SENIN
Satu kata yang tertera pada kalender kamarnya membuat Nayya mendecakkan lidah kesal. Pasalnya ia belum puas menikmati hari liburnya.
Padahal ia hanya merasa rebahan sebentar di hari minggu, tapi entah kenapa hari begitu cepat berganti. Membuatnya harus merelakan waktu berharganya bersama sang kasur tercinta.
Menit-menit silih berganti, kini jam pada dinding kamarnya menunjukkan pukul 7 tepat. 15 menit lagi akan diadakan upacara bendera yang menjadi ciri khas dari 'SENIN'.
Nayya berlari cepat menuruni tangga, mengambil roti isi yang disiapkan bundanya di ruang makan. Dengan mulut yang disumpal roti isi, ia memakai sepatunya dengan tergesa-gesa.
"Nayya, pelan-pelan sayang" suara bunda mengingatkan.
Bunda keheranan melihat tingkah putrinya tersebut. Padahal Nayya bangunnya tidak kesiangan, tetapi tetap terkejar waktu saat senin datang.
Bagaimana tidak kekuarangan waktu, jika hal yang biasa digunakan untuk hari senin seketika tak bisa ditemukan. Mulai dari kaos kaki, dasi bahkan topi pun entah dimana ditaruhnya.
Bukannya Nayya tidak mau menyiapkan semuanya semalam, tetapi kasur kesayangannya enggan membiarkannya melakukan sesuatu.
Kembali lagi pada Nayya saat ini.
Setelah selesai dengan kegiatan memakai sepatunya, ia kembali berlari ke arah Bunda dan mencium tangannya, berpamitan.
......
Sesuai prediksinya di awal, ia telat.
Sebenarnya bukan telat yang sampai harus manjat tembok untuk masuk ke sekolah. Hanya saja saat sudah menginjakan kakinya di sekolah bel baru saja berbunyi pertanda dimulainya upacara.
Bisa dibilang Nayya adalah tipikal orang yang biasa saja. Ia bukan tipe siswa teladan yang menjadi panutan siswa lainnya, juga bukan siswa urakan yang sering melanggar peraturan sekolah.
Ia lebih ke arah seorang siswa yang bertindak sesuai keadaan. Seperti saat ini, ia sangat malas pergi ke kelasnya karena upacara bendera sudah hampir dimulai.
Apalagi jalan menuju ke kelasnya harus melewati lapangan upacara yang berarti ia akan menjadi pusat perhatian karena masih mengenakan tas.
Daripada menjadi pusat perhatian, ia lebih memilih untuk bolos ke UKS sekaligus menstabilkan deru nafasnya sehabis berlarian tadi.
Sesampainya disana ia langsung merebahkan tubuhnya pada salah satu kasur UKS. Kebetulan saat itu petugas UKS dan PMR belum ada disana sehingga ia bisa leluasa masuk tanpa diinterogasi terlebih dahulu.
Beberapa saat kemudian datang rombongan siswa PMR yang membawa satu orang siswa yang sepertinya pingsan.
Nayya bangkit dari tempat tidur lalu mneghampiri siswi yang pingsan tersebut. Maklumilah jiwa kepo Nayya teman-teman.
Tak sengaja tatapan matanya tertuju pada name tag gadis itu yang bertuliskan 'Stefanie Leondra'. Itu adalah nama adik kelas yang dirumorkan juga dekat dengan Elvin.
Ada perasaan aneh ketika ia membaca nama tersebut, seperti bagian kecil atau mungkin sangat-sangat kecil dari hatinya terasa tercubit.
"Lohh Nayya?"
Sebuah suara yang lumayan familiar masuk ke indera pendengarnya. Berbalik, ia menemukan Adit disana sedang menatapnya.
"Lo sakit?" tanyanya lagi.
Interaksi antara dirinya dan Adit pada saat camping tidak begitu banyak, tetapi tak ada rasa canggung saat dia bertemu dengan Adit kali ini.
Daripada mengarang kebohongan, Nayya hanya menyengir tak berdosa dihadapan Adit. Adit yang mengerti arti tatapan itu pun hanya geleng kepala.
"Lo sendiri ngapain disini?" tanyanya balik.
Adit menunjuk lengannya dengan jari telunjuk. Disana terdapat lambang PMR yang berarti Adit adalah salah satu anggota PMR.
Cengiran di wajah Nayya semakin melebar, kini sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. Tadinya berniat basa basi, eh malah kelihatan bego. Nayya Nayya.
"Lo jangan lapor guru ya.. Plisss"
Meskipun berani mengambil tindakan untuk bolos upacara, Nayya belum berani menerima resiko dari perbuatannya tersebut. Apalagi ia dan Adit belum sedekat itu untuk memastikan Adit tidak akan melaporkannya.
Adit berpura-pura menimang permintaan Nayya tersebut.
Nayya yang melihat itu refleks memegang tangan Adit sembari mengayunkannya ke kanan dan ke kiri layaknya ia membujuk Bundanya.
Meski sempat terkejut tetapi akhirnya Adit mengiyakan permintaan Nayya tersebut. Nayya bersorak gembira.
"tapi traktir sempol depan sekolah"
"siapp pak boss!!" Lagaknya seorang prajurit yang memberi hormat pada kaptennya, Nayya meletakkan kelima jarinya pada pelipisnya.
Karena Adit mendapat tugas di UKS, ia tetap tinggal dan mengobrol dengan Nayya. Hanya obrolan singkat memang, mengingat sifat dari Adit yang lumayan cuek namun mampu membuat Nayya melupakan salah satu siswi bernama Stefanie tadi.
15 menit kemudian upacara pun selesai, Nayya pamit untuk ke kelas duluan pada Adit.
Ia berlari menuju ke kelasnya. Untung saja guru yang harusnya mengajar jam pelajaran pertama belum hadir. Kayaknya masih istirahat karena kelelahan saat upacara tadi. Apapun itu, tapi sangat menguntungkan bagi Nayya.
Ia duduk di bangkunya, mengambil air dari tas Evelyn lalu meneguknya hingga tersisa setengah botol. Evelyn yang melihat tingkah teman sebangkunya itu melotot.
Nayya yang mendapat pelototan maut dari sang pemilik tampak biasa saja. Tak ada rasa takut sedikitpun karena ia sudah terbiasa melakukannya. Begitupula sebaliknya Evelyn pada Nayya.
"Ntar gue gantiin air lo. Sekalian gue beliin sampe ke kardus-kardusnya. Mau?"
"Dih ogah!"
Mereka tak sempat melanjutkan perdebatan unfaedah tersebut karena bu Astri selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas mereka memasuki kelas.
"Selamat pagi anak-anak"
......
Vote & Comments:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable (Love)
Random"Gue suka sama lo Nay, mau gak jadi pacar gue?" "Lo gila?!" . . . . . . . . U N S T A B L E ( L O V E ) Menceritakan tentang Nayya dan sejuta kisah tentangnya. Mencintai seseorang bukanlah kesalahan. Tapi kenapa saat Nayya mulai mencoba untuk men...