12. "Can't Escape"

685 59 0
                                    

WARNING for mild sexual activity for adults only please ⚠️

Note:
Cuma mau beritahu rating book sudah diganti menjadi M. Karena sebelumnya di diskripsi cuma ku tulis ???

Jadi dari sini adalah adegan 18+

Mulanya mau ku buat Hard tapi karena mengingat kalau book ini awalnya gak ada penjelasan rating akhirnya di turunin tensinya.

oke happy reading!!!

and pls don't blame me for anything I already put a warning and note.







...

Ruangan yang tak begitu luas itu pun kini mulai dipenuhi oleh suara-suara decapan dan desahan. Terdengar mesum dan tak senonoh di telinga kedua remaja tersebut namun masih saja tidak ada satupun diantara mereka yang meminta berhenti.

Yuta menekan tubuh Megumi, terus menindih lelaki muda itu untuk tetap berbaring dan menatap wajahnya. Bibir mereka bertaut dan terpisah secara bergiliran, sesekali mencari keberadaan oksigen yang seolah mulai berkurang di ruangan sederhana tersebut.

Kasur disana tidaklah besar, hanya sekedar single bed bersprei putih polos yang sederhana. Membuat tidak begitu banyak ruang untuk bergerak, mungkin karena itulah Yuta terus mencengkram pundak Megumi, mata lelaki yang lebih tua itu pun juga seolah berkata untuk melarangnya kabur.

Jujur saja, Megumi sedikit tertekan karnanya. Yuta memang tidak menciumnya dengan kasar, dia tahu seniornya tidak ada niat untuk menyakitinya. Namun kakak kelasnya itu dirasanya terlalu pasrah dan terburu-buru.

"Senpai.....okkotsu senpai......"

Megumi mencoba memanggil dengan suara lemah. Mulanya Yuta tak mendengarnya. Pemuda itu terlalu fokus mengagumi leher Megumi yang jenjang dan mulus.

Yuta terus membisu dan mulai sibuk membenamkan wajahnya di perpotongan leher Megumi. Entah mengapa ia merasa harus meninggalkan banyak jejak kemerahan di sana. Megumi tidak ingin mempermasalahkannya. Hanya saja semua perbuatan Yuta mulai menyakitinya.

Karena Yuta mengigitnya terlalu keras meskipun pada akhirnya dia menghisap dan menjilati bekasnya untuk meredakan rasa perih yang terasa di leher Megumi. Tapi tetap saja, Yuta sudah sedikit terlalu berlebihan.

"Se....senpai hentikan....." pinta Megumi seraya menahan suaranya di balik telapak tangan. "Su-sudah kubilang aku tidak berniat kabur...." katanya.

"Se-senpai....." sekali lagi Megumi mencoba memanggilnya. Namun kelihatannya Yuta masih tak bisa mendengarkannya. Dan sebagai gantinya, tubuh Megumi jadi kian bergejolak sekaligus menggeliat sampai memberantakan sprei kasur ketika bibir Yuta menyentuh salah satu putingnya.

Megumi mencengkram spreinya dan mengigit bibirnya, berusaha meminimalisir rengekan manja bersuara tinggi yang dirasanya sangat memalukan. Melihat usahanya tersebut. Yuta pun langsung menyadari niat Megumi yang dirasanya sayang. Mungkin Megumi tidak ingin mendengarkan suaranya sendiri namun Yuta adalah kebalikannya.

Yuta tetap berhasrat untuk mendengarkan suara bagaikan melodi itu. Tanpa banyak bersuara Yuta pun memakai dua jarinya untuk memaksa masuk kedalam rongga mulut Megumi. Dengan ujung dua jarinya berlahan ia menggesek permukaan rongga mulut Megumi yang seketika------terpaksa mengeluarkan desahan manisnya.

Kedua jari tersebut lama kelamaan masuk lebih dalam lagi, hampir masuk sampai menyentuh tenggorokannya. Magumi tidak mampu menutup mulutnya, lidahnya terus menjulur sampai menumpahkan air liurnya, membuat wajah cantiknya semakin berantakan. Terutama karena Megumi mulai menangis.

Rain And PetraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang