07. DETAK JANTUNG

32 34 14
                                    


Setelah dirasa tidak ada lagi bekas bekas ice krim yang belepotan di sekitar bibirnya, Asa kembali menatap Arka.

"Ekhm-khm, ayo kita mulai ngerjain tugasnya."

Ketika Asa salah tingkah ataupun canggung, maka otomatis batuk kecil yang mirip-mirip dehaman itupun akan keluar dari mulutnya. Entahlah kenapa bisa otomatis begitu. Pada intinya, kebiasaan itu sudah muncul dan tertanam sejak usianya masih dini.

Arka pindah posisi menjadi duduk lesehan di samping Asa. Ia selonjorkan kedua kakinya, lalu memangku laptopnya.

"Lo yang dikte, gue yang ngetik," instruksi Arka, menyodorkan buku berjudul 'Sejarah Candi Tikus' pada Asa.

Asa meneguk salivanya sebelum akhirnya ia menerima buku itu. "Ekhm-khm, kita mulai ya." Gadis itu membuka halaman pertama dan mulai mendiktekan kata demi kata.

Sepuluh jari kekar Arka menguasai keyboard laptop. Dengan cepat, laki-laki itu memindahkan jari-jemarinya dari huruf satu ke huruf lainnya.

"Berawal"

"Mula"

"Da---"

"Ck! Bisa cepet dikit nggak? Masa kayak anak TK yang baru bisa baca gitu sih," potong Arka memprotes, lantaran gadis yang mendiktenya ini seperti ... katanya barusan.

"Ya terus gue harus gimana?" sahut Asa tidak santai.

"Udah sini-sini bukunya, biar gue sendiri." Arka merebut paksa buku yang semula dipegang Asa. Laki-laki itu secara bergantian membaca buku lalu mengetik. Dan begitu seterusnya.

Asa mengerucutkan bibirnya melihat Arka yang sibuk sendiri mengabaikannya. Ah sudahlah, mendingan Asa menyimpan ice krim mochi-mochinya.

"Mau kemana lo?" tanya Arka, menyadari bahwa Asa bangkit dari duduknya.

"Naruh es krim ke kulkas biar nggak cair." Setelah mengatakannya dengan datar, gadis itu meninggalkan ruang tamu.

"Assalamualaikum, Mami pulaaang-- Eh ada tamu."

Arka menghentikan kegiatannya, hendak berdiri, berniat menyalami wanita paruh baya yang diyakini adalah Mami Asa. Tapi, wanita itu mengintruksinya agar tetap duduk saja.

"Duduk aja, lanjutin-tanjutin!" Iva menghampiri laki-laki remaja yang duduk lesehan beralaskan karpet itu. Wanita berambut sebahu itu mengambil posisi duduk lesehan di samping Arka.

"Kamu pasti temennya Asa ya?" Sebenarnya Iva sudah tahu jika remaja laki-laki ini adalah teman Asa karena bisa dilihat dari seragam sekolahnya yang sama. Ya ... dirinya bertanya begitu hanya untuk sekadar basa-basi saja.

Arka sedikit membenarkan posisi duduknya. "Iya tante."

"Asa sekarang kemana?"

"Katanya lagi naruh es krim ke kulkas."

Senyum lebarpun terbit di bibir Iva. "Nama kamu siapa?" tanyanya penasaran.

"Aku Arka tante," jawab Arka sopan.

Senyum yang tadinya terlukis lebar sempurna, perlahan memudar. Ada secuil memori yang terlintas dalam benaknya. Tapi, segeralah ia alihkan. Senyumnya ia terbitkan kembali.

"Dari namanya aja udah keliatan kalo orangnya ganteng," godanya.

Arka terkekeh kecil. "Tante bisa aja."

"Yaudah deh, tante tinggal dulu ya. Semangat ngerjain tugasnya ganteng." Iva menepuk pelan bahu Arka, kemudian meninggalkan ruang tamu.

Saat Asa berjalan melewati ruang tengah, ia berpapasan dengan Maminya. "Mami? Mami dari mana?"

K3 : Kehadiran-Kenyataan-KepulanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang