author pov
kedua sudut bibir jennie masih tersenyum sembari menatap ke arah lapangan sana, kedua netra indahnya tak pernah lepas dalam menaruh seluruh atensinya pada lisa yang sedang berlari-lari memantulkan bola basket, bermain bersama bambam.
"pacar lo tuh jago basket, kenapa dia ga masuk tim basket putri aja deh?" suara jisoo tiba-tiba bertanya, bersamaan dengan tubuhhnya yang perlahan duduk tepat di samping jennie.
sedangkan gadis berpipi mandu itu menoleh sebentar dan melempar senyuman yang khas pada kedua temannya. selain jisoo, juga ada rosé yang melambai sebentar dan ikut duduk.
siang ini, hampir semua kelas tak ada jam pelajaran yang masuk, karena semua guru sedang rapat.
jennie sendiri sebenarnya hanya tak ada kerjaan, ia malas melakukan apapun saat ini. dan ketika lisa mengatakan dirinya ingin bermain basket, dengan lekas jennie meminta untuk ikut menonton dari pinggir lapangan.
"lisa mau sih tapi gue yang ga ngijinin." jennie bergumam, menjawab pertanyaan jisoo barusan.
"lho? kenapa?"
"gue takut pelajaran dia ke ganggu, dia udah kelas sebelas, bentar lagi ganti semester genap."
"tapi bakat dia sayang jen kalo ga diterusin." rosé menyahut, sedikit menoleh ke arah jennie.
setelahnya gadis yang memiliki gummy smile itu menghembuskan nafas terdiam. bukan tak menyetujui apa yang rosé katakan, justru ia malah sangat setuju.
tapi kembali ke awal, waktu yang terbilang banyak dan luang itu jika tak digunakan dengan baik maka akan sia-sia. jennie ingin lisa menggunakan masa sekolahnya dengan belajar tanpa terganggu urusan apa-apa, basket sekalipun.
sejenak jennie mengangkat pandangannya lagi ke arah lapangan. netra indah itu berpendar menatapi lisa yang sedang tersenyum lucu juga sesekali tertawa.
"lisa itu ga pernah maksa kehendak dia. biarpun itu hobi dia tapi ketika gue bilang ga usah, dia bakal nurut banget."
"terus kenapa alasan lo ga ngijinin dia masuk basket? kalo soal sekolah doang, semua murid juga sekolah" jisoo membalas.
"mbah."
"mbah?"
jennie mengangguk sebentar setelah menatap kedua gadis di sampingnya. fokusnya kini beralih memainkan ujung sepatu dengan asal dan membalas lagi.
"mbah selalu ngasih nasehat untuk jangan biarin gue sama lisa lupa waktu. gue kira soal pacarannya kita tapi ternyata ngga, malah soal sekolah."
baik rosé maupun jisoo hanya diam, menatapi raut muka serius jennie yang masih melanjutkan kalimatnya.
"gue dulu sempet bingung kenapa mbah selalu nasehatin itu, tapi lama-kelamaan gue bisa sadar. di masa kita yang sekarang, cuma bakal ketemu satu kali seumur hidup. besok adalah hari baru dan besoknya lagi jadi hari baru lagi."
"waktu terus muter, tanpa pernah balik arah. lisa selalu bilang dia ngga apa-apa, hobi dia cuma hobi sederhana yang lisa sukain. sedangkan cita-cita terbesar yang lisa pengen cuma—"
"bahagiain kamu."
tubuhnya sedikit berjengit terkejut ketika merasakan satu tangan lisa yang tiba-tiba merangkul bahu jennie. barusan juga lisa yang menyahut, memotong kalimatnya.
dengan lekas jennie menoleh, mendapati raut wajah lisa yang sedang tersenyum manis juga sedikit berkeringat.
jennie membalas senyum, tak lagi melanjutkan pembicaraannya, sebab lisa sendiri sudah menjawab tepat seperti yang gadis itu biasa katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOSTALGIA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Dunia harus tahu, ada kisah luar biasa yang pernah terjadi pada masanya. Di tahun 1996. ❞