Bab 2 Memastikan Kembali

10 2 0
                                    

Bab 2 Memastikan Kembali

~*~

Setelah banyak menginterogasi Fardhan, aku tidak mendapatkan informasi yang membahagiakan. Fardhan tetap Fardhan yang menyebalkan. Tidak bisa diajak kerja sama, padahal aku sudah menceritakan semuanya tadi. Mulai dari kecelakan Asha sampai kepergian Bang Haris yang membuatku ingin menemuinya kembali. Sebab satu atau dua hari sebelumnya aku sempat melihat Bang Haris menjemput Fardhan di depan kafe. Masih ingat kan kalau aku dengan Fardhan ini tidak ada ikatan saudara, kerabat, dan lain-lain. Tetapi, kenapa Bang Haris bisa menjemput Fardhan? Itu yang membulatkan tekadku untuk terus meneror Fardhan jika manusia yang duduk di sampingku ini tidak mau membantu.

"Ayolah Fardhan, lo gak kasihan sama gue?"

"Gak!" jawabnya teramat singkat.

Aku menatapnya sinis sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Lo tuh ... jahat tahu gak?"

"Gak," jawabnya lagi. Benar-benar irit.

"Fardhan, please! Bantu gue, kemarin kan ... eh lupa kemarinnya lagi kalau gak salah, lo kan dijemput sama cowok. Nah gue---"

"Lo gak berpikir gue ada apa-apa sama tuh cowok, kan?" tanya Fardhan sambil menatapku sinis. Kedua alisnya hampir menyatu dengan dahi yang mengerut banyak.

Aku mendelik. "Ya, enggaklah. Kan gue cuma mau tahu, cowok yang jemput lo itu Abang gue atau bukan. Soalnya kemarin gue lihat wajahnya pers---"

"Bukan." Fardhan bangkit dari tempat duduk dan memasukkan buku ke tas yang sedari tadi dia simpan di samping kaki. Aku tidak melihatnya sama sekali. "Gak usah kepo deh jadi orang."

"Lah, ya kepo lah kalau itu cowok Abang gue, lo harus balikin dia ke gue. Secara kan---"

"Berisik! Dia supir gue gak usah ngaku-ngaku jadi adiknya deh. Bilang aja lo suka sama dia, kan?" Fardhan memakai tas lalu berjalan. Tak lama kemudian dia menoleh dan berkata, "Banyak orang kayak lo yang ngaku-ngaku adiknya, biar bisa PDKT sama supir gue yang lumayan ganteng itu."

Banyak orang sepertiku katanya? Apa tidak salah? Aku mau PDKT sama kakak sendiri? Yang benar saja. Sudah gila kali Fardhan itu. Jelas-jelas aku bilang ingin memastikan kembali kalau yang aku lihat itu Bang Haris, kenapa jadi dituduh mau PDKT sama supirnya?

Sudah capek-capek ke sini dan mengeluarkan uang malah tidak dapat apa-apa. Memang ya, Fardhan itu manusia yang langka. Harusnya dia tuh punah sajalah dari bumi ini. Tidak perlu dilestarikan. Bikin repot orang yang mengurusnya nanti.

Tak lama setelah kepergian Fardhan, ponselku berbunyi. Muncullah foto laki-laki tampan. Penampakan jodohku di masa depan, mungkin?

Nana, nama temanku. Sebenarnya nama dia itu Rania dan harusnya dipanggil Rani atau Nia, tetapi dia tidak mau memakai nama panggilan itu. Agak aneh sih awalnya. Namun, setelah lama mengenal perempuan itu aku paham. Dia ingin dipanggil Nana karena katanya biar sama dengan nama bias atau apalah sebutannya dengan nama panggilan laki-laki yang sedang tersenyum memakai hoodie biru ini.

Omong-omong, aku belum menjawab telepon Nana, biarkan saja dia mendumel kesal. Toh, lebih baik aku melihat foto profile-nya saja yang menampilkan wajah Nana---salah satu member laki-laki idol group---daripada mendengar ocehan Nana---temanku Rania---yang sering membuat kupingku pengang.

Oke. Mungkin Nana kehabisan kuota atau marah. Sebab perempuan yang mengklaim dirinya sebagai Nananya Nana ini tidak lagi meneleponku. Cukup melegakan.

Aku ini ingin sendirian dulu tahu. Pengin berpikir, bagaimana menemukan Bang Haris dan membawanya kembali ke rumah.

Oke-oke. Rasanya aku harus menyusun strategi, bertingkah seolah detektif. Bersikap halus, mulus, tidak seperti tadi supaya Fardhan mau mengenalkan aku dengan supirnya.

Tunggu! Supir? Aku tidak yakin kalau Bang Haris mau bekerja menjadi supir, tetapi bisa saja kan untuk menyambung hidup Bang Haris menurunkan ego sehingga bisa menjadi supir di keluarganya Fardhan. Namun pertanyaanya, bagaimana cara Bang Haris bisa menjadi supir di sana?

Oh tidak! Aku tidak bisa membayangkan bagaimana tertekannya kakaku itu saat mendapat majikan seperti Fardhan. Pasti Bang Haris dituntut perfect, tidak boleh ini dan tidak boleh itu. Haduh, kasihan!

Lantas aku menghidupkan ponsel dan menekan aplikasi Notes. Mengetikkan rencana yang harus aku lakukan demi mendapat informasi dari Fardhan. Bisa juga sih datang langsung ke rumah Fardhan, namun tidak ah. Itu sangat memalukan dan belum tentu laki-laki yang aku lihat kemarin selalu ada di rumah itu. Jadi, ya, mari kita coba cara pendekatan dengan Fardhan lebih dulu. Bukan PDKT alias pendekatan untuk membuatnya menyukaiku lho ini.

Sampai di rumah, aku kembali menuliskan rencana yang sudah aku susun di taman tadi. Biar tidak lupa. Soalnya kan kalau di ponsel tuh kadang suka hilang. Biar tidak pusing untuk berpikir lagi, aku tulis ulang saja.

Akan tetapi, saat aku sudah selesai menulis dan ingin menaruh buku catatan, ponselku berdering nyaring. Muncul wajah Nana, tapi bukan Nana Rania. Tahu, kan siapa yang kumaksud?

~*~

Tahu, kan Nana siapa?
Wkwk

Salam Nurasfitasari14.

Senin, 2 Agustus 2021.

[ Nasha ] Pelindung NashaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang