33. Sebuah Ungkapan

939 102 6
                                    

Septa masih setia menunggu panggilannya diangkat oleh si penerima. Begitupun dengan orang-orang yang semakin penasaran karena suara getaran handphone yang terus berbunyi.

“Suara handphone siapa sih?” Tesa mulai bersuara, dia mengedarkan pandangannya.

“Woooy, siapapun lo, angkat dong.” Rafly berteriak.

Septa hanya cengengesan menahan tawa, namun seseorang yang ditelponnya benar-benar mulai frustasi dan ingin kabur menghindari mereka.

“Kayanya gak bakal diangkat nih.” Septa mengangkat bahunya pasrah.

Saat Septa mulai menyerah dan panggilannya hampir berakhir, tanpa di duga-duga orang itu pun mengangkatnya.

Septa memiringkan bibirnya tersenyum jahil, sedangkan orang-orang menatap si penerima telepon dari Septa. Mereka terkejut dan saling menutup mulutnya tidak percaya, untuk beberapa detik susana menjadi hening.

OH MY GOD!” Suara Femi membuayarkan suasana yang tegang dan hening.

“JORDAN!!!” Orang-orang berteriak.

I LOVE YOU, mu... muuuu... muuuach.” Septa memonyongkan bibirnya.

Jordan menatap Septa jijik “Gue ngerasa ternodai dicintai sama lo, Ta.”

Septa tertawa dengan sangat keras, namun orang-orang merasa kesal karena ulah Septa. Mereka bergantian menjitak, mencubit, bahkan menonjok kecil bahu Septa.

“Kalian ini kenapa sih?” Septa berusaha menghindar dari serangan teman-temannya.

“Gue kira mau nelpon cewe.” Rio menjitak kepala Septa.

“Lah, si Septa kan kaum LGBT.” Ryan ikut menjitak kepala Septa.

“Septaaaa iiiiiih, gak boleh suka sama cowo gueeee.” Femi memukul-mukul bahu Septa.

Septa berdiri menghindari Femi yang terus memukulnya “Woooy, kalian ini pada begoo ya. Pikiran kalian bener-bener sempit.”

“Ungkapan cinta itu bukan cuma buat pasangan, tapi juga bisa buat sahabat atau orang tua. “ Lanjut Septa.

“Iya deeh, iyaaa.” Luna menjawab dengan malas.

“Emang gak boleh apa, gue bilang I Love You sama sahabat gue sendiri.” Septa cemberut, pura-pura sedih.

“Boleeeh kok,boleeeh. Boleeeeh banget.” Ryan mengelus-elus rambut Septa. “Gak sekalian aja, bilang I Love You sama gue juga, HA?” elusan Ryan di rambut Septa berubah menjadi jambakan.

“Aduuu... duuu.. sakit Yan, sakiiit.” Septa meringis kesakitan.

Orang-orang tertawa karena tingkah Septa dan Ryan.

“Uda aah, lanjuut lagi yuk game nya.” Luna kembali mengumpulkan kertas-kertas dan memegang botol.

Semua orang kembali bersemangat, namun berbeda dengan Kiya yang semakin lesu dan resah.

Ya ampuun, ini uda jam 11 malam, uda ngantuk bangeeet, mau pulaaaaannggg. Batin Kiya.

Kiya menyikut tangan Femi, dan saat Femi meliriknya Kiya memberi kode untuk segera pulang. Namun Femi yang masih asyik dan menikmati party menghiraukan kode yang diberikan Kiya.

Kiya tidak menyerah, kali ini dia berbisik ditelinga Femi. “Feeeeem, pulang yuuuk.”

“Nanti Kiii, tunggu bentar lagi.” Femi membalas bisikan Kiya.

Kiya pasrah.

“Okeee... kita mulai putar botolnya yaaa gaeess.” Luna berteriak.

“Tunggu Lun, gue mau izin dulu nih.”

Introvert GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang