TEASER 20: HURT

4K 503 27
                                    

Lisa POV
Aku tidak sadar dengan apa yang baru saja aku lakukan padanya. Yang jelas, hatiku terasa sangat sakit seolah tertusuk belati berkali-kali. Inikah yang selama ini dia lakukan di belakangku? Berselingkuh? Dengan sekertaris-nya sendiri? Brengsek.

"Li-lisa?" panggilnya dengan nada bergetar. Dadaku terasa sangat sesak menatap lemah kedua matanya. Nafasku naik turun tidak teratur menahan emosi. Aku melirik Chaeyoung sekilas. Tidak ada rasa bersalah sedikitpun yang tersirat di wajahnya. "Jangan menyentuhku! Menjijikkan" nada bicaraku meninggi saat dia bergerak mendekat berusaha untuk meraih telapak tanganku.

"L-lisa? Kumohon dengarkan aku, ini tidak seperti apa yang kau pikirkan!" ucapnya. Tanpa sengaja mataku menyipit memastikan saat melihat hickey yang terlihat masih basah di lehernya. Aku tertawa hambar dengan menahan air mataku.

"Huh, jadi ini yang kau lakukan padaku selama ini? Ini yang membuatmu muak saat bertemu denganku? Oh God, lelucon macam apa ini? Kau bodoh sekali, Lalisa! Kau bodoh" air mataku jatuh, aku memijat pangkal hidungku berkali-kali dengan bersiap berjalan pergi keluar ruangan. "Sayang, jangan berbicara seperti ini. Dia memaksaku, aku tidak bisa melawannya. Kumohon percayalah" dia menggunakan satu tangannya untuk mencoba menenangkanku.

"Kau tidak bisa melawannya karna kau menikmatinya bukan? Sudah jelas Jennie! Kebohongan apalagi yang akan kau katakan untuk memperdayaku, huh? Kau puas? Kau puas karena telah berhasil merusak kepercayaanku padamu dengan melakukan ini di belakangku hah?!" aku sudah kehilangan kesabaranku. Aku benar-benar muak dengan semua ini. Percuma saja kami sudah berusaha saling percaya satu sama lain jika akhirnya harus seperti ini.

"Jangan berani datang untuk menemuiki lagi Jennie! Kau brengsek!" aku menunjuk-nunjuk wajahnya jijik. Ternyata dia tidak sebaik seperti apa yang aku pikirkan selama ini.

"Lisa tolong jangan katakan itu, cukup. Kumohon, kau harus percaya padaku. Dia bajingan Lisa, dia iblis! Aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengannya"

"Dia bajingan? Kau yang bajingan disini Jennie. Selama ini kau bersikap seolah-olah mencintaiku tapi inikah buktinya? Ck, dimana-mana penggoda sama saja!"

"Berhenti berteriak Lisa! Kita selesaikan ini di penthouse" dia berkata mengakhiri sedangkan aku menepis tangannya kasar saat dia bergerak menarikku untuk mengikutinya pergi keluar ruangan. Aku tidak ingin melihat batang hidungnya lagi. Aku benar-benar ingin mengakhiri semua pengkhianatan yang dia lakukan padaku.

"Tidak, semua sudah selesai sampai disini, Jennie. Kau benar-benar penggoda, kau kotor. Kau tidak pantas disebut wanita!" kedua matanya melemah seolah tidak percaya menatapku. Aku puas. Sungguh, aku merasa sangat puas melihat dia menangis. Bahkan aku ingin melihatnya menderita mulai sekarang. Aku memilih untuk berlari meninggalkan mereka berdua. Aku tidak peduli apa yang akan mereka lakukan setelah ini. Yang jelas, aku sangat-sangat membenci wanita itu.

"Bajingan! Berani-beraninya dia mengkhianati-ku" aku bergegas menancap untuk meninggalkan tempat itu dengan segera. Aku tidak sengaja melirikkan mataku pada spion dan kulihat, Jennie tengah berlari berusaha untuk menyusulku tapi Chaeyoung menghentikannya. Aku yakin semua ini memang benar. Aku berniat untuk melampiaskan seluruh rasa emosiku untuk pergi bersenang-senang.

"Lihat saja, kau pikir aku sebodoh itu hingga dengan mudahnya kau mampu menipuku selama ini, Kim Jennie?" senyum sinisku mengembang. Entahlah, aku ingin sekali membalas semua perbuatannya hingga membuatnya menderita tanpa kehadiranku. Berani-beraninya dia menyia-nyiakan kepercayaanku.

__________

Seoul, 8.45 pm

Author POV
"Lisa kau dimana?" tangis Jennie dengan mengendarai mobil Mercedes miliknya mengelilingi kota Seoul di malam hari. Dia benar-benar sedang mencemaskan keadaan Lisa. Wanita itu belum juga kembali ke restoran bahkan ke apartemennya sejak kejadian salah paham pagi tadi. Jennie sudah mencoba untuk mencari Lisa di tempat-tempat favoritnya tapi tidak kunjung menemukannya. Kepala Jennie mulai terasa berat dengan air matanya yang tak henti-hentinya turun sejak tadi. Dia merasa sangat hancur. Bahkan dia tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri. Bagaimanapun juga semua terjadi karena sikapku yang terlalu egois pada Lisa. Pikirnya.

"Argh, Ya Tuhan" ringisnya dengan satu tangannya yang mencengkram sisi rambutnya menahan sakit. Dia memutuskan untuk kembali ke penthouse dan melanjutkan pencariannya besok. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada dirinya terlebih kondisinya yang hampir menurun. Dengan mengumpulkan tenaga yang masih ada, dia bergegas melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju penthouse-nya yang sudah cukup dekat dengan tempatnya berada saat ini. Jennie memicingkan kedua matanya saat melihat sebuah mobil berwarna hitam pekat terparkir tepat di depan gerbang. Tidak, itu bukan milik Lisa. Dengan penuh rasa penasaran, gadis itu bergegas memarkirkan mobil mewahnya kemudian berjalan terburu-buru masuk ke dalam penthouse dengan rasa penasaran yang begitu besar. Siapa seseorang yang berani bertamu malam-malam seperti ini?

"Astaga, aku sangat mengkhawatirkan mu. Darimana saja kau pergi, hm?" kedua tangan Jennie mengepal saat melihat seseorang yang tengah terduduk di atas sofa bersama kedua orangtuanya yang tengah menatap Jennie dengan tatapan intimidasi. Ya Tuhan, ini semua tidak benar. Bagaimana bisa dia berada disini terlebih bersama kedua orang tua Jennie?

****

"Tidurlah dengan baik, babies" seorang wanita berpostur sexy berucap dengan menyelimuti tubuh polos seorang gadis jangkung yang tengah tertidur di atas ranjang hotel dengan begitu pulasnya. Tubuh mereka sama-sama telanjang bahkan semua pakaiannya sudah berserakan di atas lantai. Entah apa yang baru saja mereka lakukan. Serasa jika semua yang dia rencanakan sudah berjalan dengan sangat mulus, wanita itu beranjak turun dari atas ranjang lalu bergerak mengambil ponselnya di atas meja dan mulai mengambil gambar panas yang menampakkan dirinya tengah berbaring di samping wanita jangkung itu dengan posisi saling memeluk satu sama lain. Tubuh wanita yang tengah tertidur itu tidak bergerak sama sekali. Dia terlihat tertidur dengan sangat pulas dan tenang. Apa ini karena efek alkohol yang dia minum dua botol?

"Ya Tuhan, kau tidak pantas bersama Jennie. Kau lebih pantas berdamping denganku, Lalisa" ucapnya dengan mengecup bibir Lisa berkali-kali dan memeluknya dengan sangat erat. Sekilas, bayangan bodoh terlintas di pikirannya membuatnya tersenyum penuh kemenangan. Dia bergerak cepat membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh mereka dan beranjak cepat menaiki tubuh Lisa untuk duduk di atas paha wanita jangkung itu. Dengan berhati-hati dia bergerak menarik satu tangan Lisa lalu meraba lembut jemari lentiknya dengan senyum bodoh yang tak kunjung memudar dari wajah cantiknya.

"Ah fuck" dia mendongak menggigit bibir dalamnya kuat-kuat dengan membuka kakinya di atas paha wanita jangkung itu selebar-lebarnya. Entah, apa yang akan terjadi selanjutnya.















TBC





𝐓𝐄𝐀𝐒𝐄𝐑 [𝐉𝐄𝐍𝐋𝐈𝐒𝐀] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang