53. Minta Restu

516 61 15
                                    

Jordan menatap kosong buku tulis yang berada diatas mejanya, ia menopang dagunya dengan lesu, mengabaikan suara bu Sari yang sedang menjelaskan pelajaran fisika. Pikirannya masih dipenuhi dengan kejadian yang menimpa Kiya. Dia masih meyakini bahwa Kiya terkunci di toilet bukan karena suatu ketidaksengajaan, namun ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh seseorang. Tapi siapa? kenapa? Selama ini Kiya tidak pernah melakukan hal buruk pada siapapun.

Septa yang duduk disamping Jordan hanya menatapnya heran, dia pun melihat ke belakang menatap Ryan dan Rio memberinya isyarat bahwa Jordan terlihat aneh.

"Kenapa tu anak?" bisik Ryan.

"Ntahlah." Septa mengidikkan bahunya.

"Coba tanya." Ucap Rio.

"Sssst... kenapa lo?" Septa menendang kecil kaki Jordan.

Jordan terhentak, dia menatap Septa linglung. "Ha? Apa? Kenapa?"

"Ppppttt..." Septa, Ryan dan Rio menutup mulutnya menahan tawa.

"Iiiishh..." Jordan menatap Septa datar.

Ryan yang berada di belakang bangku Jordan meninju kecil punggung Jordan "Wake up broooo..."

Bu Sari yang menyadari kegaduhan diantara Septa, Jordan, Ryan dan Rio langsung menghampirinya.

"Ada apa? Kenapa dari tadi gaduh terus?"

Ryan dan Rio langsung menunduk tidak berani menatap Bu Sari.

Bu Sari menatap Septa dan Jordan bergantian "Septa, Jordan..."

"Mmm anu bu, maaf sebelumnya karena kita sedikit gaduh. Ini..." Septa memasang wajah sedih dan menutup mulutnya.

"Kenapa? Ada apa? Ini... ini apa? Kalo bicara jangan setengah-setengah" Bu Sari penasaran.

Septa yang sedikit menundukkan kepalanya tersenyum jail, dia berhasil membuat Bu Sari penasaran. Septa pun mulai melanjutkan rencana selanjutnya.

"Buu... sebenernya yang bikin kita gaduh itu karena kita khawatir sama Jordan."

"Jordan? Kenapa dengan Jordan?"

Jordan melotot menatap Septa, mulutnya komat kamit mengisyaratkan jangan macem-macem lo.

Septa membalas tatapan Jordan dan mengisyaratkan udaaa, nurut aja lo sama gue.

"Bu, kasian Jordan Buuu, kakinya bengkak gara-gara cidera pas kemaren latihan basket. Hari ini dia harus maksain masuk karena gak mau ketinggalan pelajaran ibu." Septa memasang wajah sedih.

Bu Sari menatap Jordan dan melirik kakinya.

"Buuu, saya izin bawa Jordan ke UKS ya buu." Lanjut Septa.

Bu Sari masih terdiam dan berniat melihat kaki Jordan.

"Buuu... Jordan kan kapten basket SMA Angkasa, mana bentar lagi ada pertandingan basket, kalo cideranya dibiarin bisa berakibat fatal buuu..." Septa masih tetap bersuara.

Septa mencubit kecil paha Jordan, dia mengisyaratkan Jordan untuk mengikuti rencananya.

"Benar Jordan, kaki kamu sedang cidera?"

Jordan tidak bersuara dia hanya mangut-mangut saja sambil memasang wajah kesakitan.

"Yasudah, sana pergi ke UKS."

"Saya antar Jordan ke UKS ya buu." sela Septa .

"NO! Kamu disini saja, biar Jordan sendiri yang pergi ke UKS."

"Ta-tapi buuu, Jordan gak kuat jalan sendiri."

"Iya kan Jo?" Septa menatap Jordan.

Jordan hanya tersenyum kecut membalas tatapan Septa, dia pun menatap bu Sari dengan tatapan memohon untuk diantar Septa pergi ke UKS "I-iya bu, saya gak kuat jalan sendiri."

Introvert GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang