01. In The Middle Of Rain

984 106 9
                                    

Hujan......

Yuta mengadahkan tangannya, membiarkan tangannya basah kuyup sambil menampung sedikit air hujan. Diintipnya gumpalan besar awan gelap dari bawah payung merah marunnya, lalu tersenyum sebentar pada telapak tangannya.

Langkahnya yang beralaskan aspal basah, menciptakan ciptaran kecil dari alas sepatunya. Yuta pun menyebarangi jalan raya setelah memastikan lampu khusus pejalan kaki berubah menjadi hijau. Berjalan diantara kerumunan orang yang juga memakai payung, membaur dan menyatu dengan sekelilingnya.

Ah......seolah dunia ini telah menjadi abu-abu seutuhnya. Tidak ada warna, semuanya sudah bercampur menjadi satu, tanpa terkecuali.

Yuta terus berjalan, melewati sebuah gedung pencakar langit yang terletak di tengah perkotaan. Sebuah hotel yang pada waktu ke waktu digunakan sebagai tempat acara pelelangan barang-barang kuno dan antik yang terkenal akan kemistisannya, segala properti ritual sihir yang berasal dari berbagai daerah bahkan negara, dan jari Ryomen Sukuna pun pasti akan termasuk kedalam daftarnya malam ini.

Tidak jauh dari sana, terdapat sebuah taman bermain. Hujan begitu deras, tentu saja tidak ada siapapun di sana. Namun Yuta telah salah perkiraan. Pemuda itu lantas menghentikan langkahnya, terdiam di depan pagar.

Fushiguro Megumi, orang yang sedari tadi sedang di cari-carinya rupanya ada di sana. Gyokuken, dua ekor Shikigami berwujud menyerupai dua anjing besar berwarna hitam dan putih berjalan mendampingi pemuda yang tak membawa payung itu.

Di tengah rintikan hujan yang semakin deras. Sang keturunan Zen'in tidak mengenakan apapun selain kaos putih yang tipis dan celana panjang seadanya. Sekujur tubuhnya telah basah kuyup, sepatu kuningnya telah di kotori lumpur. Entah berapa lama Pemuda itu berjalan di bawah derasnya hujan, mengitari besarnya jalanan ibukota Tokyo yang dingin.

Megumi tiba-tiba menoleh ke arah belakangnya, mungkin menyadari kehadiran Yuta di sana. Mata kedua remaja itu bertemu, sempat membuat Yuta menahan nafasnya sejenak.

Di tengah dunia yang telah kehilangan warnanya. Iris hijau terang bagaikan batu permata itu membuat Yuta terpesona. Warnanya yang tajam anehnya menyiratkan makna yang mendalam, seolah sang empunya adalah penghuni dari dimensi lain.

Fushiguro Megumi adalah namanya, seorang remaja yang berhak merebut gelar sebagai kepala klan Zen'in. Walaupun dia adalah keturunan dari seorang pemberontak, seorang pria kejam yang hampir menghancurkan keluarganya sendiri.

Zen'in Toji atau sekarang pria tersebut lebih suka di panggil sebagai Fushiguro Toji. Seorang pembunuh bayaran berdarah dingin, namanya begitu terkenal di kalangan penyihir-penyihir Jujutsu, dan sering di sebut-sebut sebagai Jutsushi Koroshi.

Orang-orang seperti itu sangat pantas mendapatkan pengawasan lebih dari asosiasi penyihir Jujutsu. Kebijaksanaan tersebut lah yang membawa Yuta mencari Megumi.

Ayahnya memang adalah pembunuh bayaran profesional namun putranya bukan. Namun kepopuleran keluarga Fushiguro juga terkait erat dengan kaum pemburu hadiah dan bisnis-bisnis ilegal yang mempertaruhkan segunung Yen.

Memanfaatkan putranya sendiri sebagai informan sekaligus sales barang curiannya. Seberapa jauh yang akan di lakukan Fushiguro Toji demi mendapatkan uang?







OXO

"........okkotsu Yuta-san," nama tersebut keluar dari bibir Megumi yang telah membiru. "....itu namamu kan?" tanyanya dengan nada memastikan. Nafasnya mengepulkan asap putih dan suaranya sedikit bergetar. Dalam kondisi tubuhnya yang tengah mengigil kedinginan, sepertinya pemuda tersebut sengaja mengabaikan segala kebutuhannya sendiri.

Megumi masih menyimpan segala ekpresi wajahnya. Dia diam, hanya memperhatikan Yuta dari kejauhan, bahkan dia tidak akan peduli kalaupun Yuta tak menjawab pertanyaannya barusan.

Tapi Yuta mengangguk, sebelum berlari menghampirinya sambil memasang wajah penuh prihatin. Tangan pemuda yang lebih tua setahun darinya itu lalu menyentuh pipinya, sentuhannya pun terasa begitu hangat dan nyaman di atas kulitnya yang seolah membeku.

Tanpa mengatakan apapun. Yuta tiba-tiba menarik tangannya, memaksanya ikut berteduh di bawah payung. Megumi yang lengah begitu terkejut akan tindakannya.

"Apa yang kau lakukan sendirian di tengah hujan deras seperti ini?" tanya Yuta seraya mendempetkan pundaknya dengan Megumi, menghiraukan kemungkinan kalau bajunya bakal ikut-ikutan basah juga.

"......lupa bawa payung," jawab Megumi yang Yuta yakin jawaban tersebut bukanlah sepenuhnya adalah kebenaran. "Kau sendiri? Pasti merepotkan kan? Karena harus mengawasi orang sepertiku....." tanya Megumi balik.

"i-iya? Hahaha......"

Yuta tersenyum canggung mendengarnya. Rupanya niatnya sudah ketahuan, tidak ada pilihan selain mengaku. Okkotsu Yuta memang orang yang terlalu jujur.

"Kenapa kau bisa tahu kau bakal diawasi hari ini?" tanya Yuta agak berhati-hati. Siapa tahu sebelumnya Megumi pernah mengalami satu atau dua hal buruk dikarenakan ulah penyihir Jujutsu lainnya.

"Kau pasti datang karena di minta Gojo-san kan?" Megumi malah balik bertanya. Karena Yuta menatapnya binggung, dia pun kembali melanjutkan, "Kemarin Toji menolak harga yang di tawarkannya. Makanya wajar saja kalau dia ingin memastikan aku memasukan jari Sukuna ke tempat pelelangan dan bukannya malah menjualnya ke orang lain..."

"O-oh....." Yuta sunguh baru mengetahuinya. Pantas saja dia merasa aneh ketika Satoru tiba-tiba menyuruhnya pergi mengikuti Megumi seharian. Misi semacam ini biasanya tidak di pegang oleh penyihir tingkat khusus seperti dirinya.

"Jadi begitu huh...." gumamnya lalu menghela nafas panjang.

Padahal hari ini adalah hari liburannya yang langka. Siapa sangka dia malah di peralat gurunya sendiri?

Giliran Megumi yang memperhatikannya, kepolosan Yuta entah mengapa sedikit memperbaiki suasana hatinya.

Tanpa sepengetahuan siapapun, Megumi diam-diam tersenyum samar. "Katakan saja pada Gojo-san. Kalau dia masih punya kesempatan menang di acara pelelangan nanti malam," ujarnya sebelum keluar dari bawah naungan payung.

Yuta tidak berhasil mencegahnya. Megumi hanya menepuk sebentar pundak Yuta lalu berlari menjauhinya, tanpa menoleh kembali ke belakang. Punggung Megumi yang berlari di tengah derasnya hutan, entah mengapa terlihat seolah memiliki sepasang sayap berwarna putih.

"....apa aku baru saja berbicara dengan malaikat?" gumam Yuta seraya menyentuh pundak yang baru di sentuh oleh Megumi. "Bukan. Ketimbang malaikat......." Yuta kembali terdiam, melihat kembali arah jalan Megumi pergi.

"Mungkinkah......aku baru saja bertemu dengan Shinigami?" sambungnya di tengah lamunan. Hanya dalam waktu sekejap mata seluruh dunianya membisu. Derasnya hujan, gemerisik dedaunan, cipratan air, tetesan hujan dari payungnya. Semuanya tidak tertangkap dalam indera pendengarannya.

Anehnya. Sosok Fushiguro Megumi tidak bisa lepas dari bayang-bayangnya. Gerak-geriknya, caranya berbicara, atau bagaimana wajahnya yang minim ekpresi, entah mengapa di depannya nampak begitu cantik dan lembut.

Terutama sorot mata hijaunya yang seolah berkata bahwa pemuda tersebut berasal dari dimensi lain. Sebuah kesan pertama yang tak akan mudah untuk di lupakan.

Kapan bisa bertemu kembali?

Yuta tersenyum miris. Sebelum akhirnya berjalan memutar arahnya, lebih baik dia segera pulang ke sekolahnya dan menyampaikan pesan Megumi pada gurunya itu.

Bukan merepotkan. Justru hari ini Yuta berterima kasih pada Satoru, karenanya hari ini dia berkesempatan bertemu dengan Fushiguro Megumi.

TO BE CONTINUE



A/n:

Gimana minna-san?

Jangan bilang Yuta jatuh cinta pada pandangan pertama ke Megumi?  

Sebenarnya aku pun gak begitu kenal sama personalitinya Yuta. Apalagi YutaFushi itu kapal langka jadi gak tahu juga biasanya headcanon mereka gimana. Semoga aja gak memcetat terlalu OOC



Rain And PetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang