note; bunda itu panggilan untuk jennie, mama panggilan untuk lisa.
••••••
author povkedua tangan lisa melingkar pas pada pinggang jennie, perempuan yang sudah berumur itu memeluk tubuh istrinya dari belakang.
lisa sendiri tertawa, sembari menciumi sekitaran leher dan wajah jennie, hingga membuat yang dicium terkekeh geli dan melenguh meminta berhenti.
rasanya tak pernah semenit pun lisa ingin menghabiskan waktu tanpa perempuannya ini. perempuan yang telah menemani semasa hidupnya lisa dari sekolah menengah atas, hingga sekarang mereka memiliki satu anak gadis.
berpuluh-puluh tahun sudah mereka lewati, di umur yang sudah memasuki usia kepala empat, lisa benar-benar tak lagi membutuhkan apa-apa. lisa tak lagi memikirkan masa depan yang lebih, selain hanya yang lisa ingin adalah terus bisa bahagia bersama jennie.
gadis cantik yang dulu telah berhasil mengambil hatinya, dan sekarang gadis cantik itu masih terlihat sama. masih persis seperti jennie yang lisa temui pertama kali waktu sekolah menengah atas.
sejenak lisa tersenyum, masih dengan kedua tangan yang melingkar pada pinggang istrinya, lisa memandangi wajah cantik jennie dari samping. sedangkan jennie hanya diam, kedua tangannya sibuk memotong beberapa sayuran.
"sayang."
"hm?"
"sebentar lagi kan usia pernikahan kita yang ke dua puluh lima tahun, kamu mau minta apa?" lisa bertanya dengan lembut.
satu tangan lisa lalu beralih menggenggam pergelangan tangan jennie, membuat perempuan itu berhenti melakukan aktifitasnya dan setengah berbalik menatap lisa.
percayalah, 20 tahun lebih sudah keduanya menikah. namun, tak pernah sekali pun lisa lupa untuk mewujudkan keinginan-keinginan kecil yang jennie ingin. walau istrinya itu kadang tak ada meminta apa-apa selain hanya terus dicintai, lisa tetap memberikannya.
jennie tersenyum menggeleng, tangannya lalu terangkat untuk merapikan anakan rambut lisa yang menghalangi pandangannya. dan jennie berani mengaku, bahwa ia selalu jatuh cinta pada lisa.
"kita ini udah tua, ngga ada lagi yang mau aku minta, kamu sehat aja udah cukup." jennie membalas, tersenyum di akhir kalimat.
"ngga, justru karna kita udah tua. kita harus sayang-sayangan terus. aku mau manjain kamu, kaya dulu waktu kita pacaran. kamu boleh minta apapun yang kamu mau."
jennie tertawa kecil merasa lucu, tubuhnya lalu menghadap lisa dan menatapi netra obsidian itu dengan lamat.
sampai jennie memutuskan temu tatap mereka dan beralih. tak lagi memandangi mata indah lisa yang mampu membuat jennie merasa lemah dan terintimidasi.
"aku kadang takut." jennie membuka suara.
"takut? apa yang kamu takutin sayang? bilang sama aku."
"karina."
"karina? dia kenapa?"
"..."
"sayang?"
"suatu hari nanti, kita bakal ninggalin dia. entah itu aku, atau kamu yang duluan. di sana aku takut, dia bakal kesepian dan—"
"sstt."
lisa menaruh jari telunjuknya tepat pada bibir jennie, mengisyaratkan istrinya itu untuk jangan melanjutkan apa yang ingin jennie katakan.
dengan tatapan yang masih melembut disertai senyuman tipis pada kedua sudut bibir, lisa menarik tubuh jennie untuk ia dekap dan ia usap penuh sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOSTALGIA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Dunia harus tahu, ada kisah luar biasa yang pernah terjadi pada masanya. Di tahun 1996. ❞