jangan banyak nangis entar stress"
"Iya makasih pak udah di ingetin hehe"
"Yaudah kalau gitu bapak pamit dulu, kamu juga pulang ngapain di lampu merah gini sendiri, untung kamu di tepi loh coba aja di tengah kena protes orang orang kamu" Kata bapak itu
"Hehehe iya pak sekali lagi makasih dan maaf udah mengganggu waktu bapak"
"Gpp kok saya senang nasehatin kamu" kata bapak itu dengan senyum tulusnya
"Saya juga seneng denger nasehat bapak" balas Minju dengan senyum manisnya
"Ahhaha kalau gitu saya pamit permisi"
"Ahh ita hati hati di jalan pak" bapak itu mengangguk lalu berjalan pergi dengan Minju yang terus menatap punggung bapak itu hingga tak lagi terlihat di matanya
"Hahh semangat Minju hwaiting!" Ucap Minju menyemangati dirinya sendiri dan sepertinya dia akan sering lewat jalan ini untuk menemukan Yujin lagi pastinya karena dia melihat Yujin di sini
"Dateng lagi deh besok siapa tau dia lewat lagi dan gue ga boleh lemot harus gercep!" Minju masuk ke mobilnya lalu pulang ke rumahnya
Sementara itu Yujin dan Lisa sekarang udah sampai di rumah, mereka ga jadi bantu Minju tadi soalnya udah ada bapak bapak yang duluan nyamperin, maka dari itu mereka milih langsung balik aja
Flashback
Yujin narik Lisa yang terlihat ogah ogahan buat bantu Minju, kakaknya ini memang susah di ajak kerjasama mau nolong orang aja musti di temenin
"Kal Lisa ayo cepet itu kakinya jangan di tahan tahan gitu jalannya kek zombie tau" kata Yujin yang membuat Lisa memutar bola matanya malas
"Ihh ga usah tarik tarik juga ujin ini baju kakak bisa robek loh. Lagian itu embak nya belum kabur juga ah"
"Ya makanya cepet biar mbaknya ga kabur" desak Yujin
"Iya iya kek apaan aja kabur, ehhh...stop" Lisa langsung menahan Yujin supaya berhenti berjalan
"Kenapa?" Tanya Yujin
"Itu liat udah ada yang bantuin mbak nya kita telat" kata Lisa sembari menunjuk Minju dengan seorang bapak bapak dan Yujin mengikuti arah pandang Lisa
"Eh udah ada yang bantuin toh"
"Yaudah karena udah ada yang bantuin bagus kita balik, kamu juga kan masih pusing kalau lama lama di sini kena matahari terus kamu pingsan entar repot. Mau gendong tapi nyadar badan ku lebih lebih kecil dari kamu" Ucap Lisa panjang lebar membuat Yujin terkekeh
"Kkk~ yaudah iya kita balik, ga usah cemberut gitu" Ucap Yujin lalu memeluk Lisa
"Ihh siapa yang cemberut, ngasal kamu. Ayo pulang"
"Iya iya ayo pulang"
Akhirnya mereka pun pulang tak jadi membantu Minju, mereka berdua lewat di hadapan Minju yang tengah berbincang dengan bapak bapak itu. Minju sendiri tidak sadar jika Yujin lewat di hadapannya karena bapak itu berdiri di hadapannya yang membuat pandangan Minju terhalang
Flashback off
Buat mereka bertemu? Tidak semudah itu boss 😎
Double up untuk hari ini, kurang baik apa gue sama kalian 😌
Berdoa aja semoga mereka cepat ketemu 🙏
Bonus :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.