Halooo! Dora balik lagi setelah beberapa minggu ini sibuk-sibuknya ngambis🙂
Yap, seperti biasa, malming kalian bakal ditemenin sama chapter baru ini.
Jangan pelit-pelit buat klik bintang sama komen di setiap paragrafnya!Selamat membacaaa❤️
—————
Asa berjalan seorang diri memasuki area sekolah. Pagi ini, ia diantar oleh ayahnya, Toni. Asa sedang tidak ingin berangkat sekolah dengan Wily.
Gian, laki-laki berlesung pipi itu, berjalan santai setelah memarkirkan mobilnya. Tak sengaja netranya menangkap sosok gadis kuncir kuda berjalan sendirian memasuki area sekolah. Tatapannya terlihat kosong. Karena inisiatifnya sendiri, akhirnya Gian berlari kecil menghampiri gadis yang dimaksudnya itu.
"Pagi Sa," sapa Gian, mengiringi langkah Asa. Iya, gadis yang dimaksud Gian adalah Asa.
Tatapan Asa yang kosong, membuatnya terlonjak kaget. "Astaga, gue pikir siapa." Asa bernapas lega.
Gian tertawa kecil hingga memperlihatkan lesung pipi kanannya. "Jangan ngelamun kalo lagi jalan. Bisa-bisa lo jatuh ditabrak orang," pesan Gian.
"Bisa aja lo Gi."
"Lo nggak berangkat bareng sama Wily?" Netra Gian menjelajah sebentar, ke arah samping dan belakang mencari sosok Wily. Barangkali tertinggal di belakang.
"Enggak. Gue tadi berangkatnya dianterin sama bokap. Lagi males bareng sama tuh anak." Terkadang tubuh Asa mendadak panas melihat keromantisan Elin dan Wily. Di mobil Wily, Asa hanya berprofesi sebagai obat nyamuk. Parahnya lagi, obat nyamuk itu diabaikan karena tidak ada gunanya. Memangnya, menyalakan obat nyamuk di dalam mobil apa gunanya? Tidak ada kan?
Gian mengangguk singkat. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana. "Gue denger, Naya keluar ya dari sekolah?" Jujur, ia ragu bertanya soal ini kepada Asa. Ia takut jika Asa akan sedih. Gian tahu persoalan ini dari Mawar, mamanya. Wajar, Gian kan putra dari pemilik sekolah SMA Sentosa. Gian akan diberitahu berbagai problematika sekolah. Entah itu diberitahu papanya ataupun mamanya.
Asa menunuduk, memperhatikan langkah kakinya sendiri. "Iya. Dia pindah ke Bandung."
Gian menghela napasnya pelan. Harusnya ia tidak membicarakan soal ini kepada Asa. "Sorry ya kalo pertanyaan gue bikin lo sedih."
Gian berhasil membuatnya kembali bersedih. Namun, topengnya selalu bersedia untuk menutupi kesedihannya. "Nggak papa Gi." Senyum manis itu timbul di bibir Asa.
"Kalo lo butuh bantuan, kabarin gue," ujar Gian. Asa hanya merespons dengan senyuman dan mengangguk kecil.
"Pagi Asa!" Caca tiba-tiba datang dari belakang, menubruk bahu Asa dan Gian. Yang semula Asa dan Gian berjalan beriringan, kini terpisah karena ada Caca di tengah-tengah.
"Oh ada Gian juga. Pagi Gi!" Caca dengan semangat menyapa kedua temannya.
Asa sedikit menduga kalau Caca ingin menagih seragam yang belum dikembalikannya. "Ca, lo mau nanya soal seragam cadangan yang lo pinjemin ke gue ya?" tebaknya. Seragam cadangan Caca sudah siap dikembalikan, tapi Asa lupa membawanya.
Caca menggeleng kuat. Bahkan terbesit di otaknya tentang seragam cadangannya yang belum dikembalikan Asa pun tidak. "Soal seragam mah terserah lo aja Sa. Nggak lo kembaliin juga nggak masalah."
"Pasti gue balikin kok. Ini tadi kelupaan," adu Asa jujur. Caca menghubungkan jempol dan jari telunjuknya membentuk lingkaran, sementara jari lainnya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
K3 : Kehadiran-Kenyataan-Kepulangan
Fiksi RemajaKehadiran mengungkap satu-persatu kenyataan, hingga kepulangan menjadi pelengkap kisah akhirnya. Kenyataan seperti apa yang akan diungkap? Dan kepulangan seperti apa yang dimaksudkan? Start: 28 Juni 2021 Finish: - #1 -kehadiran (17-11-21) #3 -kepula...