Rose berdecak keras. Berteriak kesal saat bel apartemennya tidak berhenti berbunyi. Mungkin sang tamu mengira jika jarak dari dapur ke pintu seperti satu langkah kaki semut?
Cklek!
"Loh? Eno?? Ngapain lo di sini??" Alis Rose mengerut dalam. Matanya memincing menatap Eno yang berdiri di depan pintu dengan wajah datar.
"Nggak! Nggak! Nggak! Nggak boleh! Lo harus pergi! Gue nggak mau ribut sama pacar lo lagi!" Rose mengibaskan tangannya ke arah lelaki itu. Bermaksud mengusirnya. Walaupun dirinya tau, tindakannya saat ini sangat tidak ramah, namun Rose benar-benar sedang tidak ingin menciptakan keributan yang tidak akan ada ujungnya.
"Gue nggak mau kalo-"
Ucapannya terhenti, Rose mengambil mantel berwarna coklat yang tiba-tiba terlempar menutupi wajahnya. Wajahnya menunjukkan emosi dan kebingungan.
"Loh? Ini kok ada di lo?? Ini hilang satu bulan yang lalu! Lo maling ya?!" tuduh Rose. Mungkin karena terbawa kesal mengingat Eno tidak melakukan tindakan apapun saat Chaeyeon melabrak cewek-cewek di luar sana.
Eno mendengus pelan. Tidak menjawab dan memilih tetap bungkam. Lelaki itu membalikkan badannya, hendak meninggalkan Rose yang bengong di depan pintu apartemennya sendiri.
"Lo tau apart gue dari mana?! Awas ya kalo besok si bison datengin gue! Gue suruh Bastian buat sleding lo! Biarin, kalo gue suka ngadu!!" cerocos Rose, tidak peduli apakah Eno masih mau mendengarkannya.
"Yee mana yang cewek mulutnya macem mercon! Yang cowok-"
"Loh? Lisa?? Ngapain lo ada di sini?? Perasaan gue di dalem nggak liat lo!" teriak Rose kaget saat melihat Lisa menyusul ke pintu depan dengan wajah mengantuk.
Lisa menatapnya sinis, "Ya lo nggak liat gue tidur di sofa? Janjinya 'Lis, ayok nginep sini! Tidur di kasiiiuuuur empyuk!'"
"Ternyata cuma sepik! Situnya udah ngebo duluan."
Rose tertawa tanpa dosa, "Maafin ya. Gue kemarin beneran lupa, kalo ada janji sama lo!"
"Kayaknya janji udah berubah deh cara kerjanya," celetuk Lisa, kembali berjalan menuju sofa.
"Apaan?" tanya Rose.
"Ya yang semula janji ada buat diinget tapi buat lo janji buat dilupain. Namanya kepastian palsu! Bukan janji!" Lisa mendorong dahi Rose yang kini duduk terlalu dekat dengan dirinya.
"Ih apasih deket-deket?? Lo bauk Tian tau nggak??" seru Lisa.
Rose menggaruk rambutnya, "Baunya nempel ya?"
Mata Lisa melebar. Memukul pelan bahu Rose dengan wajah menuduh.
"Abis ngapain lo berdua?!" tudingnya.
Rose menjauhkan wajahnya, "Ih apaasih?!"
.
.
.
.
"Tuh 'kan?! Lo emang nggak bisa dipercaya! Lilis kayak lidiiii!!" teriak Rose kesal. Menunjuk Lisa dengan wajah penuh amarah.
Lisa hanya mengusap lehernya, "Y-ya maap. Gue nggak tau kalo bakalan kayak gini akhirnya."
"Astagaaaa! Gue bisa dimarahin Bunda! Bunda Lisaaa! Bunda tuh galaknya minta ampun kalo nyangkut tumbler gambar Shinchan!! Pokoknya kalo nggak ketemu lo harus gantiin yang sama persis!!" Rose menekuk kedua lengannya di depan dada. Ucapannya tidak menunjukkan jika dirinya tidak ingin dibantah.
Lisa menoel lengan gadis itu pelan, "Ya emang belinya ada di mall? Gue beliin deh."
Rose menggelengkan kepalanya keras, "Nggak! Bunda belinya custom soalnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Longtemps
FanficHanya saja ... Rose merasa Bastian selalu tau di mana dirinya berada.