Mereka tak sempat melanjutkan perdebatan unfaedah tersebut karena bu Astri selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas mereka memasuki kelas.
"Selamat pagi anak-anak"
"selamat pagii, Bu" jawab mereka serempak
"Materi kita hari ini adalah sinopsis, seperti yang sudah ibu katakan pada pertemuan sebelumnya."
"Nah, untuk itu kalian ibu tugaskan untuk mencari salah satu buku di perpustakaan. Terserah buku apapun. Dibaca, dipahami, lalu buat sinopsisnya pada buku latihan kalian. Kalian bisa mencari bukunya pada perpustakaan sekolah"
"Ibu masih ada urusan sebentar, kalian bisa langsung ke perpustakaan sekarang. Tapi ingat, jangan ada yang berkeliaran dan ikuti tata tertib pada perpustakaan. Tugasnya dikumpulkan besok pagi. Apa kalian mengerti?"
"MENGERTII BUUU"
"Bagus, kalau begitu ibu tinggal dulu. Selamat mengerjakan."
.........
Jajaran buku tersusun rapi sangat indah untuk dipandang namun juga bisa merusak mata bila tidak menyukainya.
Nayya mengambil langkah pelan memasuki ruangan dengan tulisan 'perpustakaan' di depan. Mengisi buku kunjungan lalu menjelajah isi ruangan tersebut guna mencari buku yang akan digunakannya sebagai referensi tugas.
Suasana di dalam perpustakaan kali ini tidak begitu ramai, mengingat bahwa saat ini jam pelajaran masih berlangsung.
Disaat dirinya sedang asyik memilih buku, sebuah tangan terulur dari belakangnya ingin mengambil buku dari rak yang berada di bagian atas.
Posisi ini terlalu dekat menurut Nayya, jadi dia berinisiatif untuk berbalik dan menjauh. Tapi saat ia berbalik, wajah Elvin lah yang terpampang di depannya.
Tunggu, apakah dia sedang mengalami halusinasi?
"Elvin?" tanyanya memastikan.
"hmm?"
Elvin yang tadinya fokus melihat ke atas, kini menunduk untuk melihat orang yang memanggilnya.
Tampaknya ia juga tak mengetahui orang di depannya adalah Nayya. Terbukti dari reaksi terkejutnya tatkala melihat Nayya. Segera ia menjauh salah tingkah.
"Eh anu.. Emm, aduhh sstt, sorry banget ya Nay, gue gatau ada lo"
Buku di tangannya kini ia remas pelan pertanda gugup. Ia gugup sekaligus senang begitu menyadari bahwa ia tadi sedekat itu dengan Nayya.
Nayya sendiri juga merasakan hal yang sama seperti Elvin. Jadi ia hanya mengangguk kaku menerima permintaan maaf Elvin.
"lo ngapain disini?"
Elvin tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan mencoba memulai percakapan dengan Nayya.
"Gue, gue ada tugas Bahasa Indonesia sih. Lo sendiri ngapain ke perpus pas jam pelajaran?"
"lah sama"
"Oh ya? Kebetulan banget, tugas lo buat sinopsis kan?"
Elvin mengangguk mengiyakan
"Yaudah yuk, buatnya barengan aja"
Mereka mulai mencari buku buku yang sekiranya cocok untuk dijadikan referensi saat membuat tugas.
Nayya sendiri lebih menyukai buku-buku sejenis novel maupun cerpen, sedangkan Elvin tidak ada jenis khusus yang ingin digunakannya jadi ia mengikuti kemana Nayya pergi.
Diantara banyak buku-buku novel yang terpajang di rak, buku bersampul merah muda berjudul 'Cinta Pandangan Pertama' itu sangat menarik perhatian Nayya.
Saat Nayya menjulurkan tangan hendak mengambil buku tersebut, ada tangan lain yang juga ingin mengambil buku tersebut. Ternyata itu Elvin.
"lo aja"
"ambil aja"
Ucap mereka bersamaan. Mereka tertawa karena merasa lucu saat berbicara bersamaan. Secara refleks mereka mengambil buku tersebut lagi.
Saat tangan mereka saling menyentuh satu sama lain, seperti ada sengatan listrik pada keduanya yang membuat mereka sedikit berdebar.
Mata mereka pun bertemu, Elvin menatap dalam pada manik mata yang indah itu. Seakan menariknya untuk masuk lebih dalam lagi.
Nayya juga merasakan hal yang sama, matanya terpaku seakan ada magnet yang terpasang di mata Elvin, membuatnya tak bisa berpaling.
Ternyata Elvin kalau dilihat dari jarak sedekat ini tingkat ketampanannya semakin bertambah. Sungguh salah satu ciptaan tuhan yang sangat indah dipandang.
Waktu seakan melambat ketika mereka saling bertatapan satu sama lain.
Bruk
Tak sengaja Bondan, salah satu teman sekelas Nayya menyenggol bahunya. Membuat tubuh Nayya menabrak rak buku yang ada di sampingnya. Hal itu menyebabkan buku yang ada di rak bagian atas terjatuh.
"AAAAA!!"
Nayya refleks berteriak kala buku itu terjatuh ke arahnya. Namun anehnya, ia sama sekali tak merasakan sakit ketika buku itu terjatuh. Ia membuka matanya perlahan dan menemukan Elvin berdiri di depannya sebagai tameng.
Akibatnya buku itu terjatuh mengenai Elvin dan bukan dirinya. Nayya masih belum mencerna apa yang sedang terjadi, ia mengerjapkan matanya pelan.
"lo gapapa kan?"
"hmm? Eh, oh iya gapapa hehe. Makasih ya"
Nayya masih mencoba mencerna situasi. Barulah setelah itu ia kembali menatap Elvin yang kini sudah berdiri di tempat semula sebelum buku itu terjatuh.
"By the way, lo gapapa kan? Ada yang luka? Mau ke UKS nggak?"
Nayya langsung menarik tangan Elvin keluar dari perpus menuju ke UKS tanpa meminta persetujuan Elvin terlebih dahulu.
Sesampainya di UKS ia segera melepas genggaman tangannya pada Elvin, membuat suasana menjadi canggung diantara keduanya.
"Emm.. Sorry ngga sengaja, tadi refleks soalnya"
"It's okay Nay, lagian gue juga suka pas lo pegang tangan gue"
"H-hah?" Nayya sepertinya tidak yakin dengan apa yang baru saja di dengarnya.
Aduh mampus! Keceplosan lagi!!
"eh, itu.. Anu emm aduhh.." Elvin gugup.
Bodo amat! Trobos ajalah
"Huffft.. Gue... sebenernya gue suka sama lo, Nay"
.........
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Unstable (Love)
Acak"Gue suka sama lo Nay, mau gak jadi pacar gue?" "Lo gila?!" . . . . . . . . U N S T A B L E ( L O V E ) Menceritakan tentang Nayya dan sejuta kisah tentangnya. Mencintai seseorang bukanlah kesalahan. Tapi kenapa saat Nayya mulai mencoba untuk men...