Plak!
"Tak kusangka kau tebal muka sekali datang kemari setelah mempermalukan kedua orang tuamu di depan banyak orang, Dom!"
Sam menunjuk anak semata wayangnya itu setelah berhasil melayangkan sebuah tamparan keras di wajahnya. Pria paruh baya itu mentatap Dom penuh kecaman, napasnya menggebu, emosinya sudah diujung tanduk.
"Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik buat kamu, tapi apa balasanmu? Mempermalukan nama keluarga? Begitu?" bentak Sam sebelum akhirnya menoyor kepala Dom, "di mana otakmu?!"
"Dom minta maaf sebesar-besarnya, Pa, Ma," ujar Dom dengan suara lirihnya, ia hanya menunduk, tak berani memandang orang tuanya karena malu.
"Dom..." panggil Tiffany gemetar menahan tangis, sorot matanya penuh dengan kekecewaan, "Mama tidak pernah sekalipun ikut campur tentang urusan percintaanmu. Mau dengan siapapun kamu, Mama tidak masalah asal kamu bahagia dengan menjadikannya tujuan hidupmu. Tetapi kenapa makin ke sini, rasanya kamu seperti mempermainkan kepercayaan Mama?"
"Setelah bersikeras menikahi anak gadis di bawah umur, sekarang kamu malah bermain gila dengan sekretarismu sampai dia hamil?" Tiffany menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir, "sebenarnya apa yang ada di dalam kepalamu, Dom? Mama tidak mengerti. Mama seperti tidak mengenalmu lagi."
"Dom benar-benar minta maaf, Ma," sesal Dom, "tetapi Dom tidak pernah bermain gila dengan siapapun, itu murni ketidaksengajaan karena di bawah pengaruh alkohol. Dom sedang mabuk waktu itu."
"Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa kau sudah menidurinya. Menghamilinya." Sam menyela dengan mengungkapkan sesuatu yang realistis dan Dom hanya bisa kembali terdiam seribu bahasa.
"Papa pikir dengan membayar mahal untuk menyekolahkanmu di sekolah bergengsi bisa membuatmu berpikir, ternyata tidak sama sekali," Sam menggelengkan kepalanya sambil tertawa sinis, "bisa-bisanya kamu tergoda dengan wanita yang memiliki riwayat gagal dalam pernikahan berkali-kali dan terkenal sebagai wanita simpanan. Oliv mungkin sekarang sedang menertawakan kebodohanmu karena berhasil dirayu wanita seperti itu."
"Maafkan kebodohan Dom, Pa," Dom meminta maaf untuk yang kesekian kalinya. Semua yang Sam katakan tentang Sandra adalah benar. Wanita itu bukanlah wanita dengan latar belakang baik-baik. Dom saja yang terlalu naif karena menggigit umpan itu dengan begitu mudah.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan Olivia, Dom?" tanya Tiffany setelahnya, mengkhawatirkan anak menantunya.
Dom menghela napas panjang, semua berangan di kepalanya. Ia juga tidak tahu harus bagaimana menghadapi Oliv nantinya. Bahkan sampai sekarang pun Oliv masih belum bisa ia temui sama sekali.
"Dom akan menjelaskan semua kebenarannya, Ma," ungkap Dom pada akhirnya, "Dom akan terima apapun konsekuensinya, asal Dom masih bisa bersama Oliv."
"Lakukan apa yang harus kamu lakukan, Nak," Tiffany menepuk pundak Dom. Sekecewa apapun ia, Dom tetaplah anak yang harus selalu ia tuntun jalannya, "buat Oliv percaya lagi denganmu, tapi kamu juga harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah kamu lakukan dengan Sandra. Seburuk apapun Sandra, ia juga tengah mengandung anakmu."
"Untuk kali ini, Papa dan Mama tidak akan campur tangan untuk membantumu," Sam menegaskan, "ini masalah rumah tanggamu, jadi selesaikan meskipun itu artinya kamu harus kehilangan semuanya karena keserakahanmu sendiri."
• • •
"Iya, sebentar."
Jeno bergegas ke depan untuk membuka pintu setelah mendengar bel rumahnya berbunyi beberapa kali. Setelah daun pintu itu terbuka, tampak sosok Dom berdiri di sana dengan wajah putus asanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOMINIC VANTE
FanfictionAtas permintaan Jessica, Dominic Vante terpaksa harus menikah dengan seorang gadis remaja 17 tahun bernama Olivia Orlin. Seiring berjalannya waktu, Dominic dan Olivia bisa saling melebur rasa hingga benih-benih cinta di antara mereka pun mulai...