Part 60 Everything is Revealed I

8.1K 914 401
                                    

Malam hari sudah tiba dimana sepasang kekasih tengah duduk di sofa depan televisi, kepala si jangkung berada di pangkuan perempuan berpipi mandu. Ketiganya mendarat tadi siang di Korea, menurut Lisa semua urusan telah sedikit demi sedikit terselesaikan sehingga tidak ada alasan untuk kembali ke Seoul. Jari mungil tersebut membelai secara lembut di area wajah pemilik hatinya, pahatan sempurna Tuhan ciptakan pada umat special di mata Jennie. Beruntung ia menjadi orang pertama yang berhak mengelus bahkan menciumnya kapan pun di inginkan.

"Kamu sayang sama aku tidak?" manja Lisa menenggelamkan mukanya di perut Jennie.

"Sayanglah, kalau tidak kenapa aku berada disini bersamamu" balas wanita bermata kucing melepaskan jeratan Lisa yang mempererat pelukan di perutnya.

"Kalau begitu ayo menikah" dongaknya memperhatikan raut yang setiap saat ia pandangi.

"Aku tidak mau" santai Jennie mengalihkan pandangan.

"Wae? kenapa tidak mau" kesal Lisa sampai terduduk meminta jawaban paling tepat.

"Sayang kalau kamu mau serius sama aku seharusnya kenalin aku pada orangtuamu dahulu, lagi pula menikah bukan hanya 'aku sayang kamu' atau 'aku cinta kamu' itu semua tidak cukup. Menikah adalah menyatukan dua insan hati serta keluarga juga, aku ingin mereka tau jika aku seorang ibu tunggal" jelas Jennie tanpa adanya bercandaan, ia pernah mengatakan sebelumnya tapi Lisa belum benar-benar membicarakan dengan serius.

"Hmmm, dia pasti setuju aku yakin" cetus Lisa memikirkan sejenak, mau bagaimanapun Minyoung dan Haein tak mungkin mencegah kebahagiaan anak mereka. Apalagi setelah melihat bila Lisa lah calon Jennie.

"Kamu tau darimana? memangnya udah pernah cerita?" ia menyuruh kepala Lisa rebahan lagi di atas pahanya. Mendengar hal itu sulung Manoban menjadi terdiam, ia pernah mengatakan menjalin hubungan dengan Jennie meski kelanjutannya masih belum di bicarakan.

"Sebenarnya aku sudah bilang mempunyai kekasih namun nama serta foto belum" bohong Lisa melirik ke sebelah kanan, ia menjadi semakin bersalah kala harus berkali-kali tidak jujur padanya.

"Lalu bagaimana tanggapan orangtua kamu? aku yakin mereka tidak tau bahwa aku ibu tunggal, aku takut mereka juga tidak bisa menerima Limju" tunduk Jennie membayangkan ketika calon mertuanya tak menyetujui hubungan keduanya.

"Dia akan menerimanya, mereka sayang anak-anak" tukas Lisa mengangkat dagu Jennie supaya menyudahi sedihnya, ia kecup punggung tangan sebelah kanan. Menandakan bila hanyalah perempuan ini satu-satunya di cintai.

"Tidak bisa sayang, aku harus tau langsung dari mereka sendiri" sela Jennie menatap manik mata hazel yang mengembangkan senyumnya, siapa yang tidak mau bertemu pada orangtua kekasih. Walaupun banyak kekurangan menimpa hidup setidaknya biarkan Jennie memperbaikinya, ia pantas bahagia.

"Uhmm, aku pikirkan dulu ya kekeke" garuk Lisa di pelipis, menahan getirnya di hati.

"Baiklah, hmm kemarin kan kita di Amerika. Kenapa tidak sekalian berkenalan sama orangtua kamu?" tanya Jennie mendapat lebaran mata oleh sang empu.

"K-kamu lupa, k-kalau orangtuaku tinggal di hmm Swiss" terbata-bata Lisa masih belum ingin mengungkapkan kejadian sesungguhnya.

"Haish chinjja, kita tidak memiliki waktu" cemberut Jennie menyenderkan badannya ke sofa.

"Makanya sayang, nanti kita cari waktu yang tepat arra? tolong mengerti sebentar" pinta Lisa menangkup kedua pipi kekasihnya kemudian ia kecup cukup lama, anggukkan kepala sebagai balasan Jennie.

"Aku memang harus segera memberitahu Jennie, semoga dia tidak marah kalau aku kembaran Limario. Sabar sayang, tunggulah beberapa saat lagi" batin Lisa menghela nafas terasa tercekat di leher.

Look the Same (Jenlisa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang