Sayang Pacar, Hilang Nyawa

1.7K 372 7
                                    

Helaan nafas kembali ia keluarkan. Pantatnya terasa panas karena digunakan duduk selama berjam-jam lamanya. Cuaca panas menambah suasana menjadi semakin dramatis. Andaikan iklan di tv membuat tenggorokannya segar, bukan hanya angan-angan semata mengingat dirinya tidak boleh meninggalkan tribun saat ini.

Sebuah keranjang berisi handuk ia pangku, sedangkan sekardus minuman mineral ia taruh di samping kakinya. Menatap para anggota klub basket yang masih sibuk latihan di lapangan bahkan setelah tiga jam lamanya.

Rose menghela nafas. Menaruh keranjang itu ke bangku sampingnya. Kakinya melangkah membawanya turun ke lapangan. Tangannya berkacak pinggang, Rose bisa merasakan peluh jatuh melewati ujung alisnya.

"WAKTUNYA HABIIS! LATIHANNYA DILANJUTIN BESOK!" teriaknya kencang dalam satu tarikan nafas. Sengaja, Rose tidak ingin membuat pengulangan di mana nantinya energi yang dibutuhkan semakin banyak.

Para lelaki mulai berkumpul ke samping lapangan. Rose kembali naik ke tribun mengambil keranjang berisi handuk dan Eno yang membantunya untuk membawakan sekardus botol air mineral.

Rose membagikan handuk itu satu-satu, kemudian menaruh keranjangnya di bangku terdekat. Tangannya kembali berkacak pinggang. Matanya melotot.

"Lo! Keliatan abis mabok ya??"

"Ck. Aelah, gue kemaren mabuknya. Sekarang udah nggak." Kevin menepis telunjuk bercat merah menyala milik Rose yang hampir mengenai matanya.

Layaknya gorila terkena asma, Rose menarik nafas sekuat tenaga.

"Awas kalo besok ketahuan pengar kayak gini lagi!"

Besok adalah hari-H pertandingan resmi pembukaan tahun baru. Banyak perwakilan dari universitas yang memberikan jeda selama tiga hari, sangat khusus hanya untuk tahun ini mengingat di jenjang perkuliahan tidak memprioritaskan pertandingan semacam ini jika bukan tingkat nasional.

"Ya biasa aja lah. Cowok mana bisa nggak kegoda sama-"

"Apa?" Rose mengulas senyum memperingatkan.

"Jangan galak-galak. Lo tuh manager olahraga paling jahat yang pernah gue kenal tau nggak?" Arga menyela dengan nada dramatis.

"Seenggaknya Rose nggak kabur setelah dilabrak pacar sintingnya si Eno," celetuk Laska.

"Sayang, cantik-cantik nggak waras."

"Lo kira manager kita juga waras?" Kevin menoleh menatap Reno sangsi, kemudian tertawa renyah saat Rose melemparinya handuk.

"No, lo betah sama cewek kayak Chaeyeon?" Laska menyenggol lengan Eno yang sibuk menyeka keringatnya dengan handuk.

Eno tidak menjawab. Dengan wajah tanpa ekspresi sama seperti biasanya, sudah dipastikan Laska tidak akan mendapatkan sebuah jawaban. Sayang sekali, ganteng-ganteng mirip orang bisu-pikir Laska.

"Ya kalo udah cinta mau apapun itu pasti dilawan bre. Kalo gue sih, pilih yang normal." Reno mengendikkan bahunya.

"Berarti Chaeyeon?" tanya Kevin.

"Dia 'kan abnormal."

Rose bertepuk tangan satu kali. Kepalanya menggeleng prihatin.

"Sayang, cowok ganteng-ganteng tapi mulutnya ember macem kalian," ujarnya penuh keprihatinan.

"Eeaaaa! Bilang aja kalo kita ini ganteng! Nggak udah lah pake sayang-sayang segala!"

"Eh bentar Ce, gue sama Tian gantengan mana?" Kevin tiba-tiba mendekatkan dirinya ke arah Rose. Menunjukkan angle wajahnya dari berbagai sisi.

[✔] LongtempsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang