008. Liv, Bibirmu Kok Bengkak?!

19.8K 1.3K 865
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Paman Dom sudah tidur?" Oliv berseru selagi mengetuk pintu, menunggu jawaban dari sosok manusia yang berada di dalam sana. Omong-omong ini sudah hampir jam sembilan malam, ia tak sepenuhnya yakin bahwa si pemilik kamar ini masih terjaga.

"Belum, ada apa?"

Oh, ternyata dugaannya salah. Ia lantas melirik sekilas sebuah kotak berukuran sedang yang tengah ia bawa, kemudian kembali menyeru, "Paman, ini ada paket. Aku taruh depan pintu atau bagaimana?"

"Bawa masuk saja, pintunya tidak di kunci," titah Dom dari balik sana. Oliv hanya menurut, dengan gerakan perlahan ia mulai mengayunkan gagang pintu, kemudian mendorongnya masuk hingga terbuka setengah dan—

"Woooww..." Gadis itu langsung melongo, matanya melotot lebar dan napasnya tertahan di tenggorokan. Rasanya Oliv seperti kena serangan jantung saat kedatangannya disambut dengan pemandangan kurang ajar bikin jiwa dan raganya gonjang-ganjing tak karuan.

Bagaimana tidak? Dari posisi Oliv saat ini, ia bisa melihat dengan jelas punggung kekar, bahu lebar, serta lengan berotot milik Dom. Pria itu sedang bercermin, mengamati tubuhnya yang makin hari makin atletis, makin perkasa, makin meresahkan juga. Popeye kalah! Buktinya anak manusia yang stagnan di ambang pintu itu tak sekalipun berkedip matanya, apalagi sampai memalingkan pandangannya. Dom jadi terkekeh, ekspresi wajah Oliv yang nampak dari pantulan kaca itu sudah cukup menjelaskan bahwa ia sangat terpana. Maka, Dom memutuskan untuk berbalik badan menghadap gadisnya sambil mengulas senyum manis yang memabukkan.

 Maka, Dom memutuskan untuk berbalik badan menghadap gadisnya sambil mengulas senyum manis yang memabukkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapapun tolong Oliv, sekarang gadis itu sudah mulai kejang-kejang!

"Paket dari siapa?" tanya Dom seraya membawa langkahnya menuju eksistensi Oliv.

"Tidak tahu," entah kenapa gadis itu mendadak gugup saat Dom semakin mendekat kepadanya.  "Tadi Pak Satpam yang terima paket, terus minta tolong ke aku buat kasih ke Paman. Di sini tidak ada alamat atau siapa pengirimnya."

Dom mengangguk paham, sebenarnya ia juga tahu siapa si pengirim paket tersebut. Hanya saja ia sedang basa-basi sebagai pemanis. Kemudian ia mengambil alih benda itu, sebelum akhirnya diletakkan di atas meja dekat pintu.

"Paman Dom cocok banget rambut pendek kayak gitu," ujar Oliv sambil memperhatikan setiap gerak-gerik Dom. "Gantengnya nambah."

Mendengar pujian itu, mustahil bagi Dom untuk tidak tersenyum. Ia jadi tersipu malu. "Style rambut pilihan kamu ini tadi. Apa beneran jadi mirip sama Lee Minho?"

Oliv menggeleng cepat, "Lee Minho kalah jauh!"

"Bisa saja kamu," elak Dom, mencoba tetap tenang meskipun dalam hatinya tengah girang.

"Serius," Oliv mengacungkan dua jarinya membentuk simbol peace. Ia mendadak teringat kembali saat Dom bimbang jadi potong rambut atau tidak, sebab pria itu bilang sudah terbiasa dengan rambut panjang, ia takut tidak percaya diri dengan penampilan barunya nanti. Namun atas perjuangan Oliv membujuk Dom, akhirnya ia pun luluh. Toh itu juga bukan pilihan buruk. Ia bisa memanjangkan rambutnya lagi setelah rambutnya kembali sehat dan tidak rontok, itu iming-iming yang Oliv katakan sehingga Dom pasrah dipotong rambutnya.

DOMINIC VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang