Sumber mata air sudah ada di depan mata, setelah tadi istirahat sejenak mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Tak banyak rintangan yang mereka hadapi disana, untungnya tempat itu bebas dari hewan-hewan buas.
Pos terdekat kini sudah mulai nampak, mereka berdua bergegas kesana. Rupanya disana juga sudah ada Adit, Abel dan Ica.
"Udah ketemu Dion nya?"
Itu suara Nayya, mereka bertiga saling tatap satu sama lain lalu perlahan menengok ke belakang dimana terdapat seorang siswa yang kakinya sedang diperban.
Itu Dion.
"Hufft, syukur deh kalau dia gakpapa"
"Dia bilang tadi.."
Ica menggantungkan ucapannya.
"Dia bilang apa tadi?"
"Dia bilang didorong hantu HUWAAAA!!!!"
Ica yang pada dasarnya sangat penakut percaya-percaya saja apa yang dikatakan Dion padanya.
Tak jauh beda dengan reaksi Ica, Nayya pun mulai melihat ke kanan dan ke kiri.
Bukan kesan sejuk seperti yang pertama kali ia rasakan, melainkan kesan angker akibat perkataan Ica.
Ingat, Nayya itu penakut.
"Tch, mau aja dibodohin sama Dion"
Kali ini Abel yang mencibir. Bukannya dia tidak takut akan hantu, hanya ketidakpercayaannya terhadap omongan Dion jauh lebih besar ketimbang rasa takutnya terhadap hantu.
"T-tapi kan bisa aja disini beneran ada hantu" cicit Ica.
Nayya mengangguk menimpali
"Aduh pelan-pelan, shhh"
Dion mengaduh kesakitan tatkala ia dipapah Adit dan Elvin kembali menuju tenda.
"Lagian lo ada-ada aja sih, kan bisa nggak usah sembunyi segala. Kena karma kan lo!" omel Adit.
Sebenarnya tadi saat Adit mengejarnya ia bersembunyi di salah satu semak-semak. Tujuannya? Entahlah orang itu memang sedang dipertanyakan kewarasannya.
Namun siapa sangka saat ia ingin keluar dari persembunyiannya untuk mengejutkan Adit, pria itu malah sudah menghilang. Mungkin mencari Dion ke tempat lain.
Benar kata orang, karma itu akan datang pada orang yang tepat. Buktinya saat Dion mencari-cari Adit ia malah terpeleset dan jatuh ke bawah.
"Ya mana gue tau bakal kayak gini"
Adit membuang muka, kesal karena teman sekelompoknya ini sangat special.
Sepanjang perjalanan kembali ke tenda, tak pernah sekalipun dion berhenti berbicara. Seperti ia memiliki triliunan topik yang bisa dibahas.
"Hah capek"
Nayya, Ica dan Abel merebahkan tubuh masing-masing ke tenda. Hari yang melelahkan. Tapi semuanya terbayarkan oleh keseruan sebelum insiden menghilangnya Dion.
Mereka juga sudah melaporkan bahwa ada anak yang terluka saat perjalanan tadi.
Dion langsung dibawa ke tukang urut di desa itu. Karena kakinya keseleo yang menyebabkannya kesulitan dalam berjalan.
Sore harinya agenda mereka adalah acara bebas, dimana setiap siswa bebas melakukan sesuatu yang disukainya dan menikmati pemandangan sekitar.
Nayya sendiri lebih memilih menghabiskan waktu di dekat danau sembari mengobrol dengan bunda nya.
Nayya menceritakan banyak hal yang sudah dilewatinya hari ini, tentu saja tanpa menyebutkan bagian hilangnya Dion.
Ia takut bunda dan ayahnya tak akan pernah mengizinkannya untuk menikmati dunia luar lagi. Dan Nayya tidak ingin hal itu sampai terjadi.
Bunda memberitahunya bahwa ayah selalu menanyai tentangnya setiap detik yang membuat bundanya kesal karena tidak fokus mengerjakan sesuatu.
Nayya tertawa mendengarnya.
Terdengar suara decakan disana. Itu pasti ayahnya yang kesal dijadikan bahan perbincangan oleh ibu-anak tersebut.
Ia juga sempat berbicara dengan ayahnya. Beliau menjadi sangat cerewet. Menanyakan ini dan itu,
Tapi Nayya sama sekali tak menunjukkan rasa tidak sukanya, malah sebaliknya ia sangat menikmati kasih sayang ayahnya. Begitulah ia menyebutnya.
Tak terasa waktu cepat berlalu, matahari kini telah kembali ke peraduannya. Nayya pun sudah kembali ke tendanya.
Nayya, Abel dan Ica saat ini tengah duduk melingkar dengan botol ditengah-tengahnya.
Bisa ditebak saat ini mereka sedang melakukan apa? Yap, TOD.
Putaran pertama dimulai, botol terus berputar lalu berhenti dan mengarah pada Ica.
"Yesss!! Ica lo pilih truth or dare?"
Ica tampak menimang-nimang sejenak sebelum akhirnya memilih truth.
"Lo udah punya pacar?" tanya Abel.
"Dihh nanya gituan. Jangan-jangan Abel suka lagi sama Ica" celetuk Nayya.
"Gue masih normal kalii, lagian gue juga udah punya crush" ucapnya sewot.
Nayya cekikikan mendengar jawaban Abel. Sebenarnya ia hanya bercanda.
"Oke-oke stop! Balik lagi ke pertanyaan tadi, lo ada pacar?"
Ica menggeleng,
"Enggak"
Permainan dilanjutkan, kali ini Nayya yang ditunjuk oleh botol.
"Nayya, kamu pacaran sama Elvin ya?"
Dengan cepat pipi Nayya memerah karena malu. Ia segera menutupinya dengan kedua tangan.
"Enggak, gue gak pacaran sama dia" jawabnya cepat.
"Yakin?" celetuk Abel dengan alis naik turun.
Nayya mengangguk. Ia memang tak menjalin hubungan apapun dengan Elvin. Benar kan?
Botol kembali berputar, kali ini pun sama seperti sebelumnya. Nayya lah yang kena. Hohoo poor Nayya.
"Lo suka sama Elvin?" pertanyaan bernada frontal itu keluar dari mulut Abel. Dia memang selalu penasaran dengan hubungan dua orang itu.
Nayya tampak berpikir sejenak sebelum menjawab
"Enggak"
________________
Vote and comment nya kaka~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable (Love)
Acak"Gue suka sama lo Nay, mau gak jadi pacar gue?" "Lo gila?!" . . . . . . . . U N S T A B L E ( L O V E ) Menceritakan tentang Nayya dan sejuta kisah tentangnya. Mencintai seseorang bukanlah kesalahan. Tapi kenapa saat Nayya mulai mencoba untuk men...