50. Jalan-jalan

530 62 8
                                    

Bel sekolah berbunyi, siswa pun mulai berhamburan ke luar kelas, namun beberapa siswa masih ada yang stay di kelas untuk melakukan beberapa hal. Seperti Femi, setelah guru kelas keluar, ia langsung mengeluarkan bedak dan lip tint nya untuk touch up terlebih dahulu. Kiya yang biasanya setia menunggu Femi, hari ini dia dengan cepat pergi keluar untuk melihat kelas sebelah.

“Ki, mau kemana lo? tungguin kali.” Teriak Femi di dalam kelas.

Kiya berdiri di depan kelasnya, dia celingukan mencari seseorang.

“Cari siapa sih, Ki?” Femi berdiri di samping Kiya.

“Anak IPA 2 uda pada pulang ya? kok kaya sepi gitu kelasnya.”

“Hari ini mereka ada praktek di ruang lab, jadi pada gak di kelas.”

“Oh ya?” Kiya menatap Femi.

“Iya, Jordan sendiri yang bilang.”

“Ooooh, lo mau pulang bareng Jordan kan? ayo gue anter ke ruang lab buat nungguin Jordan keluar.” Kiya menarik tangan Femi.

“Hari ini gue gak pulang bareng sama Jordan, soalnya mau latihan dance dulu.”

“O-oooh.”

“Hahaha... lo kenapa sih Ki? Tumben-tumbenan semangat gitu mau nganter gue ketemu Jo, biasanya langsung muka males gitu.”

“Ya gapapa, lagi mau nganter aja. He...he...he.”

“Aaah dasar lo, yauda ah gue capcus ke ruang latihan dulu ya, bye Kiyaa jelek.” Femi berjalan mundur sambil melambaikan tangan lalu membalikkan tubuhnya meninggalkan Kiya sendiri.

“Iiiisssh....”

Setelah Femi pergi Kiya duduk di kursi yang berada di depan kelasnya, dia mengeluarkan handphone nya lalu melihat beberapa pesan yang dia kirim untuk Septa namun tidak ada balasan. Kiya menyenderkan tubuhnya pada tembok sambil memejamkan mata dan menghembuskan nafasnya pasrah. Beberapa teman kelasnya pun yang masih di kelas sudah mulai keluar, begitupun dengan kelas lain. Ruang kelas dan koridor mulai terasa sepi, namun Kiya masih betah duduk sendiri sambil menenangkan pikirannya yang mulai tidak karuan.

Saat Kiya sedang duduk sendiri, seseorang menghampirinya dan langsung duduk disampingnya.

“Cewe cantik sendirian di jam pulang sekolah, biasanya lagi nunggu pacarnya pulang.”

Kiya terperajat, dia membuka matanya dengan cepat lalu melihat ke sampingnya.

“SEPTA!!!”

Septa tersenyum lalu mengelus lembut kepala Kiya “Lagi ngapain sih sendirian disini?”

“Gak mungkin kan nungguin aku pul--”

“Iya, aku nungguin kamu.” Kiya menyela ucapan Septa.

Septa terdiam beberapa detik, dia menatap Kiya tidak percaya.

“Daritadi aku nungguin kamu, tapi aku gak mungkin juga nyusul kamu ke ruang lab.”

Setelah mendengar ucapan Kiya, Septa tersenyum-senyum sendiri, wajahnya pun sedikit memerah.

“Iiiih, kenapa malah senyum-senyum gitu sih?” Kiya mencubit pinggang Septa.

“Aww... aww... aaww.” Septa mengelus-ngelus pingganggnya.

“Kenapa? Sakit?” tanya Kiya panik.

“Iya, sakit.” Ucap Septa bernada manja sambil menyenderkan kepalanya pada bahu Kiya.

“Masa sih? Perasaan gak keras aku nyubit.”

Septa masih tersenyum-senyum geli melihat ekspresi Kiya yang merasa bersalah karena telah mencubitnya, padahal Septa samasekali tidak merasa sakit, namun geli.

Introvert GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang