Rose cepat-cepat mengambil ponselnya kala bayangan lumer coklat secara tiba-tiba terlintas di otaknya. Jika dinilai dari segi keadaan, mood-nya siang ini juga sedang berantakan karena tugas kampus yang menumpuk. Setidaknya coklat dengan merk Harley's Kiss membuat kepalanya lebih ringan.
_________________
Lis, posisi di mana?
Kenapa emang?
Gue butuh bantuan lo
Rose menggigit jarinya. Menunggu balasan saat keterangan di kontak Lisa menunjukkan bahwa gadis itu sedang mengetik.
________________
Apa emang? Gue nggak
mau ya cariin susu segar
di siang bolong kyak dulu!Ih, lagian kjadian itu 'kan
juga lima tahun kemarenSukanya ngungkit-ngungkit
lo mahRose zheyeng, lo harus tau
gue ngeluarin separuh uang
saku gue dan nyumbangin
keringet satu ember ke kolam
kering demi dapetin susu segar
yang nggak mungkin ada di
siang² macem dulu. Inget kagak lu??_________________
Rose terkekeh pelan saat mengingat kejadian lima tahun yang lalu, hampir enam tahun mungkin? Dirinya tidak tau tepatnya, namun yang paling dirinya ingat, waktu itu mereka masih SMP.
Lisa yang merasa dirinya sahabat yang sangat peduli dan sangat bisa diandalkan, dengan kepercayaan diri tingkat akut bahwa gadis itu akan mentraktir apapun untuk Rose asalkan Rose sembuh di hari itu. Mengingat hal tersebut juga bersamaan dengan kejadian muntah hebat yang dialami Rose karena ngeyel meminum kopi hitam di saat dirinya memiliki riwayat penyakit lambung.
Alhasil, mungkin karena iba atau ingin dilihat keren, dengan mantabnya Lisa berjanji akan mengabulkan permintaanya. Sesuai yang dikatakan Lisa, Rose langsung dengan sengaja memesan susu segar—yang notabenya selalu buka di malam hari. Hal itu berhasil membuat Lisa menampilkan wajah masam bukan kepalang macam buah kedondong yang masih mentah pulang tanpa hasil. Agaknya Lisa tau jika sedang dikerjai oleh Rose.
_________________
Beliin Harley's Kiss. Dua pack
Lo kira gue babu lo??
Dapet imbalan kagak, bensin
abis iya.Perhitungan lo. Besok gue
beliin dua literAh beneran lo? Awas ya kalo
sepikLo kira gue orang kayak
apaan?Ck, iya-iya. Jaga kondisi yawh.
Kayaknya mas pacar lagi otw
kesyitu tuhHah? Lo tau dari mana?
Jan ngade-ngade lo yaPanik yaaa?
Iyalah panik, masa
enggakLis, seriusan, lo liat Bastian
mau ke sini?Ya nggak tau sih, gue liat dia
baru aja keluar dari minimarket
_________________
Rose menggigit jarinya, duduk di sofa dengan gelisah. Bisa saja Bastian datang ke sini, bukannya ia ingin menghindari sang kekasih, hanya saja ... yah, dia tidak akan bebas jika ada Bastian.
"Beneran lo liat Bastian?" semprot Rose setelah panggilan telepon tersambung.
"Yaiyalah. Masa yaiya dong."
Kakinya bergerak gelisah. Matanya bolak-balik menatap sekitar, suasana apartement-nya hening luar biasa. Takut-takut jika atensi Bastian tiba-tiba ada di sini. Seperti sebelum-sebelumnya, keadaan kekasihnya itu sudah seperti hantu saja.
"Yakin lo? Mungkin aja dia cuma mirip."
"Lu kenapa sih?? Yaudah kalee, nggak usah di bawa pusing. Nggak mau dia dateng ya lo tinggal kunci pintu aja."
Rambutnya mulai berantakan karena ulah tangannya. Sedangkan es krim di tangannya ia taruh di meja.
"Bukan gitu, sekalipun gue kunci, pasti dia juga bisa masuk."
"Iya tuh-iya! Nggak heran gue sama sikap pacar lo! Punya kunci serep dia? Atau mau bobol pintu lo kayak minggu kemaren??"
Rose mendengus saat mendengar tawa Lisa yang renyah.
"Gila lo Ce. Udah enyah mungkin gue dari atas bumi, pilih pergi ke antartika sekalian kalo punya pacar macem Tian!"
"Yaa walaupun ganteng nih yaaaa, tapi emang lo nyaman??"
Helaan nafas kembali Rose keluarkan. Kakinya yang semula ia tekuk, ia luruskan hingga menyentuh meja. Punggungnya langsung tegak saat mendengar suara pintu dibuka. Wajahnya berubah panik.
"Lis-Lis!" panggil Rose, semakin panik saat mendengar langkah kaki.
"Gue matiin dulu ya!"
Rose menaruh ponselnya setelah mematikan sambungan telepon. Menarik kaos putihnya ke bawah, segera membawa kakinya ke pintu yang terpisah dengan sekat dinding dari ruang tamu.
"Bas?" panggil Rose saat melihat Bastian membungkuk menaruh sepatunya di rak sepatu. Tangan kanan lelaki itu menenteng kresek hitam.
Bastian menyodorkan plastik tersebut yang langsung diterima oleh Rose. Rose mengikuti langkah lelaki itu dari belakang. Dahinya mengerut melihat barang yang berada di dalam plastik hitam itu.
Mereka berdua duduk di depan tv, Rose menumpu satu lengannya di punggung sofa, sedangkan satu tangannya yang lain menggenggam sebatang coklat Harley's Kiss.
"Bas ... kamu tau dari mana aku pengen coklat ini?"
•~•~•~•
•~•~•~•
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Longtemps
FanfictionHanya saja ... Rose merasa Bastian selalu tau di mana dirinya berada.