4. Maling?

12.8K 2.4K 611
                                    

"Tolol banget lo ninggalin Renjun Jen, bayi dia tuh Jen ah," Sampai di depan rumah rasanya Jaemin ingin memukul wajah Jeno jika saja Chenle tidak keluar rumah untuk membuang sampah.

"Yaelah, kucing ini, pasti balik deh,"

Helaan napas keluar dari mulut Jaemin, perkataan Jeno ada benarnya juga. Tetapi setidaknya Jeno berbicara padanya dahulu, bagaimanapun Jeno meninggalkan Renjun saat Renjun menjadi manusia.

"Iyasih, tapi lo ninggalin dia pas jadi manusia, gimana kalo dia di culik?"

"Gaakan deh yakin, dia kalo takut bakal jadi kucing lagi, santai,"

Santai, kata yang terakhir Jeno ucapkan benar benar membuat Jaemin geram, bahkan hingga sore hari, Renjun belum juga kembali ke rumahnya. Ia benar benar khawatir dengan Renjun yang tak kunjung pulang. Mungkin setelah mandi nanti ia bisa mencari Renjun ke tempat tadi.

●●●

Tubuh kucing Renjun bergetar ketakutan menatap satu kucing besar yang berjalan perlahan mendekatinya. Kucing berwarna hitam bertubuh lebih besar darinya membuatnya takut.

"Meow..." lirihnya pelan sebelum akhirnya berlari untuk menjauh dari kucing tersebut. Namun apa daya kucing itu mengejarnya dan menyerangnya di depan rumah warga.
"Meow..."

Renjun tak bisa melawan lebih, tubuhnya lebih lemah dan kecil. Sebisa mungkin ia mengeong kuat dan berharap ada orang yang menolongnya.

byurr...

Sang pemilik rumah keluar dengan wajah marah, suara kucing mengganggu tidur anaknya, maka dari itu ia menyiram dua kucing yang bertengkar itu dengan seember air.

Renjun dan kucing tadi berlari ke arah yang berlawanan. Renjun beruntung meskipun tubuhnya basah dan punggung serta perutnya terluka, setidaknya kucing tadi pergi dan tak menyerangnya lagi.

Ia berjalan entah kemana, yang pasti ia ingat jalanan ini adalah jalanan yang ia lewati saat pergi bersama dua laki laki yang membawanya, alias Jeno dan Jaemin.

"Meow..." Renjun menahan perih di tubuhnya, luka cakaran itu mengeluarkan sedikit darah. Meskipun hanya luka kecil, itu terasa begitu menyakitkan untuk kucing seusia Renjun.

Ia menatap rumah Jaemin dan Jeno, bingung untuk masuk kemana.

"Renjun?!"

Jaemin ternyata muncul terlebih dahulu, ia mengangkat Renjun yang duduk di depan rumahnya. Punggung dan perut Renjun terdapat luka cakaran, ia berpikir bahwa Renjun baru saja bertengkar, tubuhnya pun basah entah mengapa.

"Astaga, kenapa berantem sih? merasa jago lo ya?"

Kucing itu diam saja ketika Jaemin meletakkannya di lantai, ia menatap apa yang akan Jaemin lakukan selanjutnya. Ia merubah wujudnya menjadi manusia, ia pikir lukanya akan menghilang, ternyata sama saja, bahkan lukanya tampak membesar.

Kotak p3k tampak Jaemin bawa di tangannya, ia berjalan mendekati Renjun kemudian mengambil betadine dan membuka tutup kemasannya.

Perih di lukanya membuat matanya berair, ia bingung dengan apa yang Jaemin lakukan.

"Mamas..." Rengek Renjun pelan, sesungguhnya ia tidak tahu arti setiap kata yang diucapkannya.

"Gue obatin, jangan nangis,"

Cairan berwarna merah kecoklatan itu menetes di lukanya, menimbulkan perih yang luar biasa. Renjun menangis kesakitan, namun dengan segera Jaemin membungkam mulutnya dengan marsmellow yang ada di toples. Jaemin takut ada tetangga mendengarnya.

HIDE - NORENMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang