017. Yang Ini, Tidak Rindu?

14.7K 1.3K 1K
                                    

Siapa yang kangen Paman Dom?? Cunggggggg🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

• • •

"Astaga, Dom, tidak usah repot-repot begini," ucap Martha sungkan begitu Dom memberikan sebuah paper bag besar berisi aneka ragam cenderamata dari Singapura.

"Itu tidak seberapa," Dom mengulas senyum hangat, kemudian melirik Oliv yang tengah duduk di sampingnya, "justru saya berutang budi pada Anda karena sudah merawat Oliv dengan sangat baik selama saya pergi berdinas."

"Yes! Yes! Dua jempol buat Mama Martha!" seru Oliv sambil mengacungkan dua jempolnya penuh semangat, tak lupa tersenyum lebar, menampakkan jajaran gigi rapinya.

Dom sempat terkekeh sebentar karena merasa gemas, lalu mengalihkan perhatiannya dengan bertanya, "Semuanya sudah dimasukkan ke bagasi mobil kan? Kita pamit pulang sekarang."

Oliv mengangguk sebagai jawaban, sementara Martha langsung menimpali, "Kok buru-buru sekali?"

"Iya, masih ada sesuatu yang harus diselesaikan di rumah," Dom lekas bangkit dari sofa dan Oliv pun menyusulnya, "sekali lagi saya berterima kasih banyak. Maaf merepotkan."

"Ah, siapa bilang merepotkan?" Martha dan Jeno pun ikut berdiri, mengantar Dom dan Oliv sampai ke depan pintu utama, "kami justru senang sekali kalau Oliv menginap di sini. Jeno jadi ada teman, suasana rumah juga jadi ramai karena selama ini kami hanya tinggal berdua semenjak Papanya merantau."

Dom yang mendengar itu kontan mengangguk kecil sambil tersenyum tipis, ia kemudian beralih merangkul pinggang Oliv seraya berkata, "Kalau begitu kami pulang dulu."

"Dada Mama! Dada Jeno! Terima kasih banyak! Muach~ muach~ muach~" Oliv melambaikan tangannya seraya melayangkan kissbye ke arah Martha dan Jeno. Martha membalasnya dengan lambaian tangan dan wajah sumringah, sementara Jeno sejak tadi hanya diam saja. Terlihat lelah, letih, lesu, loyo, dan lunglai ketika Dom menyambangi rumahnya untuk menjemput Oliv. Tidak ada semangat-semangatnya sama sekali.

Masih dengan tangan merangkul pinggang gadisnya, Dom lalu menuntun Oliv berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman rumah Martha. Namun, belum setengah jalan, langkah mereka berdua terhenti ketika mendengar seseorang berseru dari arah belakang.

"Kak Dom!"

Dom lantas menoleh, menatap Jeno yang berada kira-kira lima meter dari tempatnya berdiri sekarang. "Iya? Ada apa?"

"Sering-sering ke luar negeri ya, biar Oliv bisa nginap di sini terus," celetuk Jeno tanpa ekspresi, kemudian nyelonong masuk ke rumah begitu saja, tak ingin mendengar ataupun melihat bagaimana reaksi Dom setelah ia mengucapkan kalimat yang agak saru tersebut. Martha hanya bisa meringis kikuk karena tingkah anaknya, sementara Dom menanggapinya dengan kekehan seolah menganggap hal itu hanya bercandaan, padahal dalam hati ingin sekali mengajak 'by one'.

"Hai, Paman Jim!" sapa Oliv begitu memasuki mobil, pria itu duduk di jok depan, sementara ia di belakang bersama Dom.

"Wah, suaminya pulang kelihatannya langsung semangat," celetuk Jim sembari menoleh ke belakang, teringat bagaimana ekspresi lucu Oliv yang tak rela melepaskan Dom di bandara tempo hari, seakan tak mau jauh-jauh.

"Sudah, Pak. Silahkan jalan," titah Dom setelah menutup pintu mobil.

"Baik, Tuan," sahut Pak Sopir diiringi anggukan kepala, lalu mengambil rute perjalanan menuju apartemen Jim untuk mengatarnya pulang terlebih dahulu.

Dom lalu menimbrung, "Kalian lagi bahas apa?"

"Kepo," Oliv meledek, ia lantas menepuk-nepuk pundak Jim agar kembali menoleh ke arahnya. "Paman, cewek Singapura apa cantik-cantik? Apa seksi-seksi? Apa semok-semok?"

DOMINIC VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang