Seperti yang dijanjikannya, Rehano mulai mengulik semua hal yang terjadi pada saudara kembarnya. Termasuk tentang Hanasta yang dicap pembunuh oleh kawan lamanya. Pagi ini Rehano berangkat terlampau pagi, bahkan saat sekolah belum terbuka. Ia meletakkan sebuah surat izin diatas meja yang berada dikelasnya dan meranjak menuju kelas saudara kembarnya. Ya, benar tebakan kalian. Rehano menjadi Hanasta untuk beberapa hari kedepan.
"Kaca mata ini apa gunanya?" Rehano menerawang kacamata yang biasa saudaranya gunakan. Bukan apa-apa, saat dipakainya sama sekali tak ada dampak yang dirasakan. Biasanya akan terasa blur, namun ini tidak sama sekali.
"Pakai sajalah, daripada ketahuan." Monolog Rehano dengan kembali mengenakan kaca mata yang tadi mengherankannya.
Beberapa menit kemudian, kelasnya sudah mulai ramai dengan orang. Ya karena sudah tersisa sepuluh menit untuk bel mulai pelajaran dibunyikan.
"Hanasta, kau sudah sembuh?" tanya salah satu pemuda yang disebelahnya.
Rehano menoleh dan hanya menganggukan kepalanya sembari mengulumkan senyumnya. Dalam kejauhan, seseorang memperhatikannya dengan intens.
"Dia Eri?" Gatra menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Beberapa jam berselang, bel istirahat berbunyi. Para siswa berlalu lalang dari kelasnya untuk sekedar mengisi perutnya. Selayaknya Rehano, kini dirinya sudah sampai di stan kantin langganannya dengan membeli es kopi dan kue keju kesukaannya.
"Tumben banget Hanasta jajan ke Kantin?" cibir seseorang.
Rehano menoleh dan menggelengkan kepalanya pelan lalu berbalik badan.
"Bodoh banget kalian ga bisa bedain." Rehano memoutkan bibirnya.
Dua pemuda dihadapannya hanya tekekeh pelan. Ya mereka Sky dan Felian, sahabat Rehano. Dan pastinya mereka juga sudah tahu akan rencananya. Mereka juga yang menjadi mata-mata.
Mereka bertiga menepi dari kerumunan kantin agar tak ada yang sadar dengan menyamaran Rehano. Setelah dirasa sepi, Rehano melepaskan kacamata yang dipakainya lalu meregangkan tubuhnya.
"Hanasta udah baikan?" tanya Felian.
"Masih sama, sedih banget aku lihatnya. Tega banget sih orang yang nyakitin Nana. Anak manis begitu," ujar Rehano sembari menghela nafas.
"Yang sabar ya Re, kita berusaha sekuat tenaga buat nyelesaiin masalah ini. Kamu juga jangan terlalu mendalami peran, takutnya malah bernasib sama." Sky mengusap pungung Rehano dan Rehano hanya membalasnya dengan anggukan.
...
Rona senja langit batavia tampak indah menghias cakrawala. Rasa penat dan ingin cepat sampai dirumah adalah impian untuk semua orang saat ini. Rehano yang mendengar bel sekolah berbunyi bergegas membereskan barang-barangnya dan mamasukkannya kedalam tas kuning miliknya.
Saat ia bersiap untuk keluar kelas, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang yang membuatnya terseret. Untung saja masih bisa menyeimbangkan badannya, jika tidak sudah jatuh tergeletak dikoridor sekolahnya.
"Bisa dengan cara baik-baik jika ingin mengajak berbicara? Kelakuanmu ini sungguh tak sopan," seru Rehano sembari melipat tangannya didada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow
Fanfiction... "Pelangi itu indah Ri, meskipun hadirnya sesaat tapi disaat yang tepat. Selayaknya harsa yang hadir setelah lara. Indah warnanya, aku mengangguminya. Berjanji ya, suatu saat kita bisa melihat pelangi yang indah ditempat ini." - Gatra Salendra. "...