7. Henxiao

9.1K 1.9K 258
                                    

Hingga keesokan harinya Jeno dan Jaemin terus menatap wajah sedih Renjun. Kucing putih itu sama sekali tak mengubah wujudnya menjadi manusia.

"Meow..."

Jeno dan Jaemin saling bertatapan, sejak lima belas menit yang lalu mereka terus memantau Renjun yang berdiam diri di kasur menatap keluar jendela dengan wajahnya yang sangat menyedihkan.

"Lo kenapa sih Njun?"

Jeno mengusap tubuh kucing tersebut, berharap Renjun mau mengubah wujudnya menjadi manusia.

"Meow..."

"Mungkin emang lagi gamau aja Jen, biarin aja ntar juga balik lagi."

Jaemin bangkit dari duduknya, ia hendak kembali ke rumahnya sendiri namun Renjun mengaitkan satu kukunya ke kaos Jaemin untuk mencegahnya dan sama sekali tak mau melepaskan kukunya. Renjun justru menatap ke jendela dimana ada beberapa layangan berwarna warni di langit.

"Lo mau apa?" ucapan Jaemin membuat Renjun menoleh dan langsung melompat ke badan Jaemin. Mungkin ini saatnya ia meminta benda yang terbang di langit itu pada Jaemin.

"Meow..."

"Lo jadi manusia dulu, baru ngomong,"

Renjun menggigit pelan lengan Jaemin, tangannya menunjuk layangan yang ia inginkan namun tak mau berbicara.

"Gimana gue bisa nurutin kalo gue aja gatau lo ngomong apa Njun..." Renjun kembali bersedih, entah mengapa ia tak mau mengubah wujudnya menjadi manusia. "Gue pulang dulu lah Jen, nanti sore Renjun gue ambil."

Jeno mengangguk kemudian Jaemin pergi, kembali ke rumahnya sendiri. Ia kini menatap Renjun yang duduk di kasur.

"Lo mau makan?" Jeno menyodorkan piring berisi ayam goreng untuk Renjun, ayam yang seharusnya ia gunakan untuk makan siang namun ia beri pada Renjun.

Renjun menjauhi piring tersebut, tidak ada minat untuk makan.

"Trus? gamau ayam? lo mau apaan? mi goreng? seblak? bubur? tempe?"

Renjun melompat ke atas tubuh Jeno yang berbaring, ia mengubah wujudnya menjadi manusia kemudian menjilat bibir Jeno. Sedikit geram karena Jeno tak mengerti bahasa manusianya.

"Heh jorok lo."

"Wush wush!"

"Apaan wuwus?"

"WUSH WUSH!!!"

Jeno menangkup pipi Renjun dengan kedua tangannya, merasa berat sebenarnya dengan Renjun yang berada di atas tubuhnya.

"Ngomong yang bener Renjun.... gue turutin deh yakin."

"Mau wush wush, Jeno jahat gitu aja gatau."

"Dih lo yang jahat ya," Jeno menggigit pipi Renjun, tak terlalu kuat tetapi tetap saja sakit.

"LO JAHAT!"

"LO!"

"BUKAN GUE!"

"Iya bukan gue yang jahat tapi Renjun."

"GUE RENJUN!"

Jeno mengacak acak rambut Renjun gemas, laki laki bersurai pirang dan halus ini begitu membuatnya kesal dan gemas di waktu yang bersamaan.

"Yaudah lo jelasin, wush wush itu apa?"

"Wush wush itu itu, wush wush gue gatau. pokoknya mau wush wush." Renjun bangkit dari tubuh Jeno, ia hendak turun dari kasur Jeno membuat pantatnya berada di hadapan Jeno.

"dih lo aja gatau apa lagi gue."

●●●

Ya, Jaemin pikir Renjun akan menghilangkan raut sedihnya ketika berada di kamarnya, ternyata sama saja. Kucing itu bahkan memanjat di atas tanaman di lantai atas untuk menemani Jaemin menjemur pakaiannya berhubung tidak ada orang di rumahnya sehingga aman untuknya membawa Renjun ke sana ke mari.

HIDE - NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang