sayang-sayangku jangan lupa komen yang bawel yaaaaa biar semangat buat update cepet😘😘😘😘
happy reading all!🫶🏼🫵🏻♥️
•
•
•"Princess..." Dom memanggil lembut Oliv yang kini tengah bersandar manja di pundaknya.
"Iya, Paman?" sahut Oliv sambil sedikit mendongak, memperlihatkan wajah pucatnya.
Jemari Dom kemudian tergerak untuk mengusap-usap pelan perut Oliv yang masih rata, sempat mengulas senyum hangat sekilas sebelum akhirnya kembali membuka suara, "Di sini ada kehidupan baru dan kita harus menyambut kehadirannya sebaik mungkin."
Dom mengecup singkat dahi Oliv, wajahnya begitu teduh, "Mulai tahun depan, kita akan sangat sibuk dan mungkin kesibukan itu akan terus berlanjut sampai berpuluh-puluh tahun ke depan. Kita akan sibuk mengurus, merawat dan membesarkan."
"It's okay, Paman, itu emang tanggung jawab kita kan?" Oliv menarik kedua sudut bibirnya lebar, menampilkan jajaran gigi rapinya.
"Tapi, apa kamu benar-benar sudah siap untuk itu?" Dom balik bertanya, ia jujur merasa tidak tega setelah melihat apa yang Oliv lalui sampai di titik ini.
Oliv diam sejenak, pandangannya beralih pada jemari Dom yang masih betah mengusap perutnya. Ia kemudian menghela napas panjang, "Mendadak ujian saja aku tidak siap, apalagi mendadak punya anak."
"Tapi mau tidak mau, aku harus siap," tambahnya tanpa sedikitpun merasa ragu, "aku ingin dia hidup, Paman."
Aku ingin dia hidup.
Kalimat itu adalah kalimat paling putus asa yang pernah Dom dengar dari mulut Oliv. Seakan ia tahu bahwa makhluk di dalam perutnya itu bisa hilang kapan saja. Kebahagiaan luar biasa yang mereka dapatkan dengan hadirnya kehidupan baru di keluarga kecil itu ternyata harus berjalan beriringan dengan kabar menyedihkan yang menggores luka.
Siapa sangka? Di hari yang sama, Dokter Lizabeth mendiagnosis Oliv mengidap kista ovarium di indung telur sebelah kanan dengan ukuran 3 cm. Hal inilah yang menyebabkan Oliv selalu merasakan nyeri luar biasa setiap menstruasi dan beberapa hari terakhir ini. Dokter Lizabeth juga mengatakan bahwa kista ini mengakibatkan kandungan Oliv sangat lemah dan rentan.
"Tetapi nanti, at the end of the day, saat anak kita sudah besar dan punya kehidupan masing-masing... kita tetap bisa kembali berduaan seperti ini lagi kan, Paman?" tanya Oliv menaruh harapan, tatapan matanya begitu sendu.
Mendengar itu, Dom hanya memandang Oliv, enggan untuk menjawab, seolah tidak bisa menjanjikan apa-apa.
Oliv kemudian memeluk leher Dom erat, "Paman nanti jangan ninggalin aku duluan ya! Nanti aku nego sama Tuhan biar kita matinya beda satu menit saja."
"Iya, amin," sahut Dom sambil terkekeh, ia lekas membalas pelukan Oliv, mendekap tubuh kecil itu erat sambil dikecup-kecup pucuk kepalanya. "Sekarang Oliv tidur ya. Ingat kata Dokter Lizabeth, harus banyak istirahat. Sudah tidak mual kan?"
Dom bertanya setelah melirik jam dinding yang sudah menunjuk pukul 02.00 dini hari. Baik ia maupun Oliv, sama-sama belum sempat tidur sama sekali karena Oliv yang terus bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya hingga lemas. Ia juga harus bekerja pagi harinya, jadi ia perlu tidur untuk mengembalikan stamina.
"Masih sedikit," jawab Oliv apa adanya.
"Tidak apa-apa, kita coba tidur sama-sama ya? Aku peluk sampai kamu tertidur dan bangun lagi. Oke?" Dom meyakinkan gadisnya, kemudian setelah diindahkan dengan anggukan, Dom membungkukkan badannya hingga kini pandangannya sejajar dengan perut rata Oliv.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOMINIC VANTE
Fiksi PenggemarAtas permintaan Jessica, Dominic Vante terpaksa harus menikah dengan seorang gadis remaja 17 tahun bernama Olivia Orlin. Seiring berjalannya waktu, Dominic dan Olivia bisa saling melebur rasa hingga benih-benih cinta di antara mereka pun mulai...