Jeno dan Jaemin kini duduk di kamar Jaemin, memperhatikan bayi gembul telanjang yang sedang duduk kebingungan di kasur. Kaki bayi itu tertempel plester luka bergambar beruang.
"Jadi sekarang lo percaya sama gue?" Jeno menatap Jaemin sebal, Jaemin tak pernah mempercayai ucapannya.
Jaemin mengangguk, kemudian menghela napas pasrah "Ikan gue mati semua gara gara Renjun, sisa satu ikan cupang,"
"Ya namanya juga kucing," Jeno ikut menghela napas, ia merebahkan tubuhnya di karpet kamar Jaemin. Pendingin ruangan membuat rasa gerahnya menghilang.
"Jen, Jen!"
"Apaan?"
"Burungnya ngerut," sebuah perkataan menggelikan keluar dari mulut Jaemin setelah melihat kelamin Renjun yang berkerut karena kedinginan.
"Bangsat lo! pakein baju kenapa sih?"
Renjun hanya memperhatikan Jeno dan Jaemin bingung, tangan kecilnya berusaha meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan.
"Gaada baju kecil gue Jen, lo pakein bajunya si Chenle dah coba,"
"Ah males gue pulang, tar jadi tahanannnya si Lele buat mainan tayo,"
Jaemin mendesah pasrah, ia pergi menuju lemarinya mengambil pakaian miliknya yang pasti akan sangat besar dibandingkan dengan tubuh Renjun yang kecil.
Sedangkan Jeno justru santai berbaring dan hampir memejamkan matanya karena mengantuk, hingga tanpa sadar Renjun turun dari kasur merangkak ke arahnya dan menaiki tubuh Jeno.
Renjun mengendus tubuh Jeno, melupakan dirinya yang masih berwujud manusia. Ia mengusap dada Jeno dengan pipinya kemudian meringkuk di atas tubuh Jeno, ia lapar sebenarnya tetapi tidak tahu bagaimana untuk berbicara pada dua pria yang bersamanya ini. Jaemin lupa memberinya makan karena sibuk mengobati kakinya.
"Berat tuyul..."
Renjun menatap bibir Jeno yang berbicara sambil memejamkan matanya. Ia lapar sekali, mengapa dua orang ini tak berniat memberinya makanan.
"Uh..."
Renjun mencebikkan bibirnya, kesal karena ia tak tahu apa yang harus dikatakannya ketika lapar. Ia pun tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Jaemin mengangkatnya dari tubuh Jeno, meletakkannya kembali ke kasur kemudian memakaikannya kaos yang terlalu besar untuknya.
"Tuyul," Renjun berbicara asal, berharap dua orang yang menatapnya mengetahui maksudnya.
"Hah?" Jaemin mengernyit bingung, mengapa Renjun terus mengikuti ucapan yang berkali kali orang katakan padanya.
"Pft- kan lo tuyulnya," Jeno tertawa geli, ia bangkit dari karpet dan berjalan menuju kasur. Ia kembali membaringkan tubuhnya di kasur dan menarik tubuh Renjun untuk tidur.
"Kalo dipikir pikir ni bayi lucu juga ya Jaem? gue jadi inget Chenle bayi dulu,"Jeno mencubit gemas pipi Renjun membuat Renjun berteriak, matanya berair bersamaan dengan perutnya yang berbunyi.
"Huks..."
Renjun turun dari kasur, anak itu entah akan pergi ke mana. Jaemin dan Jeno hanya menatap Renjun yang berjalan keluar kamar.
Kaki Renjun membawa dirinya untuk kembali ke dapur, tempat dimana ia menemukan ikan tadi. Benar saja, masih ada satu ikan kecil berada di tempat yang berbeda.
Ia tiba tiba terdiam, tempat ikan ini berbentuk aneh membuatnya bingung bagaimana untuk mengambilnya.
Jaemin memang sengaja meletakkan ikan terakhirnya di botol kaca. Ia tak memiliki akuarium lagi selain akuarium yang tadi Renjun pecahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE - NORENMIN
FanfictionManusia kucing menggemaskan namun merepotkan itu datang begitu saja pada Jeno dan Jaemin, sebenarnya ini rezeki atau musibah?