007. Syaratnya CB 5 Menit

17.1K 1.2K 1.3K
                                    

Dom mengerjap-ngerjapkan mata sesaat setelah terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke sekitar, tampak fajar mulai menyingsing, bias jingganya menelusup masuk ke celah-celah gorden yang tak tertutup rapat.

Di mana istriku?oh, ini, masih di pelukanku.

Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, pria itu diam-diam tersenyum. Lucu. Ia merasa gemas mendapati Oliv terlihat pulas dalam rengkuhannya yang hangat. Ia lantas memandangi wajah damai gadisnya, tak tega untuk membangunkannya, teringat bahwa semalam Oliv jadi susah tidur karena mengalami mimpi buruk. Jadi, Dom membiarkan Oliv tidur sedikit lebih lama. Mungkin 5 menit lagi. Toh Dom juga suka kalau peluk-peluk Oliv begini, tubuhnya jadi hangat, tidak lagi merasa kedinginan karena suhu udara yang rendah di pagi hari.

"Ini pipi atau bakpao?" monolog Dom dengan suara bariton serak khas bangun tidur. Pipi tembam Oliv yang tampak kemerahan membuat jemari Dom tak tahan untuk memainkannya, memencet-mencet gumpalan lemak tersebut pelan seperti sedang bermain squishy.

Padahal tadi Dom berniat untuk memberikan waktu supaya Oliv bisa lebih jenak, tapi agaknya dia tidak sadar perlakuannya yang usil itu justru mengusik tidur lelap gadisnya.

"Good morning, Sunshine," sapa Dom tatkala sadar Oliv mulai membuka matanya, tapi hanya sebelah, itupun cuma setengah. Silau. Bukan karena cahaya matahari, tapi karena senyum Dom yang nampak berseri-seri.

"Apa aku mengganggu tidurmu?" Dom melontarkan pertanyaan retoris, sementara Oliv yang malas menanggapi memilih untuk menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami selagi mempererat dekapan. Seolah tak mau lepas. Entah sadar atau tidak, mungkin ini efek Oliv masih terlalu mengantuk sehingga ia memeluk suaminya itu seperti sebuah guling yang empuk.

"Ini bahaya," batin Dom dalam hatinya.

Mungkin kalian tak asing dengan ungkapan; laki-laki itu unik, pas malam yang tidur cuma satu, tapi pas pagi yang bangun ada dua.

Coba tebak, itu apa?

Iya, benar.

Selain Dom, menara Eiffel yang ada di tengah selangkangan Dom juga ikut-ikutan bangun.

Itu wajar sebenarnya. Normal juga. Kadar testosteron pada pria di pagi hari memang sangat tinggi, makanya bisa terjadi ereksi. Tapi kalau begini keadaannya, Dom jadi makin tersiksa yang ada. Pertama, Oliv memeluknya sangat erat, otomatis tubuh depan mereka semua saling menempel. Kedua, saat tidur begini muka Oliv terlihat polos, lugu, dan sangat menggemaskan. Benar-benar menguji keimanan seorang Dominic Vante. Arghhhsepertinya pria itu harus buru-buru kabur supaya pikirannya tidak melenceng ke mana-mana.

"Liv, bangun yuk," ajak Dom sembari mengguncang pelan bahu Oliv.

"Hmm," Oliv berdehem dengan nada yang terdengar jengkel, ia juga sempat menggeleng-gelengkan kepala. Tidak ada niatan ingin beranjak dari posisi semula.

"Nanti kamu terlambat sekolah, loh..." Kali ini, Dom membumbui dengan sedikit ancaman. Berharap gadisnya akan ketar-ketir dan memutuskan untuk bangun, tapi kenyataannya justru masa bodoh.

"Ya sudah, apa hari ini kita mengliburkan diri terus tidur-tiduran begini sampai siang nanti?" ujar Dom mengajukan penawaran. "Aku tidak keberatan sama sekali."

Mendengar itu, roh Oliv yang semula masih mengambang di ubun-ubun, seketika langsung merasuk ke dalam tubuhnya. Akhirnya ia mau membuka mata, ya walaupun masih terkesan malas-malasan. Tidak seratus persen niat.

"Sekolah saja deh," celetuk Oliv, kemudian mulai melepaskan rengkuhan tangannya di tubuh Dom.

"Yah... padahal aku sudah senang loh kamu manja-manja minta dipeluk begini," nada bicara Dom terdengar melas, sengaja, sok dramatis. Siapa tahu Oliv iba dan mengurungkan niatnya untuk sekolah.

DOMINIC VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang