2. balon tiup

6.2K 991 116
                                    

02 agustus, 1996.




••••••
author pov

suasana pusat kota di malam hari yang masih terlihat asri. pinggiran jalan yang dipenuhi oleh pepohonan rindang dan dibantu penerangan dari temaram lampu.

beberapa kendaraan berlalu-lalang, juga para pedagang jajanan. yang harganya mulai dari 100 rupiah sampai 500 rupiah, mereka saling sibuk memikul dagangan, berkeliling mencari pelanggan.

lisa dan jennie berjalan bersama, dengan jennie yang kali ini sengaja mengurai rambut panjangnya, gadis itu terlihat sangat cantik dengan rok berwarna merah sebatas lutut.

sedangkan lisa, ia memakai atasan cropped t-shirt dengan perpaduan celana hitam panjang dan sepatu converse khas anak remaja tahun 90an. tak ada kata yang lebih cocok untuk menggambarkan keduanya, selain hanya kata sempurna.

satu tangan jennie mengapit lengan lisa. setelah tadi sore lisa nyaris menghabiskan waktunya membantu bunda ke pasar, kali ini giliran jennie yang mengajak lagi gadisnya itu untuk berpacaran.

kebetulan ini malam minggu. tak sedikit pasangan muda yang seumuran juga saling begandengan tangan di sana. karena di pusat kota inilah, semuanya tersedia.

"sayang mau jajan?" tanya lisa.

"mau, telur gulung enak." jawab jennie dengan senyuman antusias.

lisa gemas, sungguh. ia usapkan jari-jarinya pada rambut panjang jennie dan mengangguk. membawa genggaman tangan mereka menuju pedagang pikul yang menjual telur gulung.

setelah sampai pada tempat seorang pedagang laki-laki yang sudah berumur, keduanya mendekat. menunggu lebih dulu penjual pedagang telur gulung itu yang sedang membuatkan pesanan orang lain.

"cantik?" suara lisa setengah berbisik di telinga jennie.

panggilan sederhana yang kelewat manis, tentu saja membuat jennie tersenyum malu dan menatap lisa dengan tatapan penuh sayang.

"apa deh?"

"mamangnya cakep ya?"

jennie lantas terkekeh, mendengar pertanyaan tiba-tiba dari gadisnya barusan.

"iya cakep, kenapa? kamu naksir?"

"ngga, aku mah naksirnya sama kamu doang."

"masa?"

lisa mengangguk tersenyum, ingin mencium sekilas pipi jennie namun suara mamang pedagang telur gulung menyela dan menyanyakan berapa yang mereka ingin beli.

wajah keduanya memerah malu, cepat-cepat lisa menjauhkan wajah dan berpura-pura tak terjadi apa-apa.

jennie tak bisa berhenti menahan tawa, melihat raut muka lisa yang masih tersipu di sampingnya.

setelah menunggu beberapa menit, telur gulung yang mereka beli pun sudah selesai dibuatkan. lisa dengan sopan membayar sembari tersenyum canggung, lalu membawa genggaman tangan mereka untuk menjauh dari sana.

"makanya, lain kali kalo mau cium tuh liat-liat tempat dulu." ucap jennie, masih dengan sesekali tertawa.

"udah, jangan dibahas lagi"

"kenapa?"

"malu."

"ada-ada aja deh."

lisa mengusap tengkuknya sendiri dan tersenyum. kini dirinya mengajak jennie untuk duduk pada salah satu kursi taman yang kosong dan juga sudah lumayan cukup jauh dari keramaian.

NOSTALGIA - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang