32. Party

1K 100 6
                                    

Kiya berdiri di depan cermin dengan memakai kaos berwarna putih dan jeans biru. Dia sedang menyisir rambutnya yang panjang. Perasaannya benar-benar tidak karuan, bagaimana tidak, malam ini akan bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang menurutnya asing.

Kiya sudah berusaha menolak untuk datang ke party kemenangan tim futsal SMA Angkasa, namun Femi terus memaksanya hingga dia mengancam untuk tidak mau berteman dengannya lagi jika tidak ikut ke party, dan ancaman itu benar-benar ampuh. Walaupun ancaman Femi hanya gurauan, namun bagi Kiya ancaman Femi terasa nyata.

“Weddeeh uda cantik, mau kemana nih?” Aldo bersender di pintu kamar Kiya.

“Mau tau aja”

"Mau kencan yaa?" Tebak Aldo.

"So' tau lo." Kiya segera memakai jaket dan tas slempangnya, lalu membawa sneaker dan keluar dari kamar dengan berlari kecil.

"Pulangnya titip martabak yaaa" Aldo berteriak, namun diabaikan oleh Kiya.

Saat melewati ruang tamu, Devi sedang menonton televisi sambil meminum teh hangatnya.

“Bunda, Kiya pamit ya.” Kiya menghampiri Devi dan mencium punggung tangannya.

“Jangan pulang malam Ki”

“Iya Bun.”

“Kalo pulangnya lebih dari jam 9, nginep aja di rumah Femi, jangan pulang.”

“Iyaaa... iyaaa. Kiya berangkat, assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Devi memperhatikan Kiya yang sedang berjalan ke pintu keluar, dia merasa tenang jika Kiya pergi bersama Femi. Namun perasaan Kiya berbeda dengan Devi, dia merasa tidak tenang, ini adalah kebohongan pertamanya untuk mendapat izin keluar dari rumah di malam hari.

Kiya duduk di teras rumahnya sambil memakai sneaker, dia celingukan mencari sosok Femi yang akan menjemputnya. Namun saat pandangannya mengarah ke depan pagar rumah, Kiya melihat Septa bersender di depan motor besarnya sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku dan tersenyum. Dia terlihat khmmmmm.... sangat keren.

Kiya gugup, namun dia berusaha berjalan santai ke arah Septa.

“Haaaiii Ki.” Septa menyapa.

“Ngapain disini?” jawab Kiya to the point.

“Jemput lo.”

“Tapi gue mau berangkat sama Femi.”

“Lah, si Femi kan uda berangkat sama Jordan.”

“HA?!” Kiya terkejut.

“Emang Femi gak kasih tau yaa, kalo gue yang bakal jemput lo?”

“Enggak.”

Septa tersenyum mendengar jawaban Kiya, namun Kiya merasa bingung. Femi benar-benar sudah membohonginya.

“Jadi gimana? mau berangkat bareng gue?” Septa membuyarkan lamunan Kiya.

Kiya menganggukkan kepalanya, Septa pun mulai menaiki motornya dan memberikan helm pink gambar minions untuk Kiya.

Selama di perjalanan Kiya tidak banyak berbicara, dia hanya sesekali merespon ucapan Septa dan gurauannya.

“Ki, tau gak persamaan lo sama monyet?” tanya Septa ditengah macetnya kota Bandung.

“Kok gue disamain sama monyet sih.” Kiya memukul punggung Septa.

“Jawab dulu, tau gak?”

“Enggak.”

“Persamaan lo sama monyet yaituuuu, sama-sama suka pisang.” Septa tertawa.

Introvert GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang