author pov
"matahari itu dapat memancarkan cahayanya sendiri karena ada proses reaksi fusi di dalam intinya. proses esktrim ini membuat empat atom hidrogen bersatu yang menjadi satu atom helium. nah, itulah sebabnya matahari juga disebut sebagai bintang yang muncul di siang hari." ucap sang guru panjang lebar.
beliau lalu mengedarkan pandangan ke seisi ruangan kelas. hampir seluruh murid-murid mendengarkan dengan seksama dan sesekali mengangguk-ngangguk kecil ketika mereka merasa paham.
setelahnya guru itu tersenyum tipis dan berucap lagi.
"ibu rasa cukup sampai di sini penjelasan yang ibu berikan. silahkan kalian salin catatan yang ada di papan tulis, karena ibu akan mengikuti rapat sebentar lagi, ibu harap kalian jangan berisik."
"baik bu." sahut mereka serempak, dan guru berlalu keluar kelas.
keadaan yang tadinya hening, kini mulai terdengar obrolan-obrolan ringan dan candaan dari para murid. walaupun begitu, mereka tetap disiplin untuk tidak keluar kelas.
sama halnya dengan lisa. setelah melihat guru itu keluar, ia dengan lekas menopangkan dagu pada satu tangan, memandangi jennie yang sedang duduk di sampingnya.
senyuman itu tak bisa lepas, melihat jennie yang kini sibuk menyalin catatan pada buku dan fokus di sana, seolah tak sadar jika lisa sedang memandanginya.
"sayang." panggil lisa.
jennie berdehem sekilas, tak ada waktu untuk menoleh barang sedetik saja sebab jennie tahu, gadis tinggi itu pasti memanggil karna ingin mengatakan hal yang tidak terlalu penting.
"coba liat aku"
"ga bisa."
"liat bentar aja"
"ck, apa?"
"setelah denger penjelasan dari bu ana, aku rasa matahari tetep kalah deh cahayanya kalo dibandingin sama kamu."
sedetik kemudian jennie menghembuskan nafas, ia bilang juga apa.
lisa memang selalu memiliki pembahasan tak ada habisnya jika tentang mengatakan hal yang manis pada jennie.
"catet juga sana, aku ga mau contekin ke kamu lagi kalo ada ulangan."
bibir lisa cemberut, ia lalu merentangkan kedua tangannya dan sengaja menguap.
jennie yang melihat tentu saja langsung menutupkan telapak tangan pada mulut lisa hingga gadis tinggi itu selesai dan berakhir terkekeh kecil.
"berapa kali udah diingetin, kalo nguap itu ditutup"
"ada kamu yang nutupin"
"...."
"nanti aku nyalin catetan kamu aja ya?"
"ngga mau, kamu bisa catet sendiri sekarang."
"tapi aku lagi males, sayang." diakhir kalimatnya, lisa cemberut.
dirinya ingin menyandarkan tubuh pada tubuh jennie namun dengan lekas jennie menghindar dan menggeleng.
jennie ambil buku tulis milik lisa dan ia serahkan tepat pada hadapan pemiliknya. dengan tatapan yang sedikit menajam, jennie mengisyaratkan dengan ujung mata untuk lisa segera mencatat.
"tapi sayang aku—"
"kalo masih ga nurut, ngga usah duduk sebelah aku."
"...."
"kenapa masih diem? sana pergi."
"ck iya-iya, galak." cicit lisa teramat pelan.
tangan panjangnya lalu membuka buku tulis yang masih kosong sisa setengah. dengan rasa yang berat hati dan malas, lisa menghela nafas sembari mengambil alat tulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOSTALGIA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Dunia harus tahu, ada kisah luar biasa yang pernah terjadi pada masanya. Di tahun 1996. ❞