ketenangan.

5.7K 637 5
                                    

"Woi para babi, anak lo tuh urusin."

"Bentar bang, gua lagi nulis surat klarifikasi. Udah mau selesai."

"Duain sama Sunoo."

"Tiga."

"Gitu mulu ae tiap hari sampe anak lo semua depresi."

"Halah bang, jangan ngadi-ngadi omongannya."

"Hilih bing jingin ngidi ngidi iminginnyi. Si Keiju pingsan goblok gara-gara mikirin lo semua." Decak Jay kesal sambil mengambil minyak kayu putih untuk menyadarkan sang bocah.

Loh kok tenang banget Jaynya? Ya, soalnya Keiju pingsan doang. Bukan sekarat. Menurut Jay, Pingsan = Tidur dadakan.

Yang berada diruangan itu langsung berhenti kegiatannya. "Hah?" Ujar Riki yang daritadi bengong ngeliatin Bisco.

"Iye, anak kesayangan lo pingsan. Sana temenin, nih bawa sekalian." Jay lalu kasih Riki botol minyak kayu putihnya itu, lalu menepuk-nepuk punggungnya. "Pekaan dikit kalo jadi bokap ya, Rik." Tegurnya lalu pergi dari ruangan tersebut dengan santai, entah pergi kemana.

Kelima orang yang berada disitu hanya melirik sesama dengan gelisah.

Ya begitulah manusia, gabakal menyadar akan kehadiran seseorang sebelum sebuah bencana terjadi.

"Rik, sana pergi duluan. Kita nyusul." Ucap Heeseung. Riki mengangguk lalu cabut dari ruangan tersebut.

Keiju perlahan membuka matanya setelah ia mencium bau menyengat dan pedas di dekat hidungnya.

Riki yang menyadarkan itu langsung memeluk Keiju dan meminta maaf berulang kali. Seperti, 'Maafin papa, papa egois.' 'Papa nyesel.' 'Maaf papa engga merhatiin Juju.' dll.

Sang anak kaget dong, oiya jelas. Baru bangun udah disemburin banyak kalimat.

"Papa engga usah minta maaf. Ini salahnya aku, aku juga yang pertama kali minta di angkat jadi anak. Tapi aku waktu itu gatau seberapa bahayanya keputusan itu. Aku yang seharusnya minta maaf, pa." Ujar Keiju panjang lebar sambil menenggelamkan kepalanya ke pundak lebarnya Riki.

Riki lalu menggeleng ribut, "Engga. Kita tau kamu cuma pengen kasih sayang, itu kenapa kita mutusin buat angkat kamu jadi anak kita. Tapi kita malah nambah beban pikiran kamu." Lirihnya.

"Jadi papa angkat aku gara-gara papa kasihan?"

Riki bengong sesaat. Lalu menggeleng lagi, "Engga gitu- aduh papa salah pilih kata!" Ucapnya dengan panik, sebab ia takut anaknya bakal sedih lagi.

Keiju terkikik geli, "Gapapa, aku ngerti kok apa yang papa mau bilang." Ujarnya lalu.

Lalu ada yang mengetok pintu kamarnya, "Juju? Dada oleh masuk?" Tanya sang pengetok pintuㅡ Sunoo.

Keiju terlihat gelisah, ia berpikir bahwa mereka akan memarahinya dan men-cap dia sebagai pembawa sial. Tetapi pandangan Riki terlihat seperti sedang memohon, memohon buat Keiju untuk membuka pintunya.

Dengan pelan ia membuka pintunya dan membiarkan ke enam ayahnya berkeliaran dikamarnya.

Heeseung, sebagai yang tertua dan berpengalaman dengan mengurusi anak-anak kecil langsung duduk didepan Keiju dan memegang kedua tangan mungilnya.

"Juju,-"

"Engga, engga usah minta maaf, ba. Aku ngerti kok." Ujar Keiju dengan senyum terlebarnya. Tapi tetap saja, Heeseung dkk tetap merasa bersalah.

MOMMA ! jakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang