Chapter 4

9 2 0
                                        

"Eitss, lo gak lupa kan siapa itu Pak Hartono?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eitss, lo gak lupa kan siapa itu Pak Hartono?"

Nayya menghela nafas lelah, tentu saja ia tau siapa itu Pak Hartono. Guru olahraga killer. Bukan hanya itu, guru olahraganya ini juga lulusan psikologi jadi bisa dengan mudah membaca gerak gerik seseorang yg berbohong.

Guru yg satu ini juga tidak kira kira saat memberikan hukuman pada muridnya yang ketahuan berbohong.

Pernah suatu ketika Bondan, teman sekelasnya keluar kelas saat ulangan dengan alasan ke kamar mandi. Tapi sebenarnya Bondan pergi ke kantin. Alhasil ia disuruh menyapu halaman sekolah tepat pada saat jam ISTIRAHAT.

Bayangkan betapa malunya dia saat itu. Bukan hanya menyapu halaman, tapi Bondan juga disuruh memakai kostum hello kitty dengan make up menor.

Nayya jadi bergidik ngeri, ia tak mau bernasib sama seperti apa yang dialami Bondan tempo hari.

Dengan terpaksa ia akan meminjam baju kelas sebelah, Kelas IX D. Kelasnya Elvin.

Sebenarnya alasan ia tak ingin meminjam baju di kelas sebelah bukan karena tak ada yang ia kenal, melainkan untuk menghindari bertemu dengan Elvin.

Elvin, sepertinya ada sesuatu yang dia lupakan yang berhubungan dengan nama itu. Tapi apa?

Topi.

Astaga Nayya lupa. Ah sudahlah, yang terpenting sekarang bagaimana dia bisa mendapatkan baju dan tidak mendapatkan hukuman dari pak Hartono.

"Woii Nay, bengong mulu. Mau ga minjem baju?"

Seruan Eve mengembalikan kesadarannya, membuatnya mengerjapkan mata lalu mengangguk pertanda setuju dengan ajakan Evelyn tadi.

Kelasnya dengan kelas Elvin itu bertetangga, jadi tak memakan banyak waktu.

Tok tok

Seluruh pasang mata menoleh serempak ke arah pintu, dimana dua gadis tengah tersenyum malu menjadi pusat perhatian.

"Vin samperin noh gebetan lo"

"Cieee Elvin ada yang nyariin"

"Hmmm mm"

"Samperin atuh vin"

Elvin bangkit dari kursinya lalu berjalan ke arah Evelyn dan Nayya. Lebih tepatnya ke arah Nayya.

"Mana?"

"Hah?"

Nayya yang tak mengerti arah pertanyaan Elvin pun refleks menganga.

"Ck, topi gue mana? Lo kesini mau balikin topi gue kan?"

"Emm, anu Vin.. E-e-"

"Lo lupa?"

"Enggak! Kan lo yang bilang topi itu boleh buat gue"

"Gue gak bilang gitu. Gue cuma bilang topi itu boleh buat calon mantu mama gue"

"Ya berarti gue calon mantu mama lo lah"

Upss. Mampus lo Nay!

Nayya refleks menutup mulutnya dengan satu tangan.

"Ehh enggak, gue cuma ber-"

"Cieeeeeeeeeeeeee"

"Wah parah lo Vin gak bilang-bilang kalau udah jadian"

"Ciahh calon mantu nih euy"

"Ihh udah ah, gue kesini mau pinjem baju olahraga. Ada yang mau minjemin gak?"

"Pinjem sama Elvin aja Nay" celetuk Satria yang mendapat anggukan persrtujuan dari yang lain.

"Gamau, cewek ceweknya gak ada yang mau minjemin gue gitu?"

Tanya Nayya dengan puppy eyes andalannya. Semuanya tampak bungkam. Sepertinya mereka sengaja, agar Nayya meminjam bajunya Elvin.

"Hh, yaudah pinjem baju Vin"

"Ogah, tadi kan lo gamau"

"Please Elvinn.."

"Gamau"

"Elvin sayang.."

Sial, wajah Elvin memerah karena panggilan itu. Ditambah teman temannya menyoraki mereka berdua, semakin menambah rasa malunya.

Dengan cepat ia berjalan menuju bangkunya lalu mengambil seragam olahraga dan memberikannya kepada Nayya.

Nayya bersorak senang karenanya. Bukan tanpa alasan ia memanggil Elvin dengan sayang, ia tau cowok macam Elvin sangat benci menjadi pusat perhatian. Maka ia melakukan aksi nekat tersebut.

Biarlah dia malu sekarang, daripada harus menanggung malu di depan warga satu sekolah.

Disaat bel tanda pelajaran pertama akan segera dimulai, semua siswa IX E pergi ke ruang ganti. Belum sempat mereka sampai di depan pintu kelas, Pak Hartono sudah datang duluan.

"Selamat Pagi anak-anak"

"Pagii pak"

"Hari ini tidak usah ganti baju, kita akan melaksanakan Ulangan harian. Jadi masukkan semja buku ke dalam tas kalian masing-masing"

Nayya hanya melongo mendengar itu, Wtf! dia sudah susah-susah menurunkan gengsinya demi mendapatkan pinjaman baju dari Elvin. Dan apa balasannya? Tidak jadi olahraga?!

Ingin rasanya Nayya berteriak sekencang kencangnya sekarang, tapi ia masih waras, ia tak ingin dihukum konyol hanya gara" berteriak seperti itu.

Tiga puluh menit berlalu, satu per satu siswa IX E mengumpulkan hasil ulangan mereka. Disaat semua sudah mengumpulkan, guru killer itu membagikan mereka jawaban ulangan kelas sebelah. Bantu memeriksa jawaban, katanya.

Mereka semua hanya menghela nafas pasrah, ini seperti kerja rodi bagi mereka. Kerja tanpa upah, tapi bukan pada masa penjajahan belanda melainkan pada masa pelajaran pak Hartono.

••••••
T B C 💛
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk menyempurnaan cerita ini
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.









Unstable (Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang