003. Bayar Pakai Bibirmu

20.9K 1.6K 981
                                    

Tidak seperti biasanya, hari ini Dom bangun pagi-pagi sekali. Ia sudah mandi, pakai kemeja rapi, dan sekarang sedang berada di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Rencananya kali ini ia ingin membuat pancake ala-ala, bahan-bahan adonan juga sudah ada di depan mata.

Bukan tanpa sebab, Dom melakukannya semata-mata karena merasa bersalah akibat kejadian semalam dengan Olivia. Ia sadar, ia sangat keterlaluan. Tidak sebaiknya ia membahas Jessica terlalu berlebihan di depan istrinya, jatuhnya secara tak langsung ia seperti malah membandingkan mereka berdua. Jadi, bisa dibilang ini semua adalah sogokan perminta maafan Dom untuk Oliv.

Dom sudah hapal di luar kepala tentang langkah-langkah pembuatan pancake seperti ini. Dulu, sewaktu masih jadi mahasiswa di Oxford, ia sering sekali bikin pancake untuk sarapan. Maklum, ia hanya tinggal sendirian di apartemen dan hidup merantau jauh dari keluarga, jadi setidaknya dia harus belajar mandiri. Tapi tenang, meskipun demikian, Dom tidak pernah merasakan menjadi mahasiswa akhir bulan yang makannya selalu pakai mie instan, terus kalau kepepet yang ditelan cuma obat promag biar asam lambungnya tidak kumat. Ia selalu aman dari yang namanya kelaparan.

Ding... Dong...

Suara bel rumah yang mengudara tersebut kontan menginterupsi aktivitas Dom. Ia menunda sebentar kegiatan mengaduk adonan pancakenya, lantas beralih melepas apron yang ia kenakan sebelum akhirnya bergegas untuk membuka pintu. Dom sempat melihat jam tangannya sekilas—masih jam setengah enam pagi, siapa orang yang bertamu di jam segini?

"Morning, Brother!"

Dom langsung merotasikan bola mata dongkol saat mendapati seorang pria dewasa seumurannya memberi salam sumringah setelah dibukakan pintu olehnya. "Ada apa?" tanya Dom penuh selidik, sebab gerak-gerik pria itu terlihat mencurigakan.

"Tuan rumah yang beradab itu mempersilahkan tamunya masuk ke rumah dulu—"

"Tamu yang beradab itu tahu waktu kalau mau bertamu, ini matahari saja masih belum nongol eh sudah heboh pencet-pencet bel rumah orang," serobot Dom julid. Namun, yang disindir malah terkekeh dan masuk ke dalam rumah setelah akhirnya Dom menyuruhnya dengan wajah setengah tidak ikhlas.

"Ada yang mau aku bicarakan," ucap pria itu hendak mendaratkan pipi bokongnya di atas sofa, tapi tertahan gara-gara Dom menginterupsinya dengan berkata, "kita bicarakan di dapur saja. Aku lagi buat sarapan."

Ia mengangguk pasrah sebelum mengekori Dom menuju dapur. "Mumpung aku juga belum sarapan, boleh lah sekalian dibuatkan."

"Kedengarannya agak maksa ya, Jim," gurau Dom sambil geleng-geleng kepala.

Ya, pria dengan aura soft boy itu namanya Jim Dellon. Ia sepantaran dengan Dom, tapi memiliki face yang lebih imut, apalagi kalau senyum—mungkin kalian tidak akan percaya kalau laki-laki ini umurnya sudah hampir kepala empat. Jim punya eye smile yang menawan, membuat siapapun pasti ambyar klepek-klepek. Katanya sih itu pelet terampuh yang bikin kaum hawa ketar-ketir.

 Katanya sih itu pelet terampuh yang bikin kaum hawa ketar-ketir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DOMINIC VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang