Makin deket

1.2K 237 5
                                    

"Jadi, lo mau nggak?"

Rose terlihat berpikir. Ia melukis hanya sebagai hobi untuk sekarang ini dan belum berani menyorot lukisannya di mata publik. Setelah langkah pertama lukisannya bisa tampil VIP di festival seni kubistik karena usaha Bastian, dirinya belum pernah melukis background dari altar pernikahan.

"Emmm, lukisannya apa dulu nih? Coba gue pikirin dari sekarang."

Obeng terlihat mengetikkan sesuatu di ponselnya. Kemudian baru menatap Rose kembali setelah mendapat balasan.

"Itu ... dia wibu keras. Lo bisa gambarin lambang klan Uchiha sama bunga sakura?" tanya Obeng memastikan.

Senyum Rose merekah, "Bisa dong. Nanti lambangnya coba gue satuin sama bunga sakura."

Wajah Obeng terlihat puas, "Lo emang paling bisa diandelin. Makasih ya."

"Santai. Temennya Bastian juga temennya gue," jawab Rose.

"Lagian, kenapa lo nggak cari pelukis lain yang tentu aja lebih senior dari pada gue? Gue belum banyak pengalaman soalnya," ujar gadis itu mulai ragu.

Obeng menggelengkan kepalanya tegas, "Nggak. Gue tau lo bisa. Sepupu gue sama gue percayain ini semua ke lo. Lo bisa Ce, Tian aja dukung keras lo kok. Jadi jangan pernah ngerasa minder kayak gitu."

Mendengar ucapan Obeng membuat perasaan Rose sedikit lega. Mereka mengobrol sebentar. Suasana semakin runyam dengan adanya Lisa dan Ena. Obeng yang suka serius tapi juga lawak. Lisa dan Ena yang nggak usah ditanyain lagi seberisik apa mereka berdua.

"Ck! Harusnya lo kasih telur busuk!"

"Ya nggak bisa gitu dong. Gue aja cuma disiram air masak gue kasih aer comberan??" balas Obeng nyolot.

"Lo terlalu baik Beng! Kayaknya gue harus kasih lo bimbingan dasar-dasar dari balas dendam!! Nggak ada tuh orang yang disiram air bales nyiram air! Yang ada mereka beku karena dikasih adonan semen!!" seru Ena tak kalah kesal.

"Obrolan lo berdua freak amat dah," celetuk Lisa.

"Gue sampe nggak bisa bedain bahasa manusia sama bahasa monyet."

"Lo anggep gue monyet?? Mata lo katarak??"

"Gaes-gaes. Omongan lo mulai keluar konteks dari tata krama. Pliss, berhenti sebelum lo didatengin anak-anak itu yang kepo sama kata 'anjin*'," sela Obeng.

"Beng, kayaknya otak lo udah tercemari sama perilaku mereka sehari-hari." Rose menatapnya dengan mata menyipit.

Obeng terlihat menghela nafas, menampilkan wajah sedihnya. "Gue ... gue lelah bersikap terlalu baik dan selalu serius. Gue mau jadi Om Bowo yang jahat aja."

"Nah tuuh! Lo udah kenal Om Bowo!" tunjuk Rose.

"Ck. Deketan lima menit sama duo amfibi ini bikin otak lo kegeser sepuluh senti."

Wajah Obeng terlihat bingung, "Emang Om Bowo siapa?"

"Genderuwo peliharaannya Lisa," jawab Rose tanpa rasa bersalah.

"Suka aja kalo ngomong!" seru Lisa.

"Oh. Om Bowo di tempat gue tuh rentenir yang suka datengin rumah tetangga." Obeng menjawab pertanyaan mereka.

Ena menggelengkan kepalanya, "Emang ya. Setan sama rentenir lebih nakutin rentenir."

"Yaiyalah! Money is everything. Gue harap lo tau pepatah itu." Obeng menganggukkan kepalanya bangga.

"Itumah pepatah yang lo buat sendiri! Obeeeng!" geram Lisa dan Ena.

Obeng dengan sombong menunjuk mereka berdua, "Kenapa? Tapi kenyataan 'kan? Lo berdua nggak bisa munafik dari gue."

[✔] LongtempsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang